Sabo Generasi sandwich adalah sebutan bagi mereka yang terhimpit di antara dua tanggung jawab besar dalam hidup.
Mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, sekaligus menopang kehidupan orang tua, bahkan kadang adik-adiknya, meskipun mereka sendiri belum berkeluarga atau memiliki anak.
Hidup sebagai generasi sandwich sering kali terasa penuh dengan tekanan karena harus pandai mengatur penghasilan yang terbatas agar bisa mencukupi semua kebutuhan.
Namun di balik itu semua, generasi sandwich dikenal sebagai sosok yang penuh pengorbanan, tangguh, dan memiliki jiwa penyayang yang besar.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa ciri-ciri utama generasi sandwich yang hidupnya sarat dengan tanggung jawab, dan bisa jadi salah satunya ada pada dirimu.
Dilansir dari laman Global English Editing pada Selasa (26/8), berikut merupakan 7 ciri-ciri generasi sandwich yang hidupnya penuh tanggung jawab dan pengorbanan.
1. Kebebasan finansial ditukar demi kebutuhan orang lain
Secara finansial, generasi sandwich cenderung lebih fokus untuk membiayai kebutuhan orang tua.
Mulai dari biaya berobat, kebutuhan bulanan, hingga membantu renovasi rumah atau pembayaran tagihan, semua menjadi tanggung jawab yang tidak kecil.
Akibatnya, mereka sering kali kesulitan menabung untuk diri sendiri, baik untuk masa depan, membeli rumah, atau sekadar investasi pribadi.
Uang yang seharusnya bisa dialokasikan untuk membangun kemandirian justru banyak terserap untuk menjaga kenyamanan orang tua.
2. Impian pribadi ditunda tanpa batas waktu
Banyak orang dari generasi sandwich ini memiliki mimpi besar, seperti melanjutkan pendidikan, membuka bisnis, berlibur ke luar negeri, atau mengembangkan hobi.
Namun, impian itu sering kali ditunda karena merasa harus mendahulukan kebutuhan keluarga, khususnya orang tua. Awalnya mereka berpikir penundaan ini hanya sementara, tetapi semakin lama, kesempatan itu terasa semakin jauh.
Ada rasa kehilangan dalam hati karena impian pribadi harus dikesampingkan, meski mereka tetap berusaha menghibur diri dengan hal-hal kecil.
3. Sering memikul beban dalam diam
Generasi sandwich merupakan sosok yang sering memilih untuk diam dalam menghadapi tekanan. Mereka tidak ingin dianggap mengeluh, padahal beban yang dipikul cukup berat.
Cinta kepada orang tua membuat mereka rela berkorban, tetapi itu tidak menghapus rasa lelah atau keinginan untuk hidup lebih bebas.
Karena terbiasa berkata “saya baik-baik saja,” banyak orang di sekitar mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya juga membutuhkan dukungan dan perhatian.
4. Kesehatan mereka diam-diam terganggu
Padatnya tanggung jawab membuat mereka sering kali melupakan kesehatan diri sendiri.
Jadwal kerja yang sudah padat masih harus disambung dengan urusan keluarga, sehingga istirahat menjadi kurang. Olahraga pun sering terabaikan, dan makan pun sering tidak teratur.
Ditambah lagi, pikiran yang terus khawatir akan kondisi orang tua membuat stres mereka semakin menumpuk.
Akhirnya, tubuh terasa mudah lelah dan kesehatan mental mereka ikut terkuras, meskipun mereka jarang mengungkapkannya kepada orang lain.
5. Persahabatan perlahan akan memudar
Bagi mereka, menjaga hubungan pertemanan juga bukanlah hal yang mudah. Jadwal yang penuh membuat waktu untuk bertemu teman sangat terbatas.
Ajakan hangout sering kali ditolak karena kehabisan uang atau karena ada urusan keluarga.
Lama-kelamaan, hubungan pertemanan menjadi lebih renggang. Walaupun teman dekat biasanya mengerti, tetapi tetap saja ada rasa sepi karena kurangnya interaksi sosial di luar lingkaran keluarga.
6. Kehilangan waktu pribadi
Waktu pribadi tetap menjadi hal yang sulit untuk dimiliki bagi mereka yang berada dalam generasi sandwich.
Mereka cenderung banyak menghabiskan waktu untuk mendampingi orang tua, mulai dari mengantar ke rumah sakit, mengurus obat, hingga membantu pekerjaan rumah tangga.
Sepulang kerja, energi yang tersisa seringkali sudah habis untuk mengurus pekerjaan dan orang tua, sehingga waktu untuk diri sendiri menjadi sangat terbatas.
Kalaupun ada, biasanya hanya sebentar dan hanya untuk aktivitas sederhana seperti mendengarkan musik atau sekadar rebahan.
7. Ambisi karier sering dikesampingkan
Karena orang tua dan kehidupan rumah cenderung membutuhkan perhatian lebih, banyak rencana mereka yang akhirnya ditunda.
Kesempatan untuk lembur, promosi, atau bahkan pekerjaan di luar kota sering kali terpaksa dilepas demi bisa tetap dekat dengan orang tua.
Alhasil, mereka memilih pekerjaan yang lebih fleksibel meskipun kurang memberi perkembangan besar bagi diri sendiri.
Karier mereka akhirnya berjalan di tempat karena prioritas utamanya bukan lagi ambisi pribadi, melainkan kewajiban terhadap keluarga.









