Free Gift

Korban Penganiayaan di Mentok Meninggal Dunia,Tim Macan Putih Buru Pelaku

MENTOK, BABEL NEWS – Korban penganiayaan, Heri (53) warga Kecamatan Sungsang, Kabupaten Banyu Asin, dikabarkan meninggal dunia di RSUD Sejiran Setason, usai mendapatkan perawatan tim medis, Senin (18/8) subuh. Diketahui, Heri mengalami luka bacok dan sempat terekam CCTV milik warga di Kampung Sidorejo belakang Masjid Al Ama Iyah, Kecamatan Mentok, pada Sabtu (17/8) malam.

PS Kasi Humas Polres Bangka Barat, Iptu Yos Sudarso, membenarkan terkait korban telah meninggal dunia. “Meninggal dunia subuh tadi, kemungkinan karena pendarahan hebat akibat luka tusukan di punggung,” kata PS Kasi Humas Polres Bangka Barat, Iptu Yos Sudarso.

Ia menambahkan, jajaran Polres Bangka Barat, masih mengejar pelaku yang melakukan penganiayaan terhadap korban. “Tim Macan Putih Polres Bangka Barat masih terus melakukan pengejaran terhadap pelaku,” kata Yos Sudarso.

Diakui Yos Sudarso, polisi menerima laporan kasus penganiayaan pada Minggu 17 Agustus 2025, pukul 01.00 WIB. Saat itu pelapor merupakan Ketua RT 001 RW 001, Kelurahan Sungai Daeng Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat.

“Awalnya ia sedang berada di rumahnya, kemudian mendapatkan informasi dari warga. Bahwa telah terjadi dugaan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan luka berat. Terjadi pada Sabtu, 16 Agustus 2025 sekira pukul 18.30 WIB,” kata Yos Sudarso.

Diakui Yos Sudarso, korban merupakan seseorang laki-laki berinisial H, tinggal di sebuah kontrakan yang beralamat di Kampung Sidorejo, Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat. “Dugaan penganiayaan dilakukan oleh seseorang yang tidak dikenali pelapor, kemudian atas kejadian tersebut. Korban H dibawa ke RSUD Sejiran Setason untuk dilakukan perawatan,” katanya.

Warga Kampung Sidorejo, Andru (33) yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian, mengaku, awalnya mendengar suara jeritan korban dari arah gang atau jalan sempit depan rumahnya. “Awalnya terdengar teriak-teriak tolong-tolong dari arah sana (gang, red). Kami lagi di kamar. Pas keluar, dia sudah pegang punggungnya, penuh darah,” ungkap Andru (33).

Menurut Andru, korban sempat mengatakan, dirinya ditikam oleh seseorang di kontrakan tak jauh dari lokasi. Warga saat itu panik. Berhamburan keluar rumah.

Lalu Andru berinisiatif, membawa korban ke Puskesmas, agar cepat mendapatkan pengobatan. “Kami tanya, kenapa bang? Dia bilang ditikam orang di kontrakan situ. Kami panik, akhirnya inisiatif bawa ke Puskesmas menggunakan motor,” ujarnya.

Andru juga menyebut sempat mendengar, dari perkataan korban. Ia ditikam karena dituduh mencuri. Namun ia tidak mengetahui pasti penyebab sebenarnya. “Awalnya katanya dituduh mencuri. Tapi fakta benarnya kami kurang tahu juga. Itu kami tanya waktu di jalan nanyak kan. Setelah itu tidak ada tanya-tanya lagi, kasihan ia menahan sakit,” katanya.

Saat diperiksa di Puskesmas, korban diketahui mengalami empat luka tusukan, salah satunya cukup dalam hingga mengenai organ vital. Hal itu diduga membuat kondisi korban kritis dan akhirnya tak dapat diselamatkan.

“Kalau tidak salah ada empat tusukan, di punggung. Ada yang dalam sampai kena organ dalam, itu yang bikin parah mungkin. Malam itu masih hidup, tapi paginya kami dengar sudah meninggal,” kata Andru.

Diakui Andru, korban disebut sehari-hari bekerja di tambang (TI) dan tinggal dengan rekan lainnya di kontrakan, kurang lebih dua bulan. “Setahu kami, dia kerja tambang, ngontrak di situ. Kalau lihatnya tidak asing lah. Soalnya sering bolak-balik kan di jalan ini. Rumah kami pas di tikung ini juga kan,”ungkapnya. (riu)

Want a free donation?

Click Here