Free Gift

Bapak Rumah Tangga Tidak Hanya Mengurus Rumah, Tapi Memelihara Kepercayaan

“Merawat rumah bukan berarti hanya menyapu dan memasak; menjaga kepercayaan itu lebih berat dari urusan dapur dan piring kotor.”

Bicara tentang fenomena Bapak Rumah Tangga mengingatkan saya ketika saya mengikuti reuni kecil teman SMP beberapa bulan lalu. Kami bertemu dalam acara syukuran salah satu teman yang baru pulang haji.

Ada satu teman saya yang mempunyai istri sebagai TKW di Hongkong. Sang istri memutuskan untuk mencari nafkah di negeri orang demi keberlangsungan ekonomi keluarga yang sebelumnya dapat dikatakan kurang, karena suami hanya bekerja sebagai kurir makanan kecil ke pasar dan warung-warung sejak terkena PHK di sebuah pabrik garmen.

Bukan karena paksaan, namun sang istri berangkat dengan kesepakatan bersama, dengan harapan akan mendapat gaji yang dapat menjadi modal usaha suami dan biaya sekolah kedua anak mereka yang masih kecil.

“Selama jauh dari istri apakah kamu gak tergoda cewek lain Bro?,” salah satu teman bertanya padanya. Dan itu juga sempat terbersit di benak saya.

Sambil tersenyum tersipu dia menjawab, “ya tergoda lah, dan nyaris aku terbawa kesenangan sesaat, tetapi aku gak bisa menghilangkan bayangan dua anak-anaku yang masih kecil saat keinginan itu memuncak.”

Saya tertegun dan berdecak kagum, 11 tahun bukanlah waktu sebentar untuk membiarkan diri sendiri mengurus anak dan rumah tangga. Kalaulah datang godaan itu pasti, kurun waktu yang panjang tidak bertemu pasangan, bahkan setahun sekali saja belum tentu membuat rasa bosan dan hasrat yang terpendam dapat mengusik tiba-tiba dan tak bisa dihindari.

Kini anak-anaknya mulai bertumbuh menjadi remaja dengan kasih sayang penuh dari sang ayah yang mengasuh mereka sendirian bak ibu dalam rumah tangga. Mulai dari urusan mandi, masak, menyiapkan makan dan menyuapi, antar jemput sekolah, membereskan rumah, mengajari mengerjakan PR, dan masih banyak lagi dapat ia jalani dengan sukacita.

Toko kelontong kecil milik mereka pun masih berjalan baik hingga saat ini, perputaran uang dalam rumah tangga pun saya rasa berjalan dengan baik, meskipun pasti ada saja masalah-masalah yang mengiringi perjalanannya. Wajar.

Saya salut, dan merasa bahwa anak-anaknya tumbuh di tangan ayah yang tepat. Ini salah satu contoh pilihan menjalani hidup sebagai Bapak Rumah Tangga di antara banyak cerita berbeda yang ada dalam kehidupan nyata.

Fenomena stay-home-dad

Fenomena pria sendiri mengurus rumah tangga saat istri jauh mencari nafkah adalah hal biasa di kawasan pedesaan atau daerah pinggiran kabupaten. Berharap agar setiap bulan ada uang yang dikirim, untuk anak-anak tetap bisa makan bergizi, sekolah, dan tumbuh dengan baik.

Di sisi lain, ada suami yang memilih tetap di rumah, mengurus anak, memasak, mencuci, membesarkan rasa rindu melalui pesan dan foto di video call.

Fenomena stay-home dad ini bukan hanya soal pertukaran tugas rumah tangga, tapi soal menjaga sesuatu yang vital dalam kehidupan rumah tangga yaitu sebuah kepercayaan. Karena di balik setiap jarak dan pengorbanan, pasti ada potensi luka,  ketika komunikasi retak, ketika rasa curiga muncul, atau bahkan ketika suami mengambil jalan salah: selingkuh, menikah lagi, atau berbohong. Data & Kisah Nyata

Dilansir dari laman detiknews.com, terdapat beberapa kasus dan penelitian di Indonesia memperlihatkan bahwa fenomena ini tidak lepas dari konflik kepercayaan, antara lain adalah:

Di Kabupaten Malang, antara Januari–September 2020 tercatat 5.464 kasus perceraian di Pengadilan Agama. Banyak di antaranya didominasi oleh suami yang melakukan perselingkuhan dan penghabisan uang kiriman istri yang menjadi TKW.Di Ponorogo tahun 2021, Pengadilan Agama menerima 1.990 perkara perceraian, hampir semuanya ada faktor ekonomi dan perselingkuhan yang menjadi penyebab dominan, dan banyak penggugat adalah TKW.Kasus di Madiun: Siti Fatimah (38), seorang TKW, nekat ingin membongkar rumah yang dibangun dari hasil kerja kerasnya di luar negeri. Dia mengaku dicerai tanpa sepengetahuan, dan suaminya sudah menjalin hubungan dengan wanita lain saat dia jauh bekerja.Kisah viral dari Ngawi: seorang TKW yang mengirim uang Rp5 juta per bulan dituduh selingkuh karena hanya mengirim sebagian dari apa yang dihasilkannya. Tuduhan itu muncul karena kurangnya komunikasi dan asumsi negatif dari suami.

