SaboAda beberapa pengalaman hidup yang terasa begitu kuat dan nyata, namun menolak untuk diungkapkan dengan kata-kata yang memadai.
Kita berusaha keras mendeskripsikannya, tetapi pengalaman itu terasa licin dan hanya menyisakan jejak berupa perasaan tertentu di dalam dada kita.
Padahal, momen-momen ini sifatnya sangat biasa dan universal, seringkali datang tiba-tiba, membuka kesadaran, lalu menghilang sebelum kita sempat mencatatnya, melansir dari Global English Editing Jumat (24/10).
Pengalaman-pengalaman tersebut bisa berupa dejavu atau sensasi samar yang terasa familier, yang membuat tubuh kita bereaksi lebih dahulu sebelum pikiran dapat menemukan kata-kata yang tepat.
1. Kejadian Nyaris Celaka yang Membuat Tubuh Gemetar
Anda pernah hampir jatuh dari tangga atau hampir tertabrak mobil ketika menyeberang tanpa sengaja dan langsung mengerem mendadak. Meskipun “tidak terjadi” apa-apa, tubuh Anda bereaksi seolah-olah semuanya telah terjadi dengan sangat cepat dan berbahaya. Tubuh langsung dialiri listrik, pikiran menjadi kosong, lalu dunia kembali terasa normal setelahnya dan sensasi ini sulit dijelaskan. Rasanya seperti campuran antara lega, teror, rasa syukur, dan keinginan untuk tertawa, membuat telapak tangan Anda basah oleh keringat dingin.
2. Mesin Waktu yang Tersembunyi dalam Bau atau Lagu
Sebuah melodi lama di pusat perbelanjaan atau aroma bawang goreng dari rumah tetangga tiba-tiba membawa Anda kembali ke masa lalu tanpa peringatan apa pun. Tiba-tiba Anda seperti berada di mobil puluhan tahun lalu, lorong sekolah, atau halaman belakang rumah nenek yang kini terasa begitu presisi. Pemandangan itu mekar secara utuh di pikiran Anda cahaya, suara, bahkan sepatu canggung yang Anda kenakan pada saat itu. Anda tidak memilih untuk melakukan perjalanan waktu ini, dan tidak bisa bertahan lama, hanya menikmati kelembutan yang muncul dari ingatan tersebut.
3. Jam 3 Pagi Saat Pikiran Menjadi Sangat Bising
Rumah terasa sunyi senyap dan jam menunjukkan waktu yang terlalu dini untuk melakukan hal-hal yang masuk akal, tetapi Anda terbangun dengan kejernihan pikiran yang terasa seperti sorotan lampu. Pada pukul 3 dini hari, masalah-masalah kecil dapat tumbuh membesar, namun pertanyaan-pertanyaan besar malah terasa bisa diselesaikan hanya dengan mengirim satu e-mail. Anda berlatih pidato yang tidak akan pernah disampaikan, atau mengingat kesalahan lama seolah baru saja terjadi, membuat pagi terasa panjang.
4. Pandangan Terakhir Saat Meninggalkan Sebuah Tempat
Kunci sudah diletakkan di meja dapur, lantai sudah disapu bersih, dan ruangan terasa bergema dengan cara yang berbeda sebab perabotan telah dipindahkan. Anda berdiri di ambang pintu dan melihat untuk terakhir kalinya, bukan sekadar melihat perabotan, melainkan melihat musim-musim yang telah Anda lewati di sana. Momen ini bukan sekadar kesedihan, melainkan kelembutan yang sedikit menyakitkan, seperti menekan memar untuk memastikan memar itu sedang dalam proses penyembuhan. Anda menutup pintu, dan setiap langkah di lorong terasa berbeda, seperti memberi hormat pada siapa pun diri Anda yang telah terbentuk di balik dinding-dinding tersebut.
5. Momen Setelah Anda Menekan Tombol Kirim
Setelah mengirim surat pengunduran diri, permintaan maaf yang tulus, atau memesan tiket pesawat yang sebenarnya tidak mampu Anda beli, semuanya sudah telanjur terkirim dan tidak dapat ditarik kembali. Kemudian keheningan yang terasa mendalam datang keheningan di luar dan petir di dalam hati. Keputusan telah lepas dari tangan Anda, dan dunia tidak bertepuk tangan atau mencibir, hanya terus berdengung sementara jantung Anda berdetak sangat cepat. Daripada mencoba mengatasi momen ini dengan penjelasan berlebihan, lebih baik duduk diam karena masa depan membutuhkan waktu sejenak untuk mengejar pilihan yang baru saja Anda buat.
6. Cara Sekelompok Orang Mulai Bernapas Bersama
Sebuah nyanyian stadion yang riuh, sebuah lagu himne yang menemukan harmoni, atau semua orang bernyanyi “Selamat Ulang Tahun” dengan nada sumbang tetapi bersatu dalam satu suara. Selama beberapa detik, batas antara individu dan kolektif menjadi tipis, seolah semua orang bergoyang bersama seperti sudah dilatih sebelumnya. Anda merasakan tulang rusuk Anda mengembang pada detak yang sama dengan orang di sebelah Anda, sebuah perasaan memiliki tanpa perlu identifikasi formal yang mengikat. Cobalah menjelaskan rasa kepemilikan ini kepada seseorang yang tidak berada di sana, pasti Anda akan berkata, “Kamu harus merasakannya sendiri.”
7. Perasaan Kecil dan Baik-Baik Saja di Bawah Langit Luas
Langit di atas lautan pada malam hari, padang pasir di siang hari, atau saat listrik padam dan bintang-bintang akhirnya muncul untuk dihitung, membuat Anda merasa kecil dalam arti yang paling baik dan menenangkan. Anda merasa sejenak, ya, tetapi terhubung dengan sesuatu yang luas dan sangat tua, di mana dunia tidak menyadari kehadiran Anda dan hal tersebut justru melegakan. Matematika perasaan ini tidak akan pernah masuk akal jika diucapkan dengan kata-kata. Anda akan pergi dengan langkah yang lebih mantap dan lebih sedikit pemikiran dramatis tentang tempat Anda di dalam skema besar kehidupan, di mana “kecil” berubah menjadi “bebas untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.”
Masih banyak lagi momen-momen serupa lainnya yang tidak terlalu mencolok, namun merupakan lem dari kehidupan sehari-hari yang sangat bermakna, seperti menyesap kopi pertama setelah kabar buruk. Momen-momen ini tidak perlu diberi caption yang bagus atau penjelasan rumit, dan hidup akan penuh dengan momen yang tidak akan menyusut untuk diungkapkan dalam satu kalimat. Biarkan momen-momen itu tetap lebih besar daripada bahasa itu sendiri, biarkan ia melatih Anda kurangi analisis dan lebih banyak memperhatikan. Sebab, di sana, kebijaksanaan bersembunyi: dalam detak yang tidak terucapkan antara menghirup dan mengembuskan napas, dalam pandangan sekilas yang hampir Anda lewatkan, dan dalam pintu yang Anda tutup dengan lembut untuk melangkah ke jalan berikutnya.






