Free Gift

10 Tanda Seseorang Punya Keterampilan Komunikasi Buruk Meski Terlihat Banyak Bicara

SaboKeterampilan komunikasi yang baik seringkali tidak diukur dari seberapa banyak kata yang diucapkan, melainkan dari seberapa besar pemahaman yang tercipta antara kedua belah pihak.

Beberapa orang yang paling banyak bicara justru merupakan komunikator terburuk, membuat lawan bicara merasa bingung, tegang, atau bahkan kelelahan.

Penulis artikel ini, yang telah melewati usia enam puluhan, telah mengamati pola-pola umum pada individu yang terlihat fasih, namun selalu gagal menyampaikan maksudnya secara efektif, melansir dari Global English Editing Rabu (22/10).

Mengenali tanda-tanda ini penting untuk meningkatkan cara kita berinteraksi, dan bahkan untuk mengevaluasi kemampuan diri sendiri saat berkomunikasi.

1. Berbicara untuk Menang, Bukan untuk Memahami

Anda bisa mengenali tanda ini dari nada bicara yang sering menggunakan sanggahan cepat atau kata “sebenarnya” di setiap kalimat untuk membenarkan diri sendiri dalam situasi apapun. Tujuannya adalah meraih poin dalam perdebatan, bukan mencari kejelasan atau pemahaman bersama. Ketika Anda berbagi masalah sensitif, mereka justru langsung bertindak sebagai “pengacara setan” yang mencari kesalahan atau langsung memberi vonis. Anda akan merasa diperdebatkan, bukannya didengarkan dengan baik dalam sebuah perbincangan.

2. Menjawab dengan Kabut: Tidak Ada Kata Benda, Kata Kerja, atau Waktu yang Jelas

Jika ditanya pertanyaan sederhana seperti “Kapan Anda bisa mengirim perkiraan biaya?”, mereka akan menjawab dengan samar seperti “Segera,” atau “Seharusnya tidak lama lagi.” Jawaban berkabut ini memaksa lawan bicara untuk melakukan pekerjaan tambahan yang merepotkan seperti mengatur kalender, menentukan batasan, dan harus terus-menerus menindaklanjuti. Jawaban tidak jelas seringkali menghasilkan ketidakjujuran yang tidak disengaja, di mana orang lain akan mendengar apa yang mereka inginkan, lalu akhirnya berujung pada kekecewaan besar.

3. Menyela untuk Mengalihkan Sorotan Perhatian

Anda mungkin sedang berbagi cerita tentang hari yang berat, lalu mereka melompat masuk dengan kisah mereka yang dianggap lebih buruk dan lebih berharga untuk didengarkan. Atau, mereka memotong ide Anda di tengah jalan karena merasa sudah “mengerti,” padahal jika benar-benar paham, mereka akan membiarkan Anda menyelesaikan pikiran itu. Kebiasaan menyela yang kronis secara tidak langsung mengajarkan lawan bicara bahwa perkataan mereka tidak aman dan tidak penting untuk didengarkan sampai tuntas.

4. Menggunakan Sindiran, Bukan Permintaan Langsung

Tanda ini dapat dilihat dari pesan teks yang pasif-agresif atau desahan panjang yang dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa mereka sedang khawatir atau marah. Menggunakan isyarat yang samar seperti ini bukan komunikasi yang baik, melainkan permainan tebak-tebakan dengan konsekuensi besar. Petunjuk menciptakan kebingungan bagi penerima dan memberikan penyangkalan yang masuk akal bagi pengirim, sehingga kebencian seringkali muncul dari komunikasi yang tidak transparan.

5. Meningkatkan Volume Suara Alih-alih Menambah Struktur Kalimat

Ketika seseorang merasa disalahpahami, mereka justru berbicara lebih keras dan lebih cepat, seolah-olah masalahnya adalah volume suara, bukan susunan kalimat yang berantakan. Mengatakan cerita yang berantakan dengan berteriak tetaplah sebuah cerita yang berantakan dan sulit dipahami oleh orang lain. Peningkatan volume dapat memicu sifat defensif karena otak menganggapnya sebagai ancaman, bukan sebagai pesan yang perlu diproses secara logis.

