Sabo, JAKARTA — Investor asing kembali memborong saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai beli bersih atau net buy mencapai Rp6,67 triliun sepanjang periode 11-15 Agustus 2025, meningkat drastis dari pekan sebelumnya.
Arus modal tersebut menjadi salah satu penopang utama reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hampir menyentuh level psikologis 8.000.
Berdasarkan data BEI, IHSG menguat 4,84% selama sepekan ke 7.898,37 pada Jumat (15/8/2025) setelah sempat mencetak level tertinggi intraday 8.017. Kapitalisasi pasar pun naik 5,11% secara mingguan menjadi Rp14.247 triliun.
Kenaikan indeks komposit seturut dengan derasnya aksi akumulasi asing. Tercatat, total pembelian investor asing mencapai Rp46,15 triliun dengan penjualan Rp39,47 triliun pekan lalu. Alhasil, total beli bersih mencapai Rp6,67 triliun, meningkat dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp124,22 miliar.
Seiring hal tersebut, emiten BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi saham yang paling banyak diburu asing dengan catatan nilai bersih mencapai Rp2,3 triliun. Posisinya disusul saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang membukukan net buy senilai Rp1,64 triliun.
Sementara itu, asing juga mencatatkan beli bersih saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp1,33 triliun dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengakumulasikan net buy asing senilai Rp769,7 miliar.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa konsistensi aksi beli asing pada Agustus terjadi ketika IHSG berhasil menguji level tertinggi di kisaran 8.000.
Padahal, pada kuartal I/2025, indeks komposit sempat tertekan oleh dinamika global, terutama oleh pemilu Amerika Serikat dan kebijakan Donald Trump.
“Dengan masuknya arus asing pada Agustus, peluang IHSG untuk bullish semakin terbuka,” ujar Nafan kepada Bisnis, Senin (18/8/2025).
Menurutnya, katalis positif ke depan datang dari proyeksi surplus transaksi berjalan kuartal II/2025. Surplus ini berpotensi memperkuat sentimen pasar, sekaligus menambah daya tarik IHSG bagi investor asing.
Secara teknikal, lanjutnya, tren utama IHSG masih bullish dan tergolong dalam secular uptrend. Nafan menyebutkan bahwa koreksi yang mungkin terjadi akan lebih bersifat penurunan sementara, bukan pembalikan tren.
“Strategi portofolio yang rasional saat ini adalah akumulasi bertahap pada saham dengan prospek fundamental solid. Investor juga perlu melakukan realisasi profit dan menjalankan manajemen risiko secara efektif,” ujar Nafan.
Saham Big Caps Perbankan Diincar
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menambahkan strategi investor asing biasanya dimulai dari sektor perbankan, khususnya saham-saham unggulan yang menjadi tulang punggung IHSG.
Arus modal masuk ini, kata Liza, akhirnya ikut memperkuat nilai tukar rupiah. Mata uang rupiah kini terapresiasi ke level Rp16.103 per dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun di tengah pelemahan dolar secara global.
Selain itu, peluang penurunan suku bunga The Fed pada September yang sudah diantisipasi pasar lebih dari 90% membuat imbal hasil obligasi turun, sehingga minat investasi bergeser ke arah aset berisiko seperti saham.
Liza menyatakan bahwa secara tren jangka menengah, pergerakan IHSG masih menunjukkan tren penguatan yang solid dalam pola parallel channel. Tertahannya IHSG di level mendekati 8.000 juga memberi kesan simbolis.
“Selain konsolidasi sehat, aliran modal asing mulai menunjukkan konsistensi, tercermin dari net buy asing sepekan terakhir yang mencapai sekitar Rp5 triliun, level yang sudah lama tidak terlihat,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sabotidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.