Sabo-Sebuah studi terbaru dari National Drug and Alcohol Research Centre (NDARC), University of New South Wales (UNSW) Sydney, menyoroti efektivitas rokok elektrik (vape) sebagai alat bantu berhenti merokok.
Penelitian yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine ini menemukan bahwa produk tembakau alternatif memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy/NRT).
Riset yang melibatkan 1.000 responden ini membagi peserta secara acak ke dalam dua kelompok. Yakni pengguna vape dan pengguna NRT.
Setelah enam bulan, 28,4 persen peserta yang menggunakan vape berhasil berhenti merokok, sementara keberhasilan pada kelompok NRT hanya 9,6 persen.
“Analisis kami menunjukkan tingkat keberhasilan berhenti merokok pada pengguna produk tembakau alternatif lebih tinggi dibandingkan pengguna NRT, tanpa dipengaruhi usia, jenis kelamin, tingkat ketergantungan nikotin, maupun riwayat kesehatan mental,” kata peneliti utama Associate Professor Ryan Courtney dikutip Senin (18/8).
Meskipun menunjukkan hasil positif, Courtney menegaskan bahwa vape bukanlah solusi instan. Produk tembakau alternatif hanya salah satu opsi dalam upaya berhenti merokok, terutama bagi kelompok masyarakat yang menghadapi keterbatasan sosial.
Senada, Profesor Nicholas Zwar dari Royal Australian College of General Practitioners menambahkan, penelitian ini penting karena menggunakan perangkat pod nikotin yang banyak diresepkan di Australia.
“Jenis ini relatif rendah efek sampingnya, baik yang disengaja maupun tidak,” ujar Nicholas Zwar.
Temuan ini juga mendapat perhatian dari Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo) Paido Siahaan. Dia menyebut hasil riset UNSW konsisten dengan penelitian sebelumnya, termasuk studi Randomized Controlled Trial yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada 2019.
Studi tersebut mencatat keberhasilan 18 persen pada pengguna produk tembakau alternatif, hampir dua kali lipat dibandingkan pengguna NRT (9,9 persen).
Paido menilai, dengan prevalensi merokok di Indonesia yang masih tinggi lebih dari 28 persen populasi dewasa menurut Riskesdas 2023 pemerintah perlu mempertimbangkan strategi harm reduction atau pengurangan risiko.
“Produk tembakau alternatif, bila diatur dengan standar keamanan yang ketat, bisa menjadi pelengkap program berhenti merokok yang ada. Banyak negara sudah membuktikan penurunan konsumsi rokok konvensional melalui pendekatan ini,” kata Paido Siahaan.
Negara-negara seperti Inggris, Selandia Baru, dan Jepang sendiri telah mengadopsi produk tembakau alternatif sebagai bagian dari kebijakan kesehatan publik. Hasilnya, konsumsi rokok konvensional menurun signifikan.
Namun demikian, para ahli tetap mengingatkan bahwa vape tidak sepenuhnya bebas risiko dan penggunaannya harus berada dalam kerangka pengendalian tembakau yang ketat.