KABAR TASIKMALAYA – Nyeri sendi adalah masalah kesehatan yang umum dirasakan banyak orang. Rasa sakit bisa muncul sesekali, misalnya setelah aktivitas berat seperti mendaki atau bekerja seharian. Namun, jika nyeri berlangsung lama, disertai bengkak, rasa hangat, atau kemerahan, kemungkinan ada kondisi medis tertentu di baliknya. Para dokter menjelaskan setidaknya ada sepuluh penyebab tersembunyi yang membuat sendi terasa sakit terus-menerus.
1. Penuaan dan Osteoartritis
Seiring bertambahnya usia, sendi yang menopang tubuh seperti lutut, pinggul, dan bahu rentan mengalami nyeri. Beban seumur hidup serta aktivitas berulang, seperti mengangkat dan menjangkau, sering menjadi penyebab utama rasa sakit.
“Sumbernya seringkali aktivitas mengangkat dan menjangkau yang berulang,” kata Gregory Gasbarro, M.D., seorang ahli bedah ortopedi di The Shoulder, Elbow, Wrist and Hand Center di Mercy Medical Center, Baltimore.
Selain itu, menurut Mayo Clinic, kartilago yang berfungsi melindungi sendi juga bisa mengalami keausan. Bila kerusakan semakin parah hingga menimbulkan nyeri atau mengganggu fungsi, kondisi ini dikenal sebagai osteoartritis.
2. Cedera Lama yang Kambuh
Cedera masa lalu, seperti robekan ligamen atau patah tulang, dapat menimbulkan peradangan jangka panjang. Meski sudah sembuh, sendi yang pernah cedera lebih rentan mengalami nyeri kronis dan berisiko berkembang menjadi radang sendi di kemudian hari.
“Jadi, misalnya, jika seseorang mengalami robekan ligamen di lutut pada usia 20-an, hal itu dapat meningkatkan risiko dia mengalami arthritis 10, 20, atau 30 tahun kemudian,” tambahnya.
3. Bursitis
Bursitis adalah peradangan pada bursa, yaitu kantong kecil berisi cairan yang menjadi bantalan antara tulang dengan otot, tendon, atau kulit. Kondisi ini bisa dipicu oleh cedera tunggal, misalnya jatuh pada bahu saat berolahraga, maupun gerakan berulang seperti melempar bola atau sering berlutut di permukaan keras.
menurut National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS). Hal ini dapat disebabkan oleh cedera sekali kejadian, seperti jatuh pada bahu saat ski, atau akibat gerakan atau penggunaan berulang, seperti melempar bola atau berlutut di permukaan keras setiap hari.
Gejalanya meliputi pembengkakan dan nyeri di sekitar sendi, terutama bahu, siku, pinggul, dan lutut. Peradangan ini menimbulkan rasa sakit karena bursa memiliki banyak saraf. Selain itu, bursitis juga bisa muncul akibat cedera tidak langsung, misalnya pincang karena nyeri punggung bawah yang kemudian membebani lutut atau pinggul.
4. Hipotiroidisme
Gangguan kelenjar tiroid yang tidak menghasilkan cukup hormon dapat berdampak pada kesehatan sendi. Hormon tiroid berperan menjaga pelumasan sendi, sehingga kekurangannya membuat persendian rentan nyeri dan kaku.
“Hal itu (hipotiroidisme) dapat berdampak buruk pada sendi dan membuatnya rentan terhadap ketidaknyamanan atau cedera sendi,” kata Dr. Gerhardt.
5. Rheumatoid Arthritis (RA)
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyerang sendi, berbeda dengan osteoartritis akibat penuaan. RA sering terjadi pada wanita dan ditandai dengan nyeri, pembengkakan, serta kekakuan terutama di pagi hari. Jika tidak ditangani, RA bisa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan.
