SaboMenginap di hotel, terutama yang mewah, dapat menjadi panggung unik yang menampilkan perbedaan kelas sosial yang tak terucapkan.
Beberapa perilaku, yang bagi kelas pekerja adalah hal wajar, sering kali dianggap janggal atau “tidak tahu dunia” oleh mereka yang terbiasa. Perbedaan ini bukan masalah etiket yang benar atau salah.
Ini lebih kepada frekuensi dan keakraban seseorang dengan lingkungan hotel, Melansir dari Geediting.com Senin (20/10). Ini adalah aturan tak tertulis yang tanpa sadar memisahkan tamu hotel yang rutin dengan yang jarang sekali menginap.
Perbedaan perlakuan ini mencerminkan pengalaman hidup yang berbeda. Bagi sebagian orang, kamar hotel hanyalah kantor dengan tempat tidur.
Sementara bagi yang lain, itu adalah kemewahan langka yang patut disyukuri dan didokumentasikan.
1. Mengambil Semua Makanan dari Prasmanan
Mereka akan mengisi piring secara berlebihan, mengambil buah dan muffin tambahan, dan memasukkan paket selai ke saku. Bagi yang membayar mahal, mengambil nilai maksimal dari sarapan “gratis” itu adalah hal wajar. Namun, pelancong yang sering tahu sarapan akan ada lagi besok.
2. Memotret Setiap Sudut Kamar
Saat hotel adalah peristiwa langka, wajar jika orang memotret semuanya, mulai dari pemandangan hingga botol-botol kecil. Mereka mengabadikan momen ini sebagai bukti kemewahan yang jarang ditemui. Sementara bagi pelancong rutin, kamar hotel hanyalah sebuah kantor dengan tempat tidur.
3. Meminta Izin untuk Hal yang Sebenarnya Milik Mereka
Tamu seperti ini sering kali bertanya kepada staf apakah “diizinkan” untuk meminta handuk tambahan. Ini menunjukkan mereka merasa segalanya di ruang sementara itu adalah pinjaman. Mereka tidak memahami bahwa hotel ingin tamu merasa nyaman.
4. Terlalu Minta Maaf kepada Staf Hotel
Ada sikap sopan yang berlebihan, bahkan cenderung sungkan, yang dibawa beberapa orang saat berinteraksi dengan staf pelayanan. Mereka selalu berkata, “Maaf mengganggu Anda, tapi…” sebelum mengajukan permintaan. Sementara tamu reguler bersikap lebih santai.
5. Menimbun Perlengkapan Mandi Kecil
Mereka sering mengumpulkan sampo mini hotel dan menyimpannya di rumah seperti souvenir berharga. Bagi mereka, botol kecil itu adalah kemewahan kecil yang layak dipertahankan. Sementara pelancong bisnis melihatnya sebagai sampo sekali pakai yang akan segera diganti.
6. Menganggap Check-out sebagai Batas Waktu Mutlak
Tamu ini akan berkemas tepat pukul 10:45 pagi, menunggu dengan gelisah untuk meninggalkan kamar segera. Mereka khawatir melanggar batas waktu yang sudah ditentukan. Mereka belum menginternalisasi bahwa aturan hotel seringkali lebih fleksibel.
7. Mengabaikan Fasilitas yang Sudah Dibayar
Gym hotel kosong, kolam renang sepi, dan meja concierge tidak pernah mendapat pertanyaan dari mereka. Mereka hanya menggunakan kamar sebagai kamar tidur mahal, sambil menonton TV kabel dan memesan makanan dari luar. Mereka mungkin merasa fasilitas itu menakutkan atau merasa canggung di sana.
Tindakan-tindakan ini tidak pantas mendapat tatapan meremehkan dari siapa pun. Semua itu hanyalah penanda seberapa sering seseorang berinteraksi dengan lingkungan hotel yang khusus. Sikap seseorang yang tidak kehilangan kegembiraan saat menginap di tempat baru seharusnya tidak disebut sebagai “tidak tahu dunia”.
Kemampuan untuk melihat hal biasa sebagai sesuatu yang luar biasa adalah kejujuran. Itu adalah penemuan hal-hal baru yang sering hilang dari pelancong yang kelelahan dan sering bepergian.






