Ringkasan Berita:
- Trump tak memberikan rudal Tomahawk ke Ukraina karena itu membutuhkan pelatihan khusus dan dalam waktu yang lama.
- Zelensky mendukung upaya Trump untuk mendorong gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
- AS menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan minyak Rusia karena diduga mendanai perang Rusia.
SaboPresiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkap alasan AS belum setuju untuk mentransfer rudal jarak jauh Tomahawk ke Ukraina.
Untuk dapat menggunakan rudal ini, anggota militer perlu mempelajari caranya dan membutuhkan waktu setidaknya enam bulan.
Selain itu, AS tidak berencana melatih angkatan darat negara lain tentang cara menggunakan rudal Tomahawk.
“Mereka sangat rumit, jadi satu-satunya cara untuk menembakkan Tomahawk adalah jika kita menembakkannya, dan kita tidak akan melakukannya,” ujar Trump, Rabu (22/10/2025), dikutip dari The Guardian.
Pekan lalu, Presiden Ukraina Zelensky mengunjungi Washington untuk bertemu dengan Trump guna mendapatkan bantuan rudal Tomahawk, namun Trump menolak.
Kabar Terbaru Perang Rusia dan Ukraina
Perang Rusia dengan Ukraina memasuki hari ke-1.338 pada Kamis (23/10/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Empat orang tewas dalam serangan pesawat nirawak Rusia di Kyiv pada Rabu (22/10/2025) malam.
Sebuah sinagoge di distrik Podil, Kyiv, terkena serangan pesawat nirawak Rusia.
Perang antara Rusia dan Ukraina bermula dari ketegangan yang sudah berlangsung lama sejak Uni Soviet bubar pada tahun 1991.
Setelah menjadi negara merdeka, Ukraina sering berselisih dengan Rusia, terutama soal batas wilayah, jati diri bangsa, dan arah politiknya — apakah lebih dekat ke Rusia atau ke negara-negara Barat.
Situasi semakin panas pada tahun 2014, ketika terjadi Revolusi Maidan yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, pemimpin Ukraina yang dikenal dekat dengan Rusia.
Pemerintah baru yang terbentuk justru menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara Barat, hal yang dianggap Rusia sebagai ancaman terhadap pengaruhnya di kawasan.
Sebagai tanggapan, Rusia merebut wilayah Krimea dan mendukung kelompok separatis di Donetsk serta Luhansk, sehingga terjadi perang di kawasan Donbas.
Ketegangan itu akhirnya memuncak menjadi invasi besar-besaran pada Februari 2022, ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan tentaranya menyerang Ukraina.
Putin beralasan, tindakan itu dilakukan untuk melawan kelompok neo-Nazi di Kyiv, melindungi warga keturunan Rusia di Donbas, dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO yang dianggap mengancam keamanan Rusia.
Sementara itu, Ukraina mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO, baik dalam bentuk senjata maupun bantuan militer untuk menghadapi serangan Rusia.
Berikut ini berita terbaru mengenai perang Rusia dan Ukraina:
-
AS Beri Sanksi ke Perusahaan Rusia
Trump mengumumkan bahwa AS memberlakukan sanksi terhadap dua perusahaan Rusia, Lukoil dan Rosneft, yang disebut mendanai perang Rusia.
Pengumuman tersebut muncul setelah AS membatalkan pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Putin yang direncanakan di Hongaria minggu ini.
Harga minyak melonjak lebih dari 2 dolar per barel setelah tindakan AS, dengan harga minyak mentah Brent melanjutkan kenaikan setelah penyelesaian, naik menjadi sekitar 64 dolar.
-
Trump Minta China Tak Beli Minyak Rusia
Trump mengumumkan ia akan berbicara dengan Pemimpin China Xi Jinping untuk mendesaknya agar berhenti membeli minyak dari perusahaan Rusia yang mendanai perang.
Menurut Trump, presiden terdahulu, Joe Biden dan Barack Obama, memaksa Rusia dan China yang seharusnya tidak pernah dilakukan.
Presiden AS juga mengumumkan India mengonfirmasi bahwa mereka akan berhenti membeli minyak Rusia mulai akhir tahun.
-
Zelensky Dukung Usulan Trump untuk Hentikan Perang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan dukungannya terhadap usulan Donald Trump untuk membekukan perang Rusia–Ukraina di garis depan saat ini, menyebutnya sebagai “kompromi yang baik”, meski ia pesimis Presiden Vladimir Putin akan setuju.
Trump sebelumnya menyerukan agar kedua pihak menghentikan pertempuran lebih dulu sebelum negosiasi, namun Rusia menolak, menyebut penghentian perang hanya akan memberi Ukraina waktu untuk memperkuat militernya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa akar konflik belum diselesaikan, dengan tuntutan Moskow mencakup penguasaan penuh atas Donbas dan pembatasan kekuatan militer Ukraina.
Ketegangan meningkat setelah pertemuan puncak Trump–Putin di Budapest tertunda, sementara Rusia melancarkan serangan udara besar yang menewaskan sedikitnya enam warga sipil, termasuk anak-anak.
Di saat bersamaan, Putin juga memimpin latihan pasukan nuklir strategis, memperlihatkan sikap keras Kremlin di tengah upaya diplomasi yang belum membuahkan hasil.
-
Hongaria Tolak Tangkap Putin Jika Hadiri KTT dengan Trump di Budapest
Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto menyatakan negaranya tidak akan menegakkan surat perintah penangkapan ICC terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin jika ia datang ke Budapest untuk bertemu Presiden AS Donald Trump membahas perdamaian Ukraina.
Pernyataan ini menuai kritik dari Uni Eropa dan Ukraina, yang tidak diundang dalam pertemuan tersebut.
ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin pada 2023 atas dugaan deportasi anak-anak Ukraina, tuduhan yang dibantah Moskow sebagai bermotif politik.
Szijjarto menegaskan bahwa kunjungan Putin ke Hongaria tidak akan berujung pada penangkapan, seraya menuding negara-negara yang mencoba menghalangi kedatangannya sebagai pihak yang “tidak menginginkan perdamaian.”
Beberapa negara Eropa, seperti Polandia, bahkan mengancam akan mencegat pesawat Putin jika memasuki wilayah udaranya.
Sementara itu, Rusia menuduh Barat berupaya menggagalkan inisiatif diplomatik demi memperpanjang perang di Ukraina, dikutip dari Russia Today.
(Sabo/Yunita Rahmayanti)






