Free Gift

4 Tanda Harus Membatalkan Pernikahan, Waspadai Sinyal Bahaya Ini!

Sabo— Musim panas sering menjadi momen favorit banyak pasangan untuk melangsungkan pernikahan, dengan ribuan acara digelar setiap tahunnya. Namun, di balik euforia itu, ada sebagian orang yang justru mulai merasakan kegelisahan mendalam menjelang hari besar mereka.

Perasaan gugup menjelang pernikahan adalah hal wajar, tetapi ada tanda-tanda serius yang tidak boleh diabaikan. Pasalnya, itu bisa jadi sinyal bahwa hubungan tersebut mungkin tidak siap untuk dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Mengutip Yahoo! Life, Minggu (17/8/2025), berikut tanda-tanda penting yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan melanjutkan atau membatalkan pernikahan. Apa saja?

1. Tekanan dari Orang Lain

Banyak pasangan memasuki pernikahan bukan karena sepenuhnya yakin dengan pilihannya, melainkan akibat tekanan dari orang lain. Tekanan bisa datang dari keluarga, teman, atau bahkan pasangan sendiri.

Jika motivasi utama hanya untuk menyenangkan orang lain, itu pertanda serius bahwa hubungan tidak berlandaskan keinginan tulus. Rasa bersalah atau takut mengecewakan keluarga sering membuat seseorang tetap melangkah menuju altar meski hatinya ragu. Padahal, pernikahan yang sehat harus dibangun atas dasar keinginan bersama, bukan sekadar untuk memenuhi ekspektasi sosial.

2. Perilaku Abusif atau Manipulatif

Salah satu sinyal paling berbahaya adalah adanya perilaku abusif, baik fisik maupun emosional. Pernikahan seharusnya dilandasi rasa hormat, kasih sayang, dan kepercayaan.

Jika pasangan menunjukkan sifat manipulatif, sering melontarkan kata-kata kasar, atau menciptakan lingkungan emosional yang tidak aman, itu tanda kuat untuk mempertimbangkan kembali langkah besar ini. Menikah dengan orang yang tidak stabil secara emosional hanya akan memperbesar risiko penderitaan di kemudian hari.

3. Perbedaan Tujuan Hidup yang Mendasar

Setiap pasangan pasti memiliki perbedaan, tetapi ada hal-hal mendasar yang harus disepakati sebelum pernikahan, seperti karier, tempat tinggal, hingga pandangan tentang anak. Jika tujuan hidup ini tidak pernah dibicarakan atau justru bertentangan tanpa solusi, maka masalah akan muncul di kemudian hari.

Kompromi memang penting, tetapi ada perbedaan yang tidak bisa disatukan. Membatalkan pernikahan lebih baik daripada terjebak dalam hubungan penuh penyesalan.

4. Rasa Ketakutan yang Mendalam

Perasaan gugup sebelum menikah adalah hal biasa, namun jika yang muncul adalah rasa takut mendalam, mati rasa emosional, atau ketidaknyamanan setiap kali membayangkan masa depan bersama pasangan, itu tanda bahaya.

Pernikahan bukanlah obat mujarab untuk memperbaiki hubungan yang sudah rapuh. Jika seseorang lebih banyak merasakan ketakutan dibanding kebahagiaan saat membicarakan masa depan bersama, mungkin inilah saatnya untuk menunda atau bahkan membatalkan pernikahan.

 

Cara Menghadapi Keputusan Membatalkan Pernikahan

Membatalkan pernikahan memang bukan keputusan mudah, tetapi terkadang itulah langkah paling berani. Meski ada rasa bersalah karena telah mengundang banyak orang atau mengeluarkan biaya besar, tetap lebih baik dibandingkan menyesal seumur hidup.

Dengarkan intuisi, bukan sekadar suara orang lain. Carilah dukungan dari terapis, teman terpercaya, atau konselor untuk membantu memilah perasaan. Ingat, keputusan membatalkan pernikahan bukan kegagalan, melainkan bentuk keberanian untuk memilih jalan yang lebih sehat.

Tidak semua keraguan berarti harus membatalkan pernikahan. Rasa cemas atau “cold feet” umum terjadi, misalnya karena stres mengurus acara, takut kehilangan kebebasan, atau sekadar merasa terbebani dengan besarnya komitmen.

Jika kecemasan itu mereda saat bersama pasangan dan tetap ada rasa cinta serta kasih sayang, maka kemungkinan besar itu hanya jitters biasa. Namun, jika keraguan disertai tanda-tanda serius seperti manipulasi, perbedaan prinsip, atau rasa takut yang konsisten, maka perlu dipertimbangkan untuk tidak melanjutkan pernikahan.

Menentukan untuk melanjutkan atau membatalkan pernikahan adalah keputusan besar yang bisa mengubah arah hidup seseorang. Tidak ada salahnya berhenti sejenak untuk menilai apakah hubungan benar-benar sehat dan siap dibawa ke tahap selanjutnya. Ingatlah bahwa pernikahan bukan sekadar pesta atau janji di hadapan orang banyak, melainkan komitmen seumur hidup yang seharusnya didasari cinta, rasa hormat, dan kesiapan penuh dari kedua belah pihak. (*)

Want a free donation?

Click Here