Free Gift

Apresiasi Program BGN, Ibu Negara Brasil: Tindakan Cinta dan Tanggung Jawab Negara

Sabo.CO.ID, JAKARTA – Kunjungan Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, ke Dapur Sehat Anak Bangsa di Halim, Jakarta, menjadi simbol kuat solidaritas sosial dan kerja sama antarnegara Selatan–Selatan (Global South–South).

Melalui kunjungan tersebut, Brasil dan Indonesia menunjukkan komitmen bersama dalam memperkuat ketahanan pangan dan gizi anak-anak, khususnya melalui kebijakan berbasis kesejahteraan sosial.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana kebijakan sosial tidak hanya menyehatkan generasi muda, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat.

Permintaan bahan pangan di ribuan dapur pelaksana program menciptakan peluang baru bagi petani, pelaku UMKM, dan produsen pangan lokal. Di sisi lain, program ini menghidupkan kembali semangat gotong royong serta menghadirkan keadilan sosial bagi anak-anak di seluruh pelosok negeri.

Hingga kini, pelaksanaan MBG dilakukan melalui hampir 13.000 dapur komunitas, yang masing-masing mempekerjakan sekitar 50 staf terlatih — mulai dari juru masak, ahli gizi, hingga akuntan. Lebih dari 650.000 tenaga kerja profesional dan pekerja lokal aktif setiap hari memastikan makanan bergizi dan aman sampai ke tangan anak-anak Indonesia.

“Dapur-dapur ini bukan hanya tempat memasak, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi lokal dan inovasi sosial,” ujar Dian Fatwa, Juru Bicara Badan Gizi Nasional (BGN).

Meski demikian, program besar ini tidak lepas dari tantangan. Sejumlah dapur di daerah menghadapi kesulitan pasokan sayuran segar dan kenaikan harga ayam akibat permintaan yang melonjak. Namun, BGN melihat hal ini bukan sebagai hambatan, melainkan peluang ekonomi baru bagi petani kecil, peternak, dan pelaku usaha pangan.

“Kebutuhan bahan pangan yang meningkat adalah momentum untuk menggerakkan ekonomi daerah. Jika dikelola dengan baik, efek domino dari MBG akan memperkuat ekonomi lokal dan pada akhirnya ekonomi nasional,” kata Dian Fatwa.

Dalam kesempatan itu, Dian juga menyampaikan apresiasi atas kunjungan Ibu Negara Brasil. Ia menegaskan bahwa Indonesia banyak belajar dari pengalaman Brasil melalui Programa Nacional de Alimentação Escolar (PNAE), program makan sekolah yang telah berjalan sejak 1955 dan kini menjangkau lebih dari 40 juta siswa setiap hari.

Salah satu kunci keberhasilannya adalah kewajiban penggunaan minimal 30 persen bahan pangan dari petani keluarga, yang terbukti memperkuat ketahanan pangan sekaligus kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Janja Lula da Silva, yang juga dikenal sebagai Duta Besar Program PNAE, menegaskan pentingnya kolaborasi antarnegara berkembang untuk menjadikan makanan bergizi sebagai hak dasar setiap anak. “Memberi makan adalah tindakan cinta dan tanggung jawab negara,” ujarnya. Kunjungan ini menjadi penegasan komitmen Brasil dan Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih sehat, adil, dan mandiri — dunia di mana tidak ada anak yang belajar dalam keadaan lapar.

   

Dampak Nyata di Lapangan

Program MBG yang diluncurkan pada Januari 2025 telah menjangkau:

• 37.226.307 anak sekolah,

• 20.986 balita, dan

• 20.161 ibu hamil di seluruh Indonesia.

Keluar dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah 

Direktur Penyediaan dan Penyaluran Makanan Bergizi Wilayah II Badan Gizi Nasional (BGN) Nurjaeni mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu strategi pemerintah agar Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-income trap).

Ia menuturkan, melalui program tersebut pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan bonus demografi Indonesia dengan membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul, sehat, cerdas, dan produktif, yang diharapkan mampu memimpin Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi di masa depan.

“Harapannya kita bisa memanfaatkan bonus demografi ini menjadi kesempatan yang besar, yang baik, supaya kita keluar dari middle-income trap,” kata Nurjaeni dalam Sustainable Development Annual Conference (SAC) 2025 di Jakarta, Kamis.

 

Ia menyatakan, peningkatan kualitas gizi merupakan landasan penting dalam menyiapkan tenaga kerja produktif dan inovatif.

Ia mengatakan banyak negara maju sukses mencapai pertumbuhan tinggi bukan karena kekayaan sumber daya alam, tapi karena memiliki SDM unggul.

“Kita tentunya harus memiliki SDM yang berkualitas. Kita bisa lihat contoh banyak negara maju yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun bisa menjadi negara maju,” ujarnya.

Selain perbaikan gizi bagi generasi muda Indonesia, Nurjaeni menyampaikan bahwa pelaksanaan MBG juga dirancang sebagai penggerak ekonomi lokal.

Ia memberikan rincian, dari setiap Rp15 ribu yang dialokasikan per paket, sebanyak Rp10 ribu digunakan untuk membeli bahan pangan dari petani, nelayan, dan peternak lokal.

Sementara Rp3 ribu untuk operasional dapur pengolahan pangan dan upah tenaga kerja dari masyarakat sekitar, serta Rp2 ribu untuk investasi pembangunan dapur tersebut.

Pihaknya bekerja sama dengan berbagai UMKM lokal, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan Koperasi Desa dalam mengoptimalkan rantai pasok pangan lokal untuk program tersebut.

“Jadi, uangnya kembali ke masyarakat. Ini semangatnya selain untuk meningkatkan status gizi (generasi muda), kita juga ingin meningkatkan kesejahteraan (ekonomi) masyarakat terutama di daerah,” ucap Nurjaeni.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar