Mengungkap data resmi, impor asbes ke Indonesia mencapai US$ 61,2 juta pada 2023, dengan jumlah impor dari Rusia saja sebesar 65 113 500 kg, China sekitar 16 699 200 kg, dan Brasil sekitar 9 895 500 kg.
Manager Kampanye dan Pendidikan LION Indonesia, Ajat Sudrajat, dalam Workshop & Beasiswa Liputan yang diselenggarakan LION di Grand Sovia Hotel, Bandung, Jawa Barat, Kamis 23 Oktober 2025, bahwa penggunaan bahan ini bukan sekadar persoalan industri—mereka adalah bahan konstruksi umum yang tetap banyak ditemukan di atap rumah, sekolah, dan bangunan publik lain, yang memunculkan potensi paparan jangka panjang terhadap masyarakat.
Pihaknya menekankan bahwa meskipun banyak negara telah melarang penggunaan asbes secara total atau parsial, Indonesia masih mengizinkan jenis asbes krisotil yang secara global dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai karsinogen tanpa batas aman paparan.
Sementara itu, WHO memperkirakan lebih dari 200.000 kematian setiap tahunnya akibat paparan asbes secara global, dengan lebih dari 70% kematian akibat kanker tempat kerja disebabkan oleh paparan asbes.
Paparan Asbes: Risiko Kesehatan dan Bukti Empiris
Mineral asbes memiliki serat mikroskopis yang saat terhirup dapat mencapai alveoli paru dan menimbulkan inflamasi kronis, fibrosis paru (asbestosis), hingga transformasi seluler malignan seperti kanker paru dan mesothelioma—persis seperti yang diingatkan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC).
Program Pelatihan Jurnalisme Investigatif: Strategi Penghapusan Risiko
LION Indonesia akan mengadakan pelatihan dan beasiswa liputan dengan tema “Urgensi Edukasi Penghapusan Penyakit Akibat Asbes” guna mendukung jurnalis menghasilkan karya yang berbasis data, mendalam dan kritis terhadap dimensi kesehatan, sosial ekonomi, lingkungan, serta kisah korban.
Tujuan utamanya mencakup peningkatan kesadaran publik dan pemangku kepentingan, mendukung produksi jurnalistik berkualitas tinggi, mendorong advokasi kebijakan untuk perlindungan pekerja dan masyarakat serta kompensasi adil bagi korban.
Acara tersebut berlangsung pada Kamis, 23 Oktober 2025, pukul 09.00–16.30 WIB di Grand Sovia Hotel Bandung dan menghadirkan narasumber seperti dr. Anna Suraya (ahli kesehatan kerja dan toksikologi) serta jurnalis Sandi Indra Pratama.
Kenapa Ada di Tengah Krisis?
Impor asbes yang masih besar, bukti besarnya penggunaan material tersebut di hunian dan bangunan publik, ditambah data global yang menunjukkan ribuan kematian tiap tahun akibat paparan, menjadikan Indonesia sebagai titik kritis. Ajat menyebut bahwa peluang Indonesia menghadapi “bom waktu” penyakit akibat asbes sangat nyata karena sebagian besar orang yang terpapar saat ini kemungkinan baru akan muncul penyakitnya bertahun‐tahun kemudian.
Edukasi publik dan media dianggap sebagai kunci karena regulasi semata tidak akan cukup tanpa kesadaran masyarakat yang besar dan jurnalisme yang mampu mengangkat fakta tersembunyi.***






