Free Gift

36 Tahun Gelap,SuperSUN Nyalakan Harapan di SDN 8 Barurejo Banyuwangi

Ringkasan Berita:

  • PLN UP3 Banyuwangi memasang listrik surya via SuperSUN di SDN 8 Barurejo, Banyuwangi, yang 36 tahun tanpa listrik
  • SuperSUN mendukung pembelajaran digital di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T)
  • SuperSUN mewujudkan energi berkeadilan dengan menyediakan listrik merata ke daerah terpencil, mengurangi kesenjangan energi

 

Sabo – Suara gemuruh mesin motor terdengar meraung-raung saat tim PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Banyuwangi menerjang jalanan berbatu di kabupaten paling timur Pulau Jawa, pada Senin (22/09/2025) pagi.

Mereka hendak menuju ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 8 Barurejo, yang berdiri kokoh di Dusun Sumberurip, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kondisi jalan yang tak bersahabat bukan menjadi pematah semangat tim menjalankan misi demi menghadirkan akses listrik di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), lewat Program SuperSUN yang memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Lokasi SDN 8 Barurejo memang tergolong sulit untuk dijangkau menggunakan kendaraan roda dua, apalagi roda empat. Selain faktor jalan, sekolah juga dikepung hutan homogen di bawah pengelolaan Perusahaan Umum (Perum) Perhutani.

“Akses jalan menuju SDN 8 Barurejo mulai masuk hutan kurang lebih 10 kilometer, melewati jalan bebatuan full makadam,” kata Kepala SDN 8 Barurejo, Rudi Handoko (33), saat bercerita kepada Sabo.

Setelah berjuang membelah lebatnya hutan pinus, rombongan tim PLN UP3 Banyuwangi tiba disambut senyum hangat dari guru dan para siswa SDN 8 Barurejo. Perasaan bahagia tak bisa ditutupi dari raut wajah mereka karena tidak lama lagi mimpi menikmati listrik dari negara segera terwujud.

SDN 8 Barurejo sendiri mulai beroperasi pada 31 Desember 1989 silam, dengan Nomor Surat Keputusan Pendirian 421.2/1853/439.110/1997, yang berada dalam naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sekolah kini memiliki 21 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Anak-anak dibimbing oleh 1 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 guru honorer, dan 2 guru dari relawan Banyuwangi Mengajar (Detas). 

Rudi menjelaskan, sejak berdiri hingga sekarang belum pernah sekalipun ada akses listrik yang disediakan lewat kabel PLN. Total sudah 36 tahun lamanya masa gelap menyelimuti ruang-ruang kelas SDN 8 Barurejo.

“Mulai berdiri belum pernah ada listrik. Terhitung saat saya masih SD sampai sekarang sudah menjadi guru di sekolah tersebut,” kata dia.

Terpaksa Pakai Genset Tak Ramah Lingkungan dan Boros

Bukan perkara mudah menjalankan kegiatan belajar mengajar tanpa kehadiran energi listrik di SDN 8 Barurejo. Apalagi saat ada acara penting, seperti rapat pertemuan orang tua siswa. 

Terpaksa genset bertenaga solar dipakai hanya untuk sekadar menyalakan lampu maupun pengeras suara. Meski tak ramah lingkungan dan boros biaya operasional, sekolah tidak memiliki pilihan lain selama bertahun-tahun.

Rudi mengakui tak mampu setiap hari genset digunakan ‘menghidupkan’ sekolah. Perhitungan kasarnya, butuh 2 liter solar hanya untuk membuat mesin genset berputar menghasilkan listrik yang bertahan dalam hitungan jam saja.

Belum lagi ditambah per liter solar bisa tembus Rp13.000 di tingkat pedagang eceran. Semua disebabkan akses jalan menuju Desa Barurejo yang sulit membuat harga bahan bakar genset melambung.

“Tinggal dihitung ada 26 hari efektif sekolah misalnya, sudah Rp676.000 per bulan. Bikin pengeluaran sekolah menjadi banyak,” tegasnya.

Kondisi ini tidak jauh berbeda juga dialami warga di sekitaran SDN 8 Barurejo yang belum teraliri listrik kabel PLN.

Sebelum pemakaian genset secara masif, mereka memanfaatkan tenaga listrik dari kincir air. Sayangnya, lantaran debit air kecil hanya mampu menghasilkan tegangan 100 kWh untuk menerangi 10 rumah saja.

“Seperti orang tua kehabisan nafas,” kata Rudi mengibaratkan tidak sebandingnya suplai listrik dengan kebutuhan warga.

Sedangkan rumah warga lainnya dialiri listrik dari mesin genset milik seorang pengusaha di desa yang masih terbatas, belum bisa dinikmati selama 24 jam.

“Ada 1 RW dan 4 RT yang dihuni hampir 200 Kepala Keluarga (KK). Mereka menggunakan listrik mesin genset. Nyala mulai pukul 5 sore padam pukul 11 malam. Dan harus bayar biaya Rp50.000-Rp110.000 per bulan,” ungkap Rudi.

Bukan Sekedar Listrik, tapi Nilai Keadilan

Harapan bisa menikmati listrik dari fasilitas negara akhirnya terwujud setelah datangnya kabar gembira lewat sepucuk surat berkop Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) perihal pelaksanaan Digitalisasi Pembelajaran tahun 2025.

Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan penyambungan listrik di satuan pendidikan yang belum memiliki akses listrik. Sehingga, Kemendikdasmen bekerja sama dengan PT PLN melakukan pemasangan panel surya lewat Program SuperSUN.

SDN 8 Barurejo hingga kini masih menjadi satu-satunya sekolah di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang tersentuh program tersebut.

Rudi menjelaskan tidak lama setelah menerima surat, sekolahnya didatangi tim dari PLN UP3 Banyuwangi guna melakukan survei tahap awal pada bulan Juli 2025.

“Sedangkan pemasangan listrik SuperSun dilakukan pada tanggal 22 September 2025. Pengerjaan satu hari. Alhamdulillah berjalan lancar. Hadir langsung Kepala PLN UP3 Banyuwangi beserta jajarannya,” urai dia.

Guru dan siswa SDN 8 Barurejo sudah bisa merasakan manfaat Program SuperSun sejak hari pemasangan.

Utamanya bagi anak-anak, ini merupakan suatu hal membahagiakan. Ibarat seperti halnya turunnya hujan di musim kering. Setiap pagi mereka bisa senam dengan diiringi musik dari sound box dengan lebih semangat.

“Sekolah sudah ada listrik, terimakasih PLN,” celetuk Yusuf, siswa kelas 5 lewat video yang dikirimkan ke Sabo.

“Listriknya bermanfaat bagi kami, terimakasih PLN,” ujar siswa lain bernama Ahmad Sujadmiko. 

Ketergantungan terhadap genset pun mulai sirna tergantikan sumber energi ramah lingkungan dari panel surya bertenaga 350 Watt Peak. Sudah lumayan cukup menunjang pembelajaran dengan menerangi ruang kelas hingga mengisi daya perangkat pembelajaran.

Bagi Rudi, program SuperSun bukan sekedar untuk menyediakan sumber listrik semata. Lebih dalam, ia memaknai negara telah hadir memberikan rasa keadilan dalam bidang energi.

“Perlu disyukuri SuperSun di SDN 8 Barurejo merupakan titik awal adanya kehidupan dari gelap menjadi terang. Dan tentunya kami sebagai warga yang tinggal di pedalaman masih menanti titik terakhir, yaitu di pemasangan jalur PLN yang semestinya,” harapnya.

Rudi juga mengingatkan betapa pentingnya pemerataan energi listrik penting untuk mencetak generasi kuat di masa depan.

Kehadiran listrik juga mendorong siswa SDN 8 Barurejo mampu bersaing dengan siswa sekolah lainnya di kota-kota besar, dalam aspek teknologi maupun dunia digital.

“Jaringan listrik yang baik itu adalah salah satunya dari banyak aspek lainnya untuk mempersiapkan anak-anak SDN 8 Barurejo dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Dimana sekarang saja serba teknologi di hampir semua sektor. Maka kami meyakini anak-anak pasti merasakan hikmahnya dari Program SuperSun,” tandas Rudi.

SuperSUN: Menyalakan Harapan dari Papua untuk Nusantara

AA1OZysp

Keterbatasan bukanlah tembok penghalang bagi PT PLN untuk terus menghadirkan inovasi demi mewujudkan energi berkeadilan di seluruh penjuru Indonesia.

Salah satu gebrakan inspiratifnya adalah program SuperSUN, akronim dari Sorong Ultimate for Electrifying – Surya Untuk Negeri, sebuah langkah inisiatif untuk membawa cahaya listrik ke daerah-daerah terpencil.

Berawal dari sebuah pilot project di Kampung Yarweser, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, SuperSUN memanfaatkan EBT yang ramah lingkungan, terjangkau, dan mudah dipasang tanpa memerlukan investasi besar. 

Tak hanya menerangi rumah-rumah warga, listrik berbasis EBT ini juga telah ‘menghidupkan’ sekolah-sekolah, memberi anak-anak kesempatan belajar dengan lebih baik di bawah sinar lampu dan sentuhan pembelajaran berbasis digital.

Keberhasilan di Yarweser menjadi percikan awal yang kini telah menjalar ke berbagai daerah 3T di Indonesia. 

Sejak diluncurkan pada 27 Maret 2022, Program SuperSUN telah menjangkau wilayah seperti Sulawesi Selatan, Papua Barat Daya, Gorontalo, hingga Jawa Timur, membawa harapan baru bagi masyarakat yang selama ini hidup dalam kegelapan.

Di Jawa Timur, Manajer Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Dana Puspita Sari, menegaskan bahwa Program SuperSUN hadir untuk menjawab kebutuhan pemerataan akses listrik. 

Lebih dari itu, program ini sejalan dengan semangat transisi energi bersih, mengandalkan sumber energi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi serta ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Diharapkan melalui Program SuperSun dapat mengurangi kesenjangan akses energi antar daerah,” ujar Dana kepada Sabo, Minggu (19/10/2025).

Saat ini, PLN Jawa Timur tengah mengoperasikan fasilitas SuperSUN di 10 lokasi sekolah yang tersebar di Madura, Jember, dan Banyuwangi. Tiga lokasi sudah beroperasi penuh, dua di Jember dan satu di Banyuwangi, sementara tujuh lokasi lainnya di Madura sedang dalam tahap penyelesaian. 

Sistem SuperSUN dipasang di sekolah-sekolah yang belum terjangkau listrik PLN, berada di daerah terisolasi, atau memerlukan perluasan jaringan yang memakan waktu serta biaya besar.

PLN tak hanya memasang panel surya, tetapi juga memastikan keberlanjutan melalui pemeliharaan rutin dan penanganan cepat jika terjadi gangguan. 

Lebih jauh, PLN bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan setempat untuk mendukung Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 tentang percepatan digitalisasi pembelajaran.

“Sekolah-sekolah di wilayah 3T yang sebelumnya tidak mendapatkan listrik kini bisa menggunakan perangkat digital seperti komputer, proyektor, dan jaringan untuk pembelajaran. Contohnya, SDN 8 Barurejo di Banyuwangi kini dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi,” ungkap Dana.

SuperSUN bukan sekadar program listrik, melainkan titik awal dari mimpi besar untuk menerangi setiap sudut Indonesia. Dana berharap, kelak tak ada lagi wilayah yang terisolasi dalam kegelapan.

“Saat ini SuperSUN masih beroperasi secara isolated, namun ke depannya, untuk wilayah Pulau Jawa, kami berharap sistem ini dapat terintegrasi dengan jaringan pintar atau smart grid,” tandasnya.

(Sabo/Endra Kurniawan)

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar