Sabo — Blak-blakan, CEO Semen Padang FC, Win Bernadino akhirnya angkat suara terkait sorotan publik atas kondisi ruang ganti Stadion Gelora Haji Agus Salim (GHAS) Padang. Kritik yang ramai di media sosial itu langsung dijawab dengan terbuka sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi manajemen Kabau Sirah.
Win tidak menampik kondisi ruang ganti stadion peninggalan tahun 1980 itu memang jauh dari kata modern.
Bahkan dirinya mengaku klub sulit melakukan renovasi total karena keterbatasan dana dan faktor kepemilikan stadion yang bukan sepenuhnya di tangan Semen Padang FC.
“Terima kasih atas masukan dan sarannya mengenai kondisi ruang ganti GHAS. Kami menyadari bahwa tidak mudah merenovasi stadion yang sudah berdiri sejak 1980 dengan dana sendiri,” tulis Win lewat akun Instagram pribadinya, dikutip Senin (18/8/2025).
“Apalagi, ruangannya memang terbatas sehingga harus diakali dengan jumlah pemain dan ofisial yang semakin bertambah,” sambungnya.
Menurutnya, penambahan jumlah pemain dan ofisial dalam setiap laga membuat ruang yang terbatas itu semakin terasa sempit.
Meski begitu, ia menegaskan Semen Padang FC selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk tim tamu yang datang.
Win menggambarkan penyambutan klubnya seperti menerima saudara kandung yang datang jauh-jauh menghadiri sebuah hajatan besar.
“Kami sangat menghormati setiap tamu yang datang ke Padang dengan berusaha menyambut sebaik mungkin, seperti saudara kandung sendiri yang datang dari jauh untuk menghadiri sebuah hajatan,” ujar Win.
“Kami juga berterima kasih terhadap sambutan dan layanan dari saudara-saudara kami ketika kami tandang. Bahkan banyak yang berusaha menutupi kekurangan fasilitas mereka agar selalu terlihat indah di mata pihak lain.”
“Football is about RESPECT,” tegas Win menutup pernyataannya yang mendapat banyak perhatian publik. Ia juga menambahkan sikap saling menghormati harus dijaga bersama seluruh klub peserta kompetisi.
Manajemen Kabau Sirah tak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada klub-klub lain yang selalu memberikan layanan ramah saat tim bertandang.
Win menyebut banyak klub bahkan berusaha menutupi kekurangan fasilitas mereka demi menjaga kenyamanan tamu.
Pernyataan itu seolah menjadi penyejuk di tengah derasnya komentar netizen yang menyoroti buruknya fasilitas ruang ganti GHAS.
Win berharap semua pihak bisa memahami keterbatasan yang dihadapi saat ini sambil menunggu realisasi renovasi stadion.
Seperti diketahui, Stadion GHAS Padang memang masuk daftar renovasi besar usai adanya instruksi langsung dari Presiden RI.
Harapannya, wajah baru stadion kebanggaan masyarakat Sumatera Barat itu bisa memenuhi seluruh standar AFC untuk menggelar pertandingan internasional.
“Mudah-mudahan GHAS setelah renovasi bisa memenuhi seluruh standar AFC. Mohon doanya,” ujar Win penuh optimisme dalam unggahan yang menuai banyak komentar dukungan dari suporter.
Sebelumnya, kondisi ruang ganti Semen Padang FC mendadak jadi sorotan setelah laga melawan Dewa United. Pemain belakang Dewa United, Nick Kuipers, mengunggah kondisi ruang ganti GHAS di story Instagram pribadinya.
Dalam unggahan tersebut terlihat kursi plastik beralas kain seadanya dengan beberapa gantungan baju sederhana.
Foto itu kemudian dicapture sejumlah akun dan menyebar luas di media sosial hingga memancing gelombang komentar dari publik.
Banyak netizen yang menyamakan ruang ganti GHAS seperti tenda kondangan. “Kualitas loker room mirip kondangan,” tulis salah satu akun yang viral dan ramai dibicarakan.
Tak sedikit pula yang menilai fasilitas stadion tersebut tidak pantas untuk level kompetisi profesional di Indonesia. Namun, di sisi lain ada juga suporter yang mengajak publik lebih bijak karena kondisi tersebut sudah bertahan sejak lama.
Kritikan itu akhirnya sampai juga ke telinga manajemen Semen Padang FC. Tanpa mengelak, CEO Win Bernadino memilih merespons langsung sekaligus menjadikan kritik itu sebagai pelecut semangat untuk memperbaiki diri.
Bagi Win, kritik dari netizen maupun pemain lawan bukanlah sesuatu yang harus ditutup-tutupi. Justru dengan adanya keterbukaan itu, manajemen bisa mengetahui titik lemah yang perlu diperbaiki ke depan.
Respons terbuka ini mendapat apresiasi dari sejumlah pecinta bola di tanah air. Banyak yang menilai sikap Win mencerminkan jiwa besar seorang pemimpin klub yang lebih mengutamakan penghormatan dan persaudaraan antar sesama.
Stadion GHAS sendiri memang memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat Minang. Berdiri sejak 1980, stadion ini telah menjadi saksi perjalanan panjang Semen Padang FC di kancah sepak bola nasional.
Namun dari sisi fasilitas, stadion ini memang jauh tertinggal dibanding stadion-stadion baru di Indonesia.
Keterbatasan anggaran membuat perbaikan yang dilakukan selama ini hanya sebatas kosmetik tanpa menyentuh infrastruktur inti.
Dengan adanya rencana renovasi besar-besaran pasca instruksi Presiden, publik tentu berharap banyak pada wajah baru GHAS.
Bukan hanya sekadar memperbaiki ruang ganti, tapi juga meningkatkan standar kenyamanan untuk pemain, ofisial, hingga penonton.
Win pun mengajak seluruh pihak agar tetap bersabar dan memberikan dukungan. Menurutnya, jika proses renovasi berjalan lancar, stadion ini bisa kembali menjadi kebanggaan masyarakat Padang dan Sumatera Barat.
Meski saat ini fasilitas GHAS jauh dari ideal, Semen Padang FC bertekad tetap menjaga martabat klub. Mereka akan terus berusaha menyambut lawan dengan hormat dan berjuang menjaga semangat persaudaraan di dunia sepak bola.
Akhirnya, kritik pedas soal ruang ganti GHAS tak lantas membuat Semen Padang FC minder. Sebaliknya, kritik itu disambut dengan keterbukaan, semangat perbaikan, dan pesan menyejukkan: sepak bola adalah tentang RESPECT.