Free Gift

52 Warga Sipil Tewas dalam Serangan Brutal Kelompok Pro-ISIS di Kongo Timur, PBB Kutuk Keras

Sabo – Kelompok bersenjata yang didukung oleh ISIS, Allied Democratic Forces (ADF), kembali melancarkan serangan mematikan di wilayah timur Republik Demokratik Kongo (DRC). Serangan ini menewaskan sedikitnya 52 warga sipil dalam rentang waktu 9 hingga 16 Agustus 2025.

Melansir dari Aljazeera, serangan ini terjadi di wilayah Beni dan Lubero, Provinsi North Kivu, dan mendapat kecaman keras dari Misi Perdamaian PBB di Kongo (MONUSCO).

Dalam pernyataan resminya, MONUSCO menyebut bahwa kekerasan yang dilakukan ADF disertai dengan penculikan, penjarahan, pembakaran rumah, kendaraan, dan sepeda motor, serta menghancurkan properti milik warga yang sudah berada dalam kondisi mengenaskan.

“MONUSCO mengutuk serangan ini dengan sekeras-kerasnya,” ujar juru bicara.

ADF, yang awalnya merupakan kelompok pemberontak asal Uganda, telah beroperasi di wilayah timur Kongo sejak awal 2000-an dan menyatakan kesetiaan kepada ISIS pada tahun 2019. Kelompok ini dikenal karena serangan brutal terhadap warga sipil dan telah menewaskan ribuan orang selama dua dekade terakhir.

Menurut Macaire Sivikunula, kepala sektor Bapere di Lubero, metode serangan ADF sangat mengerikan.

“Ketika mereka tiba, mereka membangunkan warga, mengumpulkan mereka di satu tempat, mengikat mereka dengan tali, lalu mulai membantai mereka dengan parang dan cangkul,” ungkapnya kepada Reuters.

Serangan terbaru ini terjadi di tengah ketegangan antara militer Kongo dan kelompok pemberontak M23 yang didukung Rwanda, menyusul kegagalan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

Pemerintah dan M23 sebelumnya dijadwalkan menandatangani perjanjian damai permanen pada 18 Agustus, namun hingga kini belum ada kesepakatan yang diumumkan.

Selain serangan di North Kivu, ADF juga dilaporkan menyerang kota Komanda di Provinsi Ituri bulan lalu, menewaskan hampir 40 orang saat berlangsungnya ibadah malam di sebuah gereja Katolik. Banyak korban merupakan perempuan dan anak-anak.

Sebagai respons atas meningkatnya kekerasan, MONUSCO telah memperkuat kehadiran militernya di beberapa sektor dan membuka akses perlindungan bagi ratusan warga sipil di basis mereka.

Meskipun operasi militer gabungan antara Uganda dan Kongo yang diberi nama “Shujaa” telah diluncurkan sejak akhir 2022, serangan ADF masih terus berlanjut dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Serangan ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan di wilayah timur Kongo yang kaya akan sumber daya mineral namun terus dilanda konflik bersenjata.

PBB dan komunitas internasional mendesak agar semua pihak segera menghentikan kekerasan dan memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil.

Want a free donation?

Click Here

Tinggalkan komentar