Sabo – Kebohongan adalah bagian dari kehidupan yang sulit dihindari. Entah dalam hubungan, pekerjaan, atau sekadar percakapan ringan, tak jarang seseorang berbohong untuk terlihat baik atau demi mencapai tujuannya.
Sayangnya, tidak seperti dalam dongeng di mana hidung Pinokio tumbuh setiap kali berbohong, kenyataannya jauh lebih rumit.
Penelitian dari Universitas Massachusetts bahkan menemukan bahwa 60% orang dewasa tidak bisa berbicara selama sepuluh menit tanpa berbohong, dan rata-rata melontarkan tiga kebohongan dalam satu percakapan singkat.
Angka ini mengejutkan sekaligus menunjukkan bahwa kebohongan sudah menjadi bagian dari cara manusia berinteraksi.
Namun, menurut seorang mantan agen FBI, tubuh manusia sebenarnya sulit menyembunyikan kebenaran.
Dikutip dari YourTango, Joe Navarro, anggota pendiri Unit Analisis Perilaku FBI menjelaskan bahwa bahasa tubuh sering kali menjadi “kebocoran kecil” dari kebohongan yang coba ditutupi seseorang.
Berikut lima tanda aneh pada tubuh yang bisa membantu mengenali pembohong tanpa harus jadi detektif sungguhan.
1. Mengorek Kulit, Menggigit Kuku, atau Bertingkah Gelisah
Orang yang sedang berbohong biasanya menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Mereka akan lebih sering menyentuh wajah, menggigit kuku, atau menggaruk bagian tubuh tertentu tanpa alasan jelas.
Gerakan-gerakan kecil ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan reaksi spontan terhadap rasa cemas dan tekanan psikologis.
Joe Navarro menjelaskan bahwa ketika seseorang menyembunyikan sesuatu, tubuhnya akan memberikan sinyal tidak sadar karena otot wajah dan gerakan tangan sulit dikendalikan sepenuhnya.
Dalam situasi emosional, tubuh bisa “mengkhianati” pikiran dengan mengeluarkan tanda-tanda stres yang halus namun terlihat.
Jadi, jika seseorang tampak gelisah, memainkan jari, atau terus menyentuh wajahnya saat berbicara tentang hal sensitif, itu bisa menjadi tanda kecil bahwa ia sedang tidak jujur atau setidaknya sedang menyembunyikan sesuatu.
2. Bibir Menguncup atau Sering Dijahit Diam-Diam
Perhatikan gerakan bibir seseorang saat berbicara. Menurut Navarro, bibir yang mengerucut atau menegang bisa menjadi pertanda seseorang sedang menahan sesuatu baik informasi, amarah, maupun rasa gugup karena berbohong.
Bibir yang dikatupkan kuat seolah menjadi “pintu” yang berusaha mencegah rahasia keluar.
Selain itu, banyak pembohong tanpa sadar akan menjilati bibir atau menelan ludah berulang kali. Hal ini terjadi karena tubuh bereaksi terhadap stres dan membuat mulut menjadi kering.
Situasi seperti ini sering muncul saat seseorang mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menutupi kebohongan mereka.
Ketika seseorang terlalu sering menelan, menjilat bibir, atau terlihat tegang di area mulut, itu bisa menjadi sinyal bahwa ada hal yang tidak mereka katakan dengan jujur. Bahasa tubuh sederhana ini sering kali lebih jujur dari kata-katarnya.
3. Menyembunyikan Ibu Jari dan Membuat Gerakan Gelisah
Saat seseorang berbohong, tubuhnya cenderung ingin “kabur” dari situasi tersebut. Gerakan seperti menyembunyikan ibu jari di balik telapak tangan, menyentuh wajah, atau memalingkan badan adalah bentuk kecil dari keinginan untuk menjauh.
Dalam psikologi tubuh, tindakan ini dianggap sebagai sinyal ketidakamanan dan rasa tidak nyaman seseorang.
Navarro menjelaskan bahwa gerakan menyembunyikan ibu jari bisa menjadi tanda seseorang merasa terancam atau tidak percaya diri dengan apa yang mereka katakan.
Bahkan, beberapa orang secara tidak sadar akan menempatkan benda seperti gelas, ponsel, atau tas di antara dirinya dan lawan bicara, seolah ingin menciptakan jarak.
Semakin seseorang merasa perlu untuk “menutupi” dirinya, semakin besar kemungkinan ada sesuatu yang disembunyikan. Jadi, jika kamu berbicara dengan seseorang yang terlihat defensif secara fisik, mungkin intuisi kamu benar: ada sesuatu yang tidak beres.
4. Menghindari Kontak Mata atau Justru Menatap Terlalu Lama
Banyak yang mengira pembohong selalu menghindari kontak mata. Faktanya, tidak selalu demikian.
Ada dua tipe pembohong: yang satu menghindar, dan yang lain justru menatap terlalu lama untuk meyakinkan diri sendiri bahwa mereka sedang tampak meyakinkan.
Ketika seseorang berbohong, otak mereka bekerja lebih keras untuk mengatur kata-kata dan menjaga ekspresi wajah. Akibatnya, kontak mata bisa terasa menegangkan.
Orang yang menghindar akan sering melirik atau menatap ke arah lain, sementara yang menatap berlebihan melakukannya karena ingin terlihat “tidak bersalah”.
Intinya, perhatikan ketidakwajaran dalam kontak mata. Jika tatapannya terasa kaku atau terlalu intens, kemungkinan besar ada upaya sadar untuk mempertahankan kebohongan.
Kontak mata yang alami akan cenderung fleksibel dan mengikuti alur percakapan tanpa tekanan.
5. Kalimatnya Panjang, Berputar-putar, dan Terlalu Banyak Penjelasan
Pembohong sering kali berbicara lebih panjang dari orang yang jujur. Sebuah studi dari Universitas Harvard menemukan bahwa ketika seseorang berbohong, mereka cenderung menggunakan lebih banyak kata dan penjelasan untuk meyakinkan lawan bicara.
Fenomena ini disebut “Efek Pinokio”, di mana semakin panjang kalimatnya, semakin besar kemungkinan ada kebohongan di dalamnya.
Mereka juga sering menggunakan kata-kata penguat seperti “Sejujurnya”, “Demi Tuhan”, atau “Saya bersumpah”, seolah ingin memastikan bahwa ucapannya dipercaya.
Namun ironisnya, semakin seseorang berusaha meyakinkan, semakin besar pula tanda bahwa mereka menyembunyikan sesuatu.
Selain itu, pembohong biasanya berbicara dengan pola yang tidak alami menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, atau tiba-tiba berubah nada bicara.
Dalam komunikasi digital, seperti pesan singkat, mereka bahkan cenderung berhenti sejenak lebih lama sebelum mengetik kebohongan, menurut penelitian dari Universitas Brigham Young.
Mengenali kebohongan memang tidak mudah, tapi tubuh manusia selalu memberikan petunjuk kecil.
Dari gerakan tangan, ekspresi wajah, hingga panjang kalimat, semuanya bisa menjadi sinyal yang mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi.
Menurut Joe Navarro, memahami bahasa tubuh bukan tentang menuduh orang lain berbohong, tetapi tentang melatih kepekaan membaca energi dan emosi manusia.
Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam menilai situasi dan melindungi diri dari manipulasi halus yang mungkin tidak kita sadari.
Jadi, jika seseorang tampak terlalu gelisah, terlalu banyak bicara, atau terlalu ingin terlihat jujur, mungkin itu saatnya kamu mempercayai instingmu.