Di sisi lain, ada juga penelitian yang mengeksplorasi bagaimana stay-home dad memaknai dirinya sendiri:

Studi “Pengalaman Suami Menjadi Stay-At-Home Dad pada Usia Dewasa Awal” dari UNDIP (2018) menggambarkan bagaimana pria dalam peran itu harus melalui fase penerimaan diri, adaptasi peran, dan menghadapi tekanan sosial. [ejournal3.undip.ac.id]Penelitian “Gambaran Konsep Diri Bapak Rumah Tangga” dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya menunjukkan bahwa meski jumlah stay-home dad meningkat, masih ada persepsi bahwa itu adalah hal yang tidak biasa atau “keluar dari norma”. [Atma Jaya Journal] Kepercayaan sebagai Pondasi

Dari data dan kisah di atas, ada beberapa pelajaran penting:

Kepercayaan adalah pondasi yang harus terus dijaga

Jarak fisik dan limit komunikasi dapat menjadi ruang munculnya kecurigaan. Apalagi bila komunikasi tidak rutin atau ada hal yang disembunyikan, sekecil apa pun itu.Pilihan peran memerlukan kesepakatan yang jelas

Saat pasangan memutuskan bahwa istri menjadi TKW dan suami stay home, harus ada dialog terbuka tentang keuangan, peran rumah tangga, batasan moral, dan hak serta kewajiban masing-masing.Stigma dan tekanan sosial memperbesar risiko

Karena norma tradisional masih kuat, suami yang tinggal di rumah dan istri yang bekerja jauh bisa jadi menghadapi tekanan dari keluarga, masyarakat, bahkan internal diri sendiri. Tekanan ini bisa mempercepat kehancuran kepercayaan bila tidak ditangani.Keterbukaan & transparansi itu penting

Misalnya transparansi pemakaian uang kiriman, kehadiran emosional, bagaimana merawat hubungan agar tetap kuat meskipun berjauhan; lewat chat, video call, rencana pulang, dan kunjungan.Menjaga identitas & harga diri

Suami yang memilih menjadi stay-home dad masih harus menghadapi perasaan “kurang”, takut dianggap tidak melakukan apa-apa, dan menghadapi stereotype. Mereka juga perlu penghargaan dari pasangan dan lingkungan agar peran ini bisa dijalani dengan bangga dan tulus. Strategi Agar Kepercayaan Terpelihara & Konflik Diminimalisir

Agar fenomena stay-home dad dan TKW luar negeri ini tidak menghasilkan permasalahan serius dan luka mendalam, ada beberapa strategi konkret yang bisa dijalankan:

Membangun komunikasi rutin & kualitas dengan menetapkan waktu khusus untuk berbagi kabar, curhat, dan membuat rencana bersama agar tidak ada ruang bagi asumsi negatif.Menetapkan kesepakatan tertulis atau informal tentang bagaimana uang dikirim, apa yang dilakukan jika ada kesulitan, bagaimana pasangan menangani godaan atau tekanan emosional.Dukungan lingkungan & komunitas seperti keluarga, teman, komunitas bisa memberikan dukungan moral, bukan hanya kritik atau tekanan. Orang tua pasangan juga perlu diyakinkan bahwa pilihan ini sah dan penuh tanggung jawab.Kesadaran akan peran ganda bahwa stay-home dad bukan berarti “tidak bekerja”, tetapi pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak adalah bagian kerja yang nyata dan berat. Sehingga penghargaan dan pengakuan perlu diberikan.Pendidikan & nilai sejak dini, di mana setiap anak perlu diajak memahami bahwa cinta, pengorbanan, dan tanggung jawab melampaui gender. Supaya generasi selanjutnya tidak lagi memandang stay-home dad sebagai “aneh”. Tidak hanya urusan menyapu, memasak, atau mencuci piring, menjadi bapak rumah tangga ketika istri menjadi TKW adalah tentang menjaga kepercayaan: kepercayaan pasangan, kepercayaan anak, kepercayaan bahwa cinta dan tanggung jawab masih bisa berjalan meskipun menjadi jauh secara fisik.

Ketika suami melakukan peran ini dengan kejujuran, pengorbanan, dan tanggung jawab, stigma “malas” atau “lemah” seharusnya hilang. Karena peran ini bