SaboMerasa terjebak adalah pengalaman yang aneh, di mana hidup terlihat baik-baik saja di luar namun terasa hampa dan mati rasa di dalam diri.
Anda mungkin memiliki tujuan, pencapaian, dan arah hidup yang jelas, tetapi jauh di lubuk hati sebenarnya tidak benar-benar menikmati kehidupan yang sedang dijalani.
Ternyata, kebahagiaan sejati tidak didapatkan dengan mencapai lebih banyak hal atau mencari kesempurnaan.
Melansir dari Global English Editing, disebutkan ada delapan perubahan kecil namun kuat yang ia terapkan untuk melepaskan diri dari rasa buntu dan menemukan kembali sukacita hidup yang hilang.
Kunci utama untuk kembali mencintai hidup adalah dengan mengubah cara pandang Anda dalam menjalani rutinitas harian. Begitu pergeseran internal yang sederhana dan kuat ini dimulai, segala sesuatu dalam hidup akan perlahan-lahan terbuka dan terasa lebih ringan. Delapan pergeseran ini membantu sang penulis menemukan kembali tujuan, sukacita, dan cinta yang tulus untuk tetap menikmati kehidupan.
1. Berhenti Menunggu “Waktu yang Tepat” untuk Menikmati Hidup
Penulis dulu menganggap kebahagiaan adalah hadiah yang akan diperoleh setelah semua hal, seperti karier yang lebih sukses atau finansial yang lebih stabil, dapat tercapai dan terpenuhi. Namun hari yang ideal itu tidak pernah datang karena selalu ada masalah baru untuk dipecahkan dan capaian berikutnya untuk diraih setiap saat. Sadarilah bahwa menunggu hidup menjadi sempurna sebelum mengizinkan diri bahagia hanyalah bentuk sabotase diri yang terus-menerus Anda lakukan. Cobalah untuk mulai melakukan hal-hal kecil yang membuat Anda merasa hidup saat ini juga, bahkan ketika di tengah-tengah kekacauan.
2. Berhenti Mengejar Validasi Eksternal dari Orang Lain
Kebanyakan orang tidak menyadari betapa harga diri mereka bergantung pada persetujuan dan pengakuan yang diberikan oleh orang lain. Semangat dan suasana hati penulis dulu sering terikat pada angka pencapaian, feedback positif, atau apakah orang lain menganggapnya “berhasil” di mata mereka. Semakin validasi dikejar, semakin hampa perasaan di dalam diri karena hal itu seperti mencoba mengisi ember yang tidak memiliki dasar penahan. Semuanya berubah ketika Anda mulai menjalani hidup, bekerja, dan menciptakan sesuatu untuk diri sendiri, bukan demi tepuk tangan dan pujian orang lain.
3. Berhenti Mengontrol Pikiran, Mulai Mengamatinya Saja
Penulis dulunya percaya bahwa ia dapat mencapai kedamaian dengan “memikirkan” jalannya, menganalisis setiap masalah, dan mencoba memperbaiki pikirannya yang terasa kacau. Namun, semakin ia mencoba melawan dan menekan pikirannya, semakin keras suara-suara di dalam benak itu terdengar dan mengganggu ketenangan. Semua berubah saat ia mulai berlatih mindfulness sebagai disiplin harian untuk melihat bahwa kedamaian datang dari pemahaman tentang pikiran sendiri. Ketika Anda belajar untuk mengamati pikiran tanpa terikat padanya, maka pikiran negatif yang mengganggu akan kehilangan kekuatannya.
4. Mendefinisikan Ulang Makna Kesuksesan
Selama bertahun-tahun, penulis menyamakan kesuksesan dengan pencapaian eksternal seperti kekayaan, pengakuan, dan metrik kinerja yang tinggi di kantor. Namun, kepuasan dari mencapai sebuah tujuan akan segera memudar dan menuntut pencapaian berikutnya agar perasaan itu tetap ada di dalam diri. Kesuksesan yang dibangun di atas ego akan selalu menuntut lebih banyak lagi dan tidak pernah bisa mengatakan “cukup” kepada Anda. Mulailah mendefinisikan ulang kesuksesan dalam istilah yang lebih sederhana: waktu bersama orang terkasih, kesehatan yang baik, atau ketenangan batin.
5. Mulai Mengatakan “Tidak” Lebih Sering
Mencintai hidup kembali juga berarti berhenti mengkhianati diri sendiri hanya demi membuat orang lain merasa nyaman dan senang dengan keputusan Anda. Penulis dulunya selalu mengatakan “Ya” untuk berbagai proyek dan permintaan hanya untuk menghindari kekecewaan orang-orang di sekitarnya. Setiap kali ia mengatakan “Ya” kepada orang lain, secara tidak langsung ia mengatakan “Tidak” pada istirahat, kebahagiaan sejati, dan kreativitas dirinya sendiri. Lindungi energi Anda dan sadarilah bahwa Anda mungkin tidak butuh lebih banyak motivasi, melainkan hanya perlu batasan diri yang lebih kuat dan tegas.
6. Mulai Menghargai Momen Biasa Lagi
Ketika merasa stuck dan buntu, penulis cenderung mengabaikan keindahan hal-hal kecil di sekitarnya yang terjadi setiap hari. Ia sering makan terburu-buru, mendengarkan percakapan dengan setengah hati, dan melewatkan indahnya matahari terbenam begitu saja. Padahal, kehidupan sejati terjadi dalam momen-momen kecil yang sederhana seperti aroma hujan, suara tawa, atau kenyamanan di malam yang sunyi. Semakin Anda menyadari dan mensyukuri hal-hal sederhana, otak Anda akan mulai melihat lebih banyak keindahan di sekelilingnya.
7. Mengizinkan Diri Merasa, Bukan Selalu Memperbaiki Semuanya
Sepanjang hidupnya, penulis memperlakukan emosi yang tidak nyaman seperti masalah yang harus segera diselesaikan. Jika sedih, ia akan menganalisisnya, lalu mengalihkan perhatian jika cemas, dan segera menekan jika sedang marah tanpa alasan yang jelas. Namun, emosi tidak akan hilang saat diabaikan, justru malah akan semakin keras suaranya dengan cara yang lebih halus dan tidak disadari. Perubahan besar terjadi ketika ia berhenti berusaha memperbaiki setiap perasaan, dan mulai mengizinkan dirinya untuk merasakannya secara jujur apa adanya.
8. Merangkul Ketidakkekalan (Impermanence)
Penulis telah bertahun-tahun menolak kenyataan bahwa tidak ada yang abadi dalam hidup, baik kegembiraan, kesuksesan, maupun kegagalan. Dengan merangkul ketidakkekalan, ia tidak lagi berusaha berpegangan pada momen baik atau lari dari momen buruk yang terjadi. Sesuatu menjadi indah karena sifatnya yang rapuh, di mana setiap musim, sunrise, dan percakapan akan cepat berlalu dan menghilang. Begitu Anda berhenti menuntut segalanya harus bersifat permanen, Anda akan mulai mencintai apa yang ada di depan mata dengan segenap hati.
Jalan untuk kembali pada sukacita bukanlah tentang menjadi “orang baru” yang berbeda sama sekali dari sebelumnya. Intinya adalah kembali pada diri Anda yang asli, yang berada di bawah rasa takut, penilaian diri, dan kebisingan dunia luar. Anda tidak perlu menambahkan apa pun, cukup hapus saja yang selama ini telah menumpulkan koneksi Anda dengan kehidupan. Ketika Anda melepaskan kebutuhan untuk mengejar, mengontrol, dan membuktikan, hidup tidak lagi menjadi sesuatu yang harus Anda tanggung dan lewati, melainkan sesuatu yang Anda rasakan dengan penuh kesadaran.






