Free Gift

Bandung Siaga! Pemkot Perkuat Drainase dan Sistem Peringatan Dini Hadapi Ancaman Banjir dan Longsor

MATA BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat sistem mitigasi bencana di kawasan utara yang dikenal rawan terhadap berbagai ancaman alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan, langkah pencegahan harus berjalan simultan bersama masyarakat agar hasilnya berkelanjutan dan efektif.

 “Kita harus meningkatkan kewaspadaan. Banjir dan longsor di wilayah ini bukan lagi potensi, tapi sudah terjadi. Warga dan pemerintah harus siaga bersama,” ujar Farhan dalam kegiatan Siskamling Siaga Bencana di Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kamis 23 Oktober 2025.

AA1P50jG  

Wilayah Rawan di Ketinggian dan Kawasan Padat

Farhan menjelaskan, wilayah Kota Bandung yang berada di bawah ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (MDPL) cenderung mengalami genangan air, sedangkan daerah di atas ketinggian tersebut memiliki risiko longsor yang lebih tinggi akibat kondisi tanah dan aliran air dari wilayah hulu.

Data dari Kelurahan Sukaluyu mencatat, banjir dan genangan masih kerap terjadi di Jalan Pahlawan, Sungai Cikondang, dan kawasan Cikutra. Bahkan, pada 2019 lalu, peristiwa banjir sempat menelan korban jiwa.

Selain banjir, kawasan ini juga menghadapi ancaman kebakaran akibat kelalaian rumah tangga serta insiden pohon tumbang di sejumlah titik.

 

Drainase Jadi Prioritas Utama

Menanggapi kondisi tersebut, Pemkot Bandung melakukan perbaikan besarbesaran terhadap sistem drainase hingga akhir tahun 2025. Langkah ini menjadi bagian dari strategi struktural dalam pengendalian air dan pencegahan banjir.

Farhan menegaskan bahwa perbaikan ini tidak berhenti pada pembersihan saluran air semata, tetapi juga mencakup pembangunan kanal baru, pelebaran saluran, kolam retensi, dan sumur imbuhan dalam di sejumlah titik padat penduduk.

 “Drainase bisa kita benahi bertahap, tetapi kewaspadaan warga harus berjalan mulai sekarang,” tegasnya.

Selain infrastruktur, Farhan meminta Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) untuk mempercepat normalisasi sungaisungai kecil yang tersumbat akibat sedimentasi dan bangunan liar.

 

Larangan Ketat untuk Bangunan Liar di Bantaran Sungai

Pemkot Bandung juga menegaskan larangan keras terhadap pembangunan liar di area bantaran sungai yang menyebabkan penyempitan aliran air.

 “Saluran banyak tersumbat bahkan tertutup bangunan. Itu tidak boleh dibiarkan,” ujar Farhan.

Ia meminta aparat kewilayahan untuk melakukan penindakan tegas terhadap pelanggaran tersebut, sembari tetap mengedepankan dialog dan solusi relokasi bagi warga terdampak.

Langkah ini, menurut Farhan, penting untuk mengembalikan fungsi alami sungai sebagai jalur aliran air dan mencegah banjir yang semakin sering terjadi di kawasan padat penduduk.

 

Sistem Peringatan Dini Diperkuat di Tiap RW

Dalam menghadapi risiko bencana, Pemkot Bandung kini memperluas penerapan sistem peringatan dini (early warning system) di tingkat RW. Setiap RW diwajibkan membentuk relawan siaga bencana, melakukan ronda lingkungan, dan memastikan jalur evakuasi aman serta mudah diakses.

 “Saya akan mengunjungi kembali setiap RW selama empat tahun masa tugas saya untuk memastikan penanganan berjalan,” ucap Farhan.

Ia menambahkan, kesiapsiagaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Dengan adanya sistem peringatan dini yang terintegrasi, diharapkan masyarakat bisa mengambil tindakan cepat sebelum bencana menimbulkan kerugian besar.

 

Fokus Tambahan: Pencegahan Kebakaran Rumah Tangga

Selain banjir dan longsor, kebakaran rumah tangga juga menjadi perhatian serius Pemkot Bandung. Berdasarkan data, sebagian besar kasus kebakaran disebabkan oleh kelalaian penggunaan kompor gas dan korsleting listrik.

 “Kompor dan korsleting listrik adalah penyebab terbesar kebakaran di Kota Bandung. Setiap RW harus punya sistem pengamanannya,” ujar Farhan.

Ia menekankan bahwa kini sprinkler pencegah kebakaran wajib tersedia di setiap RW, terutama di kawasan padat permukiman yang sulit dijangkau oleh petugas pemadam saat terjadi kebakaran.

 

Gotong Royong, Kunci Ketangguhan Bandung

Farhan menegaskan, keberhasilan mitigasi bencana di Bandung hanya bisa dicapai jika seluruh elemen masyarakat terlibat aktif. Ia mendorong partisipasi warga dalam menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah ke saluran air, serta aktif dalam kegiatan siaga bencana.

 “Warga dan pemerintah harus siaga bersama. Penanganan bencana tidak bisa lagi hanya responsif. Kita harus bergerak ke arah pencegahan,” ujarnya.

Program ini juga sejalan dengan visi Pemkot Bandung untuk mewujudkan kota yang unggul, tangguh, dan berkelanjutan, di mana kesejahteraan warga berjalan seiring dengan keamanan dan kelestarian lingkungan.

Pemkot Bandung menargetkan penanganan banjir, longsor, dan kebakaran dilakukan secara paralel antara rekayasa teknis, penegakan aturan, dan edukasi masyarakat.

Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, lembaga, dan warga, Bandung diharapkan dapat menjadi kota yang lebih siap menghadapi perubahan iklim dan potensi bencana yang meningkat setiap tahun.***

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar