Ringkasan Berita:
- Baku tembak mematikan antara Afghanistan dan Pakistan pada Kamis (9/10/2025) menewaskan ratusan orang dan memicu kekhawatiran konflik lebih luas.
- Taliban menuduh Pakistan melancarkan serangan udara di Kabul dan Paktika, sementara Islamabad menuding Taliban melindungi kelompok militan.
- CNN melaporkan Qatar dan Arab Saudi turun tangan memediasi.
- Presiden AS Donald Trump menawarkan diri menjadi penengah untuk meredakan ketegangan kedua negara.
SaboTensi konflik Pakistan vs Taliban makin tinggi.
Baku tembak maut di perbatasan Afghanistan–Pakistan menewaskan ratusan orang pada Kamis (9/10/2025).
Merespons konflik Pakistan vs Taliban, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menawarkan diri jadi mediator perdamaian.
Pertikaian antara Pakistan vs Taliban pun memicu kekhawatiran konflik berskala luas di Asia Selatan.
Taliban menuduh Pakistan melancarkan serangan udara di Kabul dan Paktika.
Islamabad belum mengakui tanggung jawab atas serangan tersebut.
Ketegangan meningkat di tengah kunjungan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi ke India—rival utama Pakistan—yang memicu keresahan di Islamabad.
CNN melaporkan, pertempuran ini menjadi eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir.
Taliban menyebut serangan Pakistan sebagai tindakan “belum pernah terjadi sebelumnya, penuh kekerasan, dan tercela.”
Sebaliknya, militer Pakistan menuduh Taliban Afghanistan melindungi kelompok militan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) yang kerap menyerang wilayahnya.
Pakistan mengklaim menewaskan lebih dari 200 militan, sementara Taliban menyebut 58 tentara Pakistan tewas.
Jumlah korban ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Bukan Hal Baru
Menurut BBC, bentrokan di sepanjang garis perbatasan yang dikenal sebagai “Garis Durand” bukan hal baru.
Kedua negara kerap berselisih soal keamanan lintas batas dan dukungan terhadap kelompok bersenjata.
Pakistan selama ini menjadi pendukung utama Taliban sejak awal 2000-an.
Hubungan mereka memburuk setelah Taliban kembali berkuasa pada 2021.
Sejak itu, Islamabad menghadapi lonjakan serangan dari TTP—yang disebut sebagai ancaman keamanan terbesar Pakistan.
Militer Pakistan menegaskan bahwa mereka lebih memilih jalur diplomasi, namun tidak akan menoleransi penggunaan wilayah Afghanistan untuk terorisme.
Pemerintah Pakistan juga menutup dua perlintasan utama dengan Afghanistan setelah pertempuran.
Peran India turut memperuncing ketegangan antara Kabul dan Islamabad.
New Delhi baru-baru ini mengumumkan rencana membuka kembali kedutaannya di Kabul, menyebut langkah itu sebagai “bukti persahabatan abadi.”
Analis dari International Institute for Strategic Studies, Antoine Levesques, mengatakan kunjungan Taliban ke India adalah “perubahan besar yang memperdalam ketakutan Pakistan di dua perbatasannya.”
Qatar, Arab Saudi, China, dan Rusia menyerukan de-eskalasi dan dialog.
Qatar dan Arab Saudi bahkan dilaporkan memediasi penghentian tembak-menembak pada Sabtu malam.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan kedua negara harus “menyelesaikan kekhawatiran mereka melalui dialog.”
Trump Siap Mendamaikan
Pertempuran itu juga menarik perhatian Presiden AS Donald Trump.
Dalam pernyataannya kepada wartawan di pesawat Air Force One, Trump mengatakan siap menjadi penengah.
“Saya pandai menyelesaikan perang, saya pandai menciptakan perdamaian,” ujarnya dikutip CNN.
Meski situasi kini relatif tenang, para analis memperingatkan bahwa pertempuran terbaru ini dapat membuka babak baru ketidakstabilan di kawasan.
Banyak pihak menilai, masa depan hubungan kedua negara akan bergantung pada cara Taliban menangani kelompok TTP yang selama ini menjadi sumber ketegangan utama.
Mengenal Tehrik-i-Taliban Pakistan
Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) adalah kelompok militan Islamis yang berbasis di wilayah perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan.
Kelompok ini didirikan pada tahun 2007 oleh Baitullah Mehsud, dan memiliki tujuan utama untuk menggulingkan pemerintah Pakistan serta memberlakukan syariat Islam secara ketat di negara tersebut.
TTP dikenal sebagai cabang yang berafiliasi dengan Taliban Afghanistan, meski keduanya memiliki struktur kepemimpinan dan wilayah operasi yang berbeda.
Organisasi ini bertanggung jawab atas berbagai serangan besar di Pakistan, termasuk pemboman, serangan terhadap militer dan polisi, serta serangan bunuh diri terhadap warga sipil.
Salah satu serangan paling terkenal adalah pembantaian sekolah di Peshawar tahun 2014, yang menewaskan lebih dari 140 orang, sebagian besar anak-anak.
Pemerintah Pakistan menyebut TTP sebagai ancaman keamanan nasional terbesar.
Kelompok ini diduga memanfaatkan wilayah Afghanistan sebagai tempat berlindung setelah pasukan Pakistan meningkatkan operasi militernya di wilayah suku.
(Sabo/Andari Wulan Nugrahani)






