Free Gift

Investor Berpaling ke Ethereum, Volume Tembus Rp 391 Triliun Kalahkan Bitcoin

Sabo – Aset kripto Ethereum (ETH) kembali mencuri perhatian pelaku pasar global. Setelah mencetak harga tertinggi sejak November 2021 di level USD 4.743 atau sekitar Rp 77,3 juta, Ethereum kini hanya terpaut sedikit dari rekor sepanjang masa di USD 4.865.

Lonjakan ini ditopang oleh derasnya aliran dana institusional dan lonjakan volume transaksi spot yang bahkan melampaui Bitcoin selama empat pekan berturut-turut, menurut laporan terbaru Cryptoquant dan Bitcoinist, Senin (18/8).

Minat investor institusi terhadap Ethereum makin menguat, terutama lewat instrumen ETF spot. Rasio kepemilikan ETF antara ETH/BTC melonjak dari 0,05 menjadi 0,15 dalam tiga bulan terakhir.

Selain itu, volume spot ETH mencapai USD 24 miliar (sekitar Rp 391 triliun) per minggu, jauh mengungguli volume Bitcoin sebesar USD 14 miliar. Ini merupakan rasio volume ETH/BTC tertinggi sejak Juni 2017.

Namun, euforia ini dibarengi dengan tanda-tanda kewaspadaan. Cryptoquant mencatat tekanan jual mulai muncul, tercermin dari arus masuk ETH ke bursa yang kini melampaui Bitcoin. Rasio inflow ETH/BTC meningkat antara Mei hingga Agustus, menandakan bahwa sebagian investor mulai bersiap mengambil keuntungan.

Indikator teknikal seperti MVRV ratio (rasio nilai pasar terhadap nilai realisasi) juga menunjukkan sinyal jenuh beli. Sejak Mei, rasio ini melonjak dari 0,4 ke 0,8, dekat dengan angka 0,9 yang secara historis menandai kondisi overvalued terhadap Bitcoin.

Dari sisi pasar derivatif, sentimen jangka pendek Ethereum terlihat melemah. Menurut analis Amr Taha yang dikutip Bitcoinist, dalam dua hari terakhir terjadi penurunan Open Interest sebesar 29%, menyusul koreksi harga ETH dari USD 4.700 ke USD 4.400 (sekitar Rp 71,7 juta). Funding rate di pasar futures juga berubah negatif, mengindikasikan dominasi posisi short.

“Pendanaan negatif memang mencerminkan pesimisme, tetapi sejarah menunjukkan bahwa kondisi ekstrem ini bisa menjadi awal pemulihan, jika ada katalis positif baru,” ujar Taha.

Meski begitu, data dari pasar spot justru menunjukkan optimisme jangka panjang. Sebanyak 200.000 ETH senilai sekitar USD 888 juta (setara Rp 14,4 triliun) ditarik keluar dari bursa dalam beberapa hari terakhir, sebesar 128.000 ETH dari Coinbase dan 72.000 ETH dari Binance.

Umumnya, penarikan besar dari exchange mengindikasikan keinginan investor untuk menyimpan di cold wallet, alias sinyal bullish.

Kondisi ini menciptakan narasi ganda. Di satu sisi pasar derivatif mengindikasikan kehati-hatian, tetapi di sisi lain arus keluar dari exchange menunjukkan potensi akumulasi untuk jangka panjang.

Saat artikel ini ditulis, Ethereum diperdagangkan di USD 4.446 atau sekitar Rp 72,4 juta, dengan perhatian investor tertuju pada level support USD 4.400. Jika harga mampu bertahan dan memantul dari level ini, bisa jadi sinyal bahwa ETH telah oversold dan siap naik kembali.

Namun, jika tekanan jual berlanjut, koreksi ke bawah masih mungkin terjadi sebelum ETH kembali mengejar rekor tertingginya.

Want a free donation?

Click Here