RUBLIK DEPOK – Indonesia menjadi sorotan dunia dengan gelombang investasi besar-besaran dari pengusaha China, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters dalam artikel berjudul Chinese Investors Eyeing Indonesia to Avoid US Tariffs, Tap Local Market pada 14 Agustus 2025. Fenomena ini mencerminkan daya tarik Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara terpadat keempat di dunia. Namun, di balik potensi besar ini, terdapat tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan investasi asing berkontribusi maksimal bagi perekonomian nasional. Berikut ulasan mendalam berdasarkan laporan CNBC Indonesia bertajuk Media Asing Sorot Fenomena Investor China Ramai-Ramai Serbu RI (17 Agustus 2025).
Alasan Investor China Berbondong-bondong ke Indonesia
Menurut Reuters yang dikutip CNBC Indonesia, perusahaan-perusahaan China berlomba-lomba memperluas operasi atau mendirikan fasilitas baru di Indonesia untuk menghindari tarif impor AS yang tinggi, mencapai lebih dari 30% untuk barang dari China, dibandingkan 19% untuk Indonesia. Selain itu, Indonesia menawarkan pasar domestik besar dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan demografi muda yang dinamis, menjadi daya tarik utama bagi investor.
Gao Xiaoyu, pendiri PT Yard Zeal Indonesia, menggambarkan tingginya aktivitas industri: “Kami cukup sibuk akhir-akhir ini. Kami rapat dari pagi hingga malam. Kawasan industri juga sangat sibuk.” Perusahaannya, yang dimulai pada 2021 dengan empat karyawan, kini memiliki lebih dari 40 karyawan, mencerminkan ekspansi pesat bisnis China di Indonesia.
Pasar Asia Tenggara juga menjadi magnet. Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor asal China, menyatakan, “Jika Anda dapat membangun kehadiran bisnis yang kuat di Indonesia, Anda pada dasarnya telah menguasai separuh pasar Asia Tenggara.” Indonesia, sebagai pasar sepeda motor terbesar ketiga di dunia, memberikan peluang besar bagi industri otomotif dan pendukungnya.
Mira Arifin, Country Head Bank of America untuk Indonesia, menambahkan bahwa Indonesia memiliki talenta besar dengan demografi muda yang dinamis, menciptakan sinergi dengan perusahaan China. “Selalu ada sinergi … dengan perusahaan-perusahaan China yang memiliki keyakinan untuk mendirikan usaha dengan mudah di Indonesia,” ujarnya.
Dukungan Kebijakan dan Hubungan Bilateral
Presiden Prabowo Subianto memperkuat hubungan dengan China melalui kunjungan ke Beijing pada November 2024 untuk bertemu Presiden Xi Jinping dan menyambut Perdana Menteri Li Qiang di Jakarta pada Mei 2025. Investasi dari China dan Hong Kong ke Indonesia naik 6,5% year-on-year menjadi US$8,2 miliar (Rp131 triliun) pada semester pertama 2025. Total FDI tumbuh 2,58% menjadi Rp432,6 triliun, dengan pemerintah optimistis akan peningkatan lebih lanjut pada paruh kedua tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal kedua 2025, laju tercepat dalam dua tahun, juga meningkatkan kepercayaan investor asing.
Tantangan dalam Menarik Investasi
Meski menawarkan peluang besar, Indonesia menghadapi tantangan seperti regulasi kompleks, birokrasi berbelit, pembatasan kepemilikan asing, infrastruktur terbatas di beberapa wilayah, dan kurangnya rantai pasok industri yang lengkap. Beberapa investor mengkhawatirkan kebijakan fiskal populis Prabowo, seperti program makan gratis untuk anak sekolah dan ibu hamil, yang dapat memengaruhi stabilitas fiskal.
Nilai tukar rupiah sempat melemah ke level terendah sejak Juni 1998 pada Maret 2025, meski kini stabil, hanya 1% di bawah level akhir tahun lalu. Stabilitas ini penting untuk menjaga kepercayaan investor, tetapi tantangan struktural tetap menjadi perhatian.
Lonjakan Permintaan di Kawasan Industri
Kawasan industri Subang Smartpolitan di Jawa Barat (luas 2.700 hektar) mengalami lonjakan permintaan dari investor China, dari sektor mainan, tekstil, hingga kendaraan listrik. Abednego Purnomo dari Suryacipta Swadaya mengatakan, “Telepon, email, dan WeChat kami langsung dipenuhi pelanggan baru, agen yang ingin memperkenalkan klien. Kebetulan, semuanya dari China.”
Rivan Munansa dari Colliers International Indonesia menyebutkan perusahaan China mencari lahan dan bangunan siap pakai dengan urgensi tinggi, bahkan “hampir setiap hari.” Harga properti industri melonjak 15-25% secara tahunan pada kuartal pertama 2025, kenaikan tercepat dalam 20 tahun.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Investasi ini meningkatkan FDI dan menciptakan lapangan kerja, seperti pada PT Yard Zeal Indonesia. Namun, risiko sosial dan lingkungan perlu diperhatikan. Posting di X oleh @AlvaApp (14 Agustus 2025) menyoroti potensi backlash lokal dan masalah ESG jika tidak dikelola baik. Kasus gangguan premanisme terhadap investasi BYD di Subang, dilaporkan South China Morning Post, menunjukkan tantangan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Pemerintah menawarkan insentif untuk menarik investasi Rp49.000 triliun, termasuk penyederhanaan regulasi dan pengembangan infrastruktur seperti pelabuhan Patimban. Namun, tantangan birokrasi dan rantai pasok harus diatasi untuk memaksimalkan manfaat investasi ini.
Gelombang investasi China menunjukkan potensi Indonesia sebagai pusat investasi di Asia Tenggara, didukung pasar besar, demografi muda, dan kebijakan pemerintah. Namun, tantangan seperti birokrasi, infrastruktur, dan risiko sosial harus dikelola untuk memastikan dampak positif yang berkelanjutan. Dengan langkah tepat, Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi menuju visi Indonesia Maju.