6. Artritis Infeksius
Infeksi bakteri dapat masuk ke dalam sendi melalui luka atau sayatan yang tidak dibersihkan dengan baik. Kondisi ini disebut artritis septik. Gejalanya berupa nyeri hebat, bengkak, disertai demam dan menggigil. Penanganannya biasanya dengan antibiotik dan pengeluaran cairan dari sendi.
7. Gout (Asam Urat)
Protein adalah nutrisi yang sangat penting yang membantu perut merasa kenyang, membangun otot, dan merasa berenergi, tetapi terlalu banyak protein juga bisa berbahaya.
“Jika seseorang mengonsumsi terlalu banyak protein, tubuhnya akan memproduksi banyak asam urat dan tidak dapat mengeluarkannya semua dari tubuh,” jelas Luga Podesta, M.D., seorang dokter spesialis kedokteran olahraga dan ortopedi regeneratif di Florida. “Hal ini menyebabkan reaksi inflamasi yang intens.”
Ini disebut gout, dan merupakan salah satu jenis arthritis paling menyakitkan yang bisa dialami. Gejala gout seperti panas, pembengkakan, kemerahan, dan nyeri yang sulit diabaikan biasanya muncul pertama kali di jari kaki besar, lalu menyebar ke sendi lain, menurut NIAMS.
Kelebihan protein bukanlah satu-satunya faktor risiko. Mengonsumsi alkohol atau minuman manis berlebihan, mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti diuretik), memiliki tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan, atau memiliki riwayat keluarga dengan gout juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini, menurut NIAMS.
8. Penyakit Lyme
Gigitan kutu yang membawa bakteri Borrelia burgdorferi atau Borrelia mayonii dapat membuat orang yang tergigit mengidap penyakit Lyme.
Gejala awal penyakit Lyme meliputi kelelahan, demam, sakit kepala, dan dalam banyak kasus, ruam berbentuk lingkaran konsentris, menurut CDC. Namun, diagnosis dapat sulit dilakukan jika kamu tidak berada di daerah endemik kutu.
Jika penyakit Lyme tidak terdiagnosis dan tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke sendi, terutama lutut. Penderitanya juga mungkin mengalami kekakuan leher dan nyeri pada tangan dan kaki. Seiring waktu, jantung dan sistem saraf juga dapat terpengaruh.
9. Lupus
Menurut Arthritis Foundation, orang dengan lupus memiliki sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif dan menyerang taret yang keliru: sendi, serta kulit, darah, ginjal, dan organ lain.
Selain sendi bengkak dan nyeri, penderitanya mungkin mengalami ruam berbentuk kupu-kupu di pipi, tetapi gejala berbeda-beda pada setiap orang. Rontoknya rambut, kesulitan bernapas, masalah memori, luka mulut, dan mata serta mulut kering juga dapat menjadi tanda lupus.
10. Gonore
Penyakit menular seksual ini tidak hanya menyerang organ reproduksi, tetapi juga dapat menyebabkan artritis gonokokal. Kondisi ini lebih sering menyerang wanita daripada pria dan paling umum terjadi pada dewasa muda yang aktif secara seksual.
Gejalanya berupa nyeri, bengkak, dan kemerahan pada sendi, disertai gejala infeksi menular seksual lain termasuk rasa panas saat buang air kecil, serta keluarnya cairan dari penis atau peningkatan cairan vagina. Untungnya, gonore dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Kabar baiknya, menurut Mayo Clinic, Gonore dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Jika nyeri sendi berlangsung lama, semakin parah, atau disertai gejala lain seperti demam, pembengkakan, dan penurunan berat badan, segera konsultasikan dengan dokter. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah kerusakan sendi permanen.
Nyeri sendi tidak selalu berarti masalah sepele. Banyak faktor dapat menjadi penyebab, mulai dari penuaan, cedera lama, hingga penyakit autoimun dan infeksi serius. Dengan memahami penyebab nyeri sendi, kamu dapat lebih waspada dan segera mencari penanganan medis yang tepat.
Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Jika kamu mengalami nyeri sendi atau gejala bursitis, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis berkompeten untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.***