Free Gift

Selain Diet Mono, Hindari Macam-macam Diet Ekstrem yang Bisa Mengancam Kesehatan

DALAM upaya menurunkan berat badan atau menjaga bentuk tubuh ideal, banyak orang yang mencoba berbagai jenis diet dan tergolong ekstrem untuk membatasi asupan kalori. Termasuk diet mono?

Selain diet mono yang populer tetapi berbahaya, seperti yang dikutip dari Independent, masih ada beragam jenis diet ekstrem lainnya yang berpotensi membahayakan kesehatan secara serius.

Diet ekstrem adalah pola makan yang sangat membatasi kalori, jenis makanan, atau mengubah pola makan secara tidak seimbang, sehingga tidak disarankan untuk dijalani dalam jangka panjang. Meski bisa menurunkan berat badan dengan cepat, dampak negatif yang timbul seringkali lebih besar daripada manfaatnya. Berikut ini beberapa jenis diet ekstrem yang sebaiknya dihindari, menurut berbagai sumber terpercaya.

1. Diet Bebas Gluten

Dinukil dari Siloam Hospital, jenis diet ini sebenarnya dianjurkan untuk orang dengan intoleransi gluten atau penyakit celiac. Jika tidak untuk alasan medis, diet ini justru berisiko mengurangi asupan biji-bijian bergizi, serat, dan mikronutrien penting. Biji-bijian berperan penting untuk mencegah penyakit jantung dan diabetes dengan menurunkan kolesterol serta mengatur gula darah.

Beberapa produk bebas gluten justru mengandung banyak natrium, gula, dan lemak tidak sehat yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan, gangguan gula darah, dan tekanan darah tinggi. Jadi, label bebas gluten tidak selalu menjamin makanan tersebut sehat. Bagi yang tidak memiliki penyakit celiac atau gangguan pencernaan, disarankan mengonsumsi lebih banyak buah, sayur, roti atau pasta gandum utuh, serta protein tanpa lemak dalam pola makan sehari-hari.

2. Diet Paleo

Jenis diet ini adalah salah satu diet yang berpotensi membahayakan kesehatan. Konsep diet paleo meniru pola makan manusia zaman batu atau paleotikum yang mengonsumsi makanan dari alam, seperti daging, sayuran, dan ikan hasil buruan. Beberapa versi bahkan menganjurkan makan daging atau protein mentah, yang risiko kesehatannya tinggi jika bahan tidak segar atau kurang higienis. Diet ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, dan ketidakseimbangan bakteri usus karena rendah karbohidrat dan serat larut. Selain itu, kekurangan kalsium dan vitamin D berisiko pada kesehatan tulang. Konsumsi lemak jenuh dan protein berlebihan dari daging tanpa batas juga dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal, jantung, dan kanker.

3. Diet Keto

Diet keto adalah pola makan yang membatasi konsumsi karbohidrat kurang dari 50 gram per hari dan meningkatkan asupan lemak. Tubuh yang kekurangan glukosa kemudian membakar lemak dan protein sebagai energi. Awalnya dibuat untuk pasien epilepsi, kini diet ini populer untuk menurunkan berat badan. Namun, diet keto hanya dianjurkan dalam jangka pendek, antara dua hingga tiga minggu, maksimal 6 hingga 12 bulan.

Jika dijalani terlalu lama, diet ini bisa menimbulkan efek samping serius, seperti sakit kepala, mual, muntah, gangguan pencernaan, dan penyusutan massa otot. Risiko lain termasuk tekanan darah rendah, batu ginjal, sembelit, kekurangan nutrisi, serta gangguan jantung. Diet keto juga dapat memicu isolasi sosial dan gangguan pola makan pada sebagian orang.

Orang dengan penyakit pada pankreas, hati, tiroid, atau kandung empedu disarankan tidak menjalani diet ini. Saat memulai, banyak mengalami “keto flu” yang ditandai dengan sakit perut, pusing, energi menurun, dan perubahan suasana hati karena tubuh menyesuaikan diri menggunakan lemak sebagai sumber energi utama.

4. Diet Mayo

Diet mayo fokus pada pembatasan konsumsi garam dan makanan rendah karbohidrat. Namun, pembatasan garam menyebabkan cairan dalam tubuh cepat hilang sehingga berat badan turun bukan karena pembakaran lemak, melainkan karena kehilangan cairan. Kondisi ini berisiko menyebabkan dehidrasi, rasa lemas, dan menurunnya konsentrasi.

5. Diet HCG

Dikutip dari Web MD, diet HCG mengombinasikan pembatasan kalori yang sangat ketat dengan penggunaan obat human chorionic gonadotropin (hCG) yang umumnya untuk wanita hamil. Studi menunjukkan obat ini tidak efektif menurunkan berat badan dan berisiko menimbulkan efek samping seperti kelelahan berat, mudah marah, gelisah, hingga depresi. Obat ini juga bisa menyebabkan penumpukan cairan dan pembekuan darah. Selain itu, pembatasan kalori yang ekstrem bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

6. Diet Cuka Sari Apel

Ada yang mengonsumsi cuka sari apel sebelum makan agar nafsu makan berkurang dan lemak terbakar, tetapi bukti keberhasilannya sangat terbatas. Meskipun umumnya aman, konsumsi jangka panjang dapat mengganggu kerja insulin dan obat tekanan darah, serta memicu hipoglikemia dan hipokalemia. Asamnya yang tinggi juga berisiko merusak tenggorokan.

7. Diet Kafein

Minum banyak kopi mungkin bisa menekan nafsu makan dan membakar kalori, namun tidak cukup untuk menurunkan berat badan secara signifikan. Kafein berlebih bisa menaikkan tekanan darah, membuat perut mual, serta menyebabkan susah tidur. Akibatnya, berat badan yang sudah turun bisa naik lagi. Selain itu, minuman berkafein tertentu mengandung kalori dan lemak tinggi.

8. Diet Sup Kubis

Sup yang dikonsumsi dalam diet ini sehat, tetapi Anda hanya diperbolehkan makan sup dan beberapa makanan tertentu sesuai jadwal, seperti buah di hari pertama atau daging dan sayur di hari kelima. Asupan kalori dibatasi hanya sekitar 1.000 per hari, yang dapat memicu tubuh masuk ke “mode kelaparan” sehingga metabolisme melambat. Kondisi ini justru menghambat penurunan berat badan.

Want a free donation?

Click Here