Sabo—PSBS Biak sedang berada di situasi sulit jelang menghadapi Persebaya Surabaya dalam lanjutan Super League 2025/2026. Laga ini digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (24/10). Ini menjadi ujian berat bagi tim asal Papua yang tengah diterpa berbagai masalah.
Tim berjuluk Badai Pasifik itu tidak hanya menghadapi tekanan di lapangan, tapi juga di luar lapangan. Tiga fakta apes menyertai perjalanan PSBS Biak menjelang duel kontra Green Force, mulai dari sanksi FIFA, performa buruk, hingga harus bermain jauh dari tanah kelahiran mereka.
Persebaya Surabaya sendiri datang dengan misi bangkit setelah hasil kurang memuaskan di laga sebelumnya. Pelatih Eduardo Perez menegaskan timnya harus meraih tiga poin, namun tetap mengingatkan anak asuhnya agar tidak meremehkan PSBS Biak yang bisa saja tampil mengejutkan.
“Besok adalah laga lainnya yang harus dimenangkan. Di liga ini setiap tim bisa menaklukkan lawannya satu sama lain,” ujar pelatih asal Spanyol itu dalam sesi jumpa pers, Kamis (23/10).
Eduardo menambahkan, Persebaya Surabaya tak boleh terjebak pada catatan statistik pertemuan sebelumnya. Meski Green Force unggul telak dalam rekor head-to-head, dia menilai setiap musim menghadirkan dinamika baru dengan perubahan komposisi pemain dan pelatih.
“Jadi, kami harus menghormati semua tim, karena semua tim sama kuat,” tegas mantan pelatih PSS Sleman tersebut.
Namun bagi PSBS Biak, tantangan kali ini terasa lebih berat dari biasanya. Tim yang baru promosi ke Super League itu harus menghadapi serangkaian situasi yang membuat mereka tampil dalam kondisi tidak ideal.
Fakta pertama yang paling mencolok adalah PSBS Biak resmi masuk daftar sanksi FIFA. Klub tersebut dikenai hukuman FIFA Registration Bans sejak 20 Oktober 2025 karena persoalan administrasi, sehingga dilarang mendaftarkan pemain baru selama tiga periode jendela transfer.
Larangan ini menjadi pukulan besar bagi PSBS yang sedang berjuang memperbaiki performa di papan bawah klasemen. Tanpa tambahan amunisi baru, mereka harus mengandalkan skuad yang ada untuk menuntaskan kompetisi yang masih panjang.
Kondisi tersebut jelas mempersulit langkah tim dalam beradaptasi menghadapi persaingan ketat di Super League. Apalagi dengan jadwal padat dan risiko cedera, rotasi pemain menjadi sangat terbatas bagi pelatih mereka.
Fakta kedua, PSBS Biak hanya mampu meraih satu kemenangan dari delapan pertandingan sejauh musim berjalan. Sisanya, mereka dua kali imbang dan lima kali kalah, hasil yang membuat posisi mereka terus terpuruk di klasemen sementara.
Kemenangan tunggal itu tidak cukup untuk membangkitkan kepercayaan diri tim. Setiap pertandingan terasa berat karena PSBS kerap kehilangan konsentrasi di menit-menit akhir dan gagal menjaga keunggulan.
Performa inkonsisten tersebut menandakan adanya masalah di sektor pertahanan dan efektivitas penyelesaian akhir. Pelatih tentu dihadapkan pada dilema untuk memperbaiki banyak hal di tengah keterbatasan skuad akibat sanksi FIFA.
Fakta ketiga, PSBS Biak tak bisa bermain di rumah sendiri dan harus bermarkas sementara di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Situasi ini membuat mereka kehilangan dukungan penuh dari publik Papua yang dikenal fanatik mendukung tim kebanggaannya.
Bermain jauh dari kampung halaman jelas memengaruhi semangat dan motivasi pemain. Tanpa atmosfer khas Biak yang biasa membakar semangat di stadion, para pemain PSBS harus berjuang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang tidak sepenuhnya familiar.
Perpindahan home base ini juga menambah beban logistik dan mental bagi tim yang sudah kesulitan meraih hasil positif. Dalam kondisi seperti ini, PSBS Biak butuh keajaiban untuk bangkit dan keluar dari tekanan.
Persebaya Surabaya datang dengan catatan manis atas PSBS Biak dalam enam pertemuan terakhir. Green Force sukses menyapu bersih dua laga terakhir dengan kemenangan tipis 1-0, bahkan pernah menang telak 5-0 pada 2017.
Namun Eduardo Perez menegaskan, timnya tidak boleh terbuai dengan sejarah. Baginya, setiap pertandingan adalah tantangan baru yang harus dijalani dengan fokus dan kerja keras.
“Saya selalu bilang kalau saya tidak suka statistik, karena setiap musim timnya selalu berubah pemainnya, pelatihnya,” kata Eduardo.
“Jadi, saya tidak percaya dengan statistik. Saya percaya dengan kami sendiri untuk mempersiapkan laga ini,” sambung dia.
Sementara bagi PSBS Biak, laga ini bisa menjadi momen untuk membuktikan mereka masih layak diperhitungkan di kancah Super League. Meski diterpa sanksi, minim kemenangan, dan harus merantau jauh, semangat Badai Pasifik tetap ditunggu meledak di Sleman.
Pertandingan melawan Persebaya Surabaya akan menjadi ujian mental dan karakter bagi seluruh pemain PSBS. Jika mampu mencuri poin dari tim sekuat Green Force, itu bisa menjadi titik balik yang penting di tengah situasi apes yang sedang mereka alami.
Dengan segala keterbatasan yang ada, PSBS Biak setidaknya punya satu hal yang bisa diandalkan: tekad untuk tidak menyerah. Dalam sepak bola, kadang semangat dan kerja keras bisa menumbangkan segala prediksi, termasuk menghadapi lawan sebesar Persebaya Surabaya.






