Free Gift

23 Tahun Dihantam Abrasi, Masjid Nurul Jannah Masih Berdiri Kokoh di Pantai Pisangan Karawang

PIKIRAN RAKYAT – Gelombang air laut pasang (rob) yang telah berlangsung puluhan tahun menimbulkan abrasi dahsyat di pantai utara Karawang, termasuk Pantai Pisangan, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya.

Ratusan rumah warga di dusun itu ambruk menyisakan material yang kini terendam air laut. Namun, di tengah kemurkaan alam itu tersisa sebuah bangunan yang tetap kokoh kendati sama-sama kerap diterjang banjir Rob.

Bangunan tersebut adalah sebuah masjid bernama Nurul Jannah yang hingga kini masih berdiri tegar di tengah hempasan ombak Laut Jawa. Masji itu merupakan satu-satunya bangunan yang luput dari abrasi kendati hampir sebagian dindingnya sudah dikepung air laut.

Saat masuk ke dalam masjid, suara deburan ombak masih terdengar kencang. Sesekali cipratan air laut masuk melalui jendela yang terbuka.

Awal Bangunan Berdiri

Abdul Choliq, satu-satunya pengelola Masjid Nurul Jannah menceritakan, masjid itu dibangun tahun 2002 oleh seorang dermawan asal Garut, H. Adang. Masjid itu awalnya digunakan untuk merehabilitasi para pecandu narkoba.

Sebagai bangunan untuk rehabilitasi pengadilan Narkoba, bangunan Masjid Nurul Jannah berbeda dengan bangunan masjid pada umumnya yang berbentuk segi empat. Mesjid Nurul Jannah berbentuk persegi 6, di dalamnya terdapat 16 kamar yang dulunya dipakai para santri Narkoba.

Sementara, bagian atas masjid terdapat 7 kubah yang memiliki arti 7 bintang. “Filosofi 7 kubah itu mengarah pada ada yang namanya dzat bintang, tapi filosofi itu kurang terkenal, itu digunakan untuk pengobatan. 7 kubah artinya 7 bintang,” papar Abdul Choliq.

Dijelaskan pula, masjid itu sebenarnya di bangun sebagai cabang terapi Narkoba yang pusatnya berada di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hingga 2008 mesjid tersebut masih ramai didatangi para pencandu narkoba yang ingin memulihkan diri dari godaan Narkotika.

“Mereka setiap hari beribadah di sini. Fokus pengobatan dilakukan tengah malam dengan berdzikir barsama sambil introspeksi diri,” katanya.

Metoda yang dipakai untuk menyembuhkan mereka adalah “Talasoh” yakni berendam (mengapung) di tengah laut. “Mereka kadang nangis, pengobatannya kami lakukan di laut, sebagai bentuk berserah diri kepada Sang Pencipta,” tuturnya.

Abdul Choliq menjelaskan juga, tidak kurang ada 30 orang pecandu narkoba yang pernah meninggalkan jejak sejarah di mesjid ini. Mereka berasal dari sekitar Karawang, tapi ada juga yang datang dari luar daerah seperti Palembang, Papua, bahkan NTT.

Sayangnya, lanjut Abdul Choliq, hal itu kini tinggal cerita. Tak ada lagi pencandu Narkoba yang ingin sembuh di tempat tersebut.

Dijelaskan, setelah H. Adang tak ada generasi penerus yang melanjutkan, tak ada lagi pecandu narkoba yang singgah. “Kadang kala ada pengunjung yang datang, tapi hanya untuk berdzikir dan menguji pengalaman spiritual di mesjid ini,” katanya.

Kini Jadi Tempat Ibadah

AA1ORfX5

Kendati demikan, Abdul Choliq tetap bersyukur karena masjid tersebut masih bisa dipakai untuk beribadah. Pada sore hari anak-anak warga setempat belajar mengaji di tempat itu.

Selain menceritakan fungsi Masjid Nurul Jannah tempo lalu, Abdul Choliq membeberkan sisi lain keberadaan masjid tersebut. Menurutnya, di sekitar masjdi ada dua sumur yang dianggap sakral.

Konon, sumur itu merupakan patilasan Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakrabuana, tokoh pendiri Cirebon yang merupakan putra dari Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang.

“Ada dua sumur, yang satu sudah berada di tengah (laut) karena abrasi, yang satu masih ada di samping mesjid. Orang-orang banyak ke sini mandi, ambil air sumur,” katanya.

Sementara itu, warga setempat, Kartono menyebutkan, sumur tersebut telah ada sejak ia masih kecil. “Saat saya kecil sumur itu sudah ada. Ketika dusun dilanda kekeringan, warga pada ambil air dari sumur itu,” katanya.***

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar