Free Gift

Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2026 Tembus 5,4 Persen, Ekonom Sebut Tak Mudah

JAKARTA, Sabo – Menjelang HUT ke-80 RI, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4 persen pada 2026, lebih tinggi dari proyeksi 2025 yang hanya 5,2 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, kunci pencapaian target tersebut terletak pada investasi, ekspor, serta transformasi digital.

“Untuk mencapai 5,4 persen pertumbuhan kita tahun 2026 dibutuhkan Rp 7.450 triliun dari total investment di dalam GDP kita,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2026 di Jakarta, Jumat (15/8/2025), dikutip dari Kontan.

Ia merinci, dari kebutuhan Rp 7.450 triliun itu, Danantara akan berkontribusi sebesar Rp 720 triliun, swasta Rp 6.200 triliun, dan APBN Rp 530 triliun.

“Kemampuan untuk bisa attract investasi lebih banyak, termasuk di pemerintah daerah dengan insentif agar daerah menjadi atraksi investasi yang lebih baik, itu penting,” ucapnya.

Selain investasi, peluang ekspor menjadi perhatian. Sri Mulyani menyebut perjanjian perdagangan internasional seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) hingga rencana kerja sama dengan Kanada akan memperluas diversifikasi pasar ekspor.

“Destinasi ekspor kita mungkin akan lebih diversifikasi,” kata Sri Mulyani.

Ia juga menyoroti tren teknologi serta potensi Indonesia sebagai pemasok mineral tanah jarang (rare earth mineral). “Tren artificial intelligence dan digital economy akan makin meningkat. Indonesia sangat kaya dengan rare earth mineral yang potensinya luar biasa banyak,” ujarnya.

Meski demikian, sejumlah ekonom menilai target 5,4 persen cukup menantang. Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai proyeksi itu masih terlalu tinggi.

“Targetnya masih overshoot dan perlu kerja keras bahkan untuk capai angka 5 persen di 2026,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (15/8/2025).

Bhima menilai konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama PDB berpotensi tertekan oleh terbatasnya lapangan kerja dan perubahan pola belanja masyarakat. Kendati demikian, ia menekankan pentingnya komitmen pemerintah pada energi terbarukan.

“Sekarang kuncinya adalah mencari motor ekonomi baru yakni komitmen energi terbarukan yang bisa mendorong penciptaan lapangan kerja dan industri manufaktur domestik,” ujarnya.

Senada, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Ernest Sumual menekankan bahwa efektivitas investasi menjadi kunci.

Menurutnya, produktivitas investasi di Indonesia masih rendah karena incremental capital output ratio (ICOR) berada di atas 6, jauh lebih tinggi dibanding negara tetangga.

“Kita harus dorong ICOR ke arah 3–4 agar produktivitas investasi lebih baik,” kata David. Ia menilai deregulasi dan pemangkasan birokrasi bisa memperbaiki efisiensi tersebut.

“Target 5,4 persen itu kuncinya di investasi, tapi ekonomi global memang masih relatif lambat,” ujarnya.

Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul “Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,4% pada 2026, Menkeu: Butuh Investasi Rp 7.450 Triliun“, “Terlalu Tinggi, Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% pada Tahun 2026 Dinilai Sulit Dicapai“, “Menkeu Beberkan Strategi Pemerintah Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% pada 2026.”

Want a free donation?

Click Here