Free Gift

Kemarau Basah: Kenali Beragam Penyakit yang Sering Berjangkut

SEBAGIAN wilayah Indonesia pekan-pekan Agustus ini tengah memasuki kondisi musim kemarau basah, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi masalah kesehatan yang dapat muncul. Fenomena ini terjadi ketika hujan masih turun di tengah periode kemarau, merupakan bentuk anomali cuaca yang dipicu oleh pemanasan global.

Dinukil dari BMKG, Berbeda dengan musim hujan yang berlangsung terus-menerus, kemarau basah ditandai oleh curah hujan yang tetap terjadi saat seharusnya cuaca kering, dan sering kali dipengaruhi oleh faktor global seperti La Niña. Kondisi ini berdampak cukup besar, khususnya terhadap kesehatan masyarakat.

Penyakit yang sering muncul saat kemarau basah

Kemarau basah, yaitu musim kemarau yang tetap disertai curah hujan cukup sering, menciptakan kondisi lingkungan yang lembap dan memicu munculnya penyakit yang biasanya juga berkembang pada musim hujan. Beberapa penyakit yang rentan muncul antara lain:

Diare

Penyakit ini disebabkan oleh air minum atau makanan yang terkontaminasi bakteri, virus, maupun parasit, dan risikonya meningkat ketika kualitas air menurun akibat genangan atau sistem distribusi yang terkontaminasi.

Dilansir dari Rumah Sakit St. Carolus, gejala diare adalah adanya buang air besar dengan frekuensi lebih dari 4 kali sehari, dengan konsistensi tinja cair atau lebih lunak dari biasanya. Pada disentri yang disebabkan oleh bakteri Shigella dan Amoeba, juga terdapat lendir dan darah pada tinja tersebut. Adanya infeksi sebagai penyebab diare juga menyebabkan adanya gejala lainnya yang menyertai, seperti demam, mual muntah, nyeri sendi, nyeri kepala.

Leptospirosis

Selain itu, leptospirosis juga menjadi ancaman, yakni penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang masuk melalui luka pada kulit, biasanya dari air atau lumpur yang tercemar urine tikus. Kondisi ini sering muncul setelah banjir atau adanya genangan yang tidak segera surut.

Gejalanya mirip dengan influenza, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Walaupun tergolong langka, leptospirosis tetap harus diwaspadai karena bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti meningitis, kerusakan ginjal, hingga gagal hati.

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, yang berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Beberapa hewan yang sering menjadi penyebab penularan leptospirosis adalah tikus, anjing, dan hewan ternak.

Demam Berdarah (DBD)

Penyakit lain yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue (DBD), yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Kelembapan tinggi serta adanya genangan kecil pada kemarau basah membuat populasi nyamuk berkembang biak lebih cepat.

Selain itu, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga rawan terjadi akibat perubahan suhu yang mendadak, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga memudahkan virus atau bakteri menyerang saluran pernapasan.

Demam Tifus

Kondisi kemarau basah juga dapat memicu peningkatan kasus tifoid atau demam tifus, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini umumnya menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, baik dari air yang tidak bersih maupun dari proses pengolahan yang tidak higienis.

Pada musim kemarau basah, risiko kontaminasi semakin besar karena genangan air dapat mencemari sumber air bersih, sementara kelembapan tinggi memudahkan bakteri berkembang biak. Gejala tifoid biasanya meliputi demam berkepanjangan, sakit kepala, nyeri perut, mual, diare atau sembelit, hingga penurunan nafsu makan.

Penyakit Kulit

Kelembapan udara yang tinggi pada musim kemarau basah menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri penyebab penyakit kulit. Beberapa jenis penyakit kulit yang umum muncul di kondisi ini antara lain kurap (tinea corporis), panu, kutu air, hingga infeksi jamur di lipatan kulit.

Selain itu, kulit juga rentan mengalami gatal-gatal atau ruam akibat reaksi alergi dari air kotor atau paparan bakteri di lingkungan yang tidak bersih. Risiko akan semakin tinggi jika kebersihan tubuh tidak terjaga, misalnya jarang mandi, pakaian tidak segera diganti setelah basah, atau penggunaan handuk dan peralatan pribadi secara bergantian.

Eiben Heizar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Want a free donation?

Click Here