6. Tidak Bisa Merangkum Pandangan Orang Lain

Ujian yang cukup andal adalah meminta seseorang untuk merangkum apa yang mereka pikir Anda katakan sebelum membuat keputusan bersama. Komunikator yang buruk akan menolak atau merusak inti perkataan Anda karena mereka tidak bisa mencerminkan esensinya, bahkan jika mereka tidak setuju. Jika Anda tidak bisa mengatakannya kembali, berarti Anda tidak mendengarnya, sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan masukan yang salah dapat memicu konflik di kemudian hari.

7. Memilih Media dan Waktu yang Salah

Mengirim pesan teks sepanjang lima paragraf, memutuskan hubungan melalui email, atau membahas topik sensitif tepat sebelum waktu tidur adalah tanda komunikasi yang buruk. Media dan waktu adalah bagian penting dari pesan, dan penyalahgunaan keduanya dapat merusak tujuan yang ingin disampaikan. Konten yang benar namun berada dalam wadah yang salah akan disalahartikan, di mana otak yang lelah cenderung membuat interpretasi yang buruk.

8. Menghindari Perbaikan dan Bersikeras Merasa “Benar”

Semua orang pasti pernah salah bicara, namun yang membedakan komunikator yang kuat dari komunikator biasa adalah kemampuan untuk melakukan perbaikan. Komunikator yang buruk melewatkan proses perbaikan dan langsung bersikap defensif atau melakukan serangan balik yang sama sekali tidak perlu dilakukan. Tanpa proses perbaikan, masalah kecil dapat menjadi retakan besar, membuat orang lain enggan mengambil risiko untuk menyampaikan kejujuran.

9. Mengacaukan Data dengan Mengunduh Informasi: Terlalu Banyak dan Tanpa Filter

Satu di antara tanda komunikasi buruk adalah rekan kerja yang meneruskan setiap email “demi transparansi,” sampai akhirnya tidak ada yang bisa menemukan informasi penting. Atau, ada teman yang menjawab “Bagaimana kabarmu?” dengan monolog panjang lebar selama 12 menit tentang berbagai hal di hidupnya. Terlalu banyak berbagi informasi bukanlah bentuk kerentanan, tetapi merupakan kekacauan yang membuat orang lain cenderung mengabaikan pesan tersebut.

10. Mengubah Perbedaan Pendapat Menjadi Penghakiman Karakter

Perbedaan pendapat mengenai suatu rencana dapat berubah menjadi tuduhan “Anda tidak pernah mendengarkan,” atau lupa membeli susu menjadi “Anda tidak peduli dengan keluarga ini.” Ketika seseorang secara rutin melompat dari peristiwa kecil ke penentuan karakter, mereka tidak sedang berkomunikasi, melainkan sedang menuntut orang lain untuk disalahkan. Serangan terhadap karakter akan menutup pintu komunikasi, di mana orang akan membela identitas mereka, alih-alih membahas masalah spesifik yang seharusnya didiskusikan.

Intinya adalah, berbicara itu murah, tetapi pemahaman bersama adalah segalanya dan tidak ternilai harganya bagi sebuah hubungan. Seseorang yang paling lantang suaranya di meja rapat belum tentu menjadi yang paling jelas saat menyampaikan ide. Jika Anda ingin mengidentifikasi keterampilan komunikasi yang buruk dan menghindari menjadi orang seperti itu fokuslah pada kebiasaan yang menciptakan kebingungan, bukan kebiasaan yang menciptakan kegaduhan. Komunikasi adalah serangkaian praktik yang dapat dipelajari, dan komunikator terbaik adalah mereka yang cepat menyadari kesalahannya, kemudian membuat lawan bicara lebih mudah untuk tetap terus berbicara.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar