Free Gift

Apindo: Investasi Baru Penting, tapi Investor Lama Harus Tetap Dijaga

JAKARTA, Sabo Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengingatkan pemerintah agar tidak hanya fokus menarik investasi baru, tetapi juga menjaga investor yang sudah menanamkan modal di Tanah Air agar tidak hengkang.

Wakil Ketua Umum Apindo Sanny Iskandar mengatakan upaya mempertahankan investasi yang sudah ada sama pentingnya dengan menarik investasi baru.

Apalagi iklim usaha di sejumlah daerah masih menghadapi berbagai tantangan.

“Bagaimana kita betul-betul menjaga agar investasi yang sudah ada ini bisa dipertahankan supaya tidak keluar, karena menarik investasi baru itu sangat sulit,” kata Sanny dalam “Laporan Khusus Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran: Pulihkan Ekonomi Segera” yang ditayangkan Kompas TV, Senin (20/10/2025).

Ia menekankan pentingnya konsistensi kebijakan pemerintah, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung industri. 

Menurutnya, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sudah jelas menyebutkan pemerintah wajib menjamin tersedianya infrastruktur untuk kegiatan industri.

“Kalau industri masih kesulitan mendapatkan air baku, harga gas naik turun, dan kuotanya tidak jelas, bagaimana mereka bisa bertahan?” ujarnya.

Selain infrastruktur, Sani menyoroti perlunya kepastian hukum dan keamanan dalam menjaga iklim investasi agar tetap kondusif, terutama di daerah.

“Saya tahu Menteri Investasi sering road show ke luar negeri menarik investor masuk. Tapi ketika mereka masuk ke daerah, malah dikerjai oleh elemen-elemen masyarakat. Ini harus jadi perhatian bersama,” ungkapnya. 

Apindo berharap pemerintah pusat dan daerah memperkuat koordinasi untuk memastikan kebijakan investasi berjalan efektif dan berkelanjutan, baik bagi investor baru maupun lama.

Sanny juga menyatakan pentingnya mengarahkan investasi ke sektor manufaktur yang padat karya, untuk menciptakan lapangan kerja luas.

“Banyak investasi sekarang masuk ke data center, yang padat modal dan minim tenaga kerja. Padahal, sektor seperti tekstil dan alas kaki justru yang paling berdampak ke ekonomi rakyat,” tuturnya. 

Ia berharap pemerintah memberi insentif bagi industri manufaktur agar tetap kompetitif di tengah tekanan global dan persaingan dengan negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi sekaligus CEO Danantara Rosan Roeslani menyatakan pemerintah akan mengejar target investasi senilai Rp13.000 triliun dalam periode 2025–2029 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. 

Angka investasi itu berdasarkan perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Menurut Rosan, investasi menjadi motor utama yang akan menggerakkan perekonomian di era pemerintahan Prabowo–Gibran.

“Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029, dibutuhkan total investasi sekitar Rp13.000 triliun. Ini kenaikan signifikan dibanding Rp9.100 triliun pada 2014–2024,” katanya.

Rosan menyebut realisasi investasi hingga kuartal III 2025 telah mencapai Rp1.434, triliun atau 75,2 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp1.905 triliun. 

Namun, ia mengakui investasi yang masuk saat ini cenderung padat modal dibanding padat karya.

“Sepuluh tahun lalu, investasi Rp1 triliun bisa menciptakan 2.600 tenaga kerja, sekarang hanya sekitar 1.300. Meski begitu, ada sektor hilirisasi seperti kelapa yang tetap padat karya,” ujarnya.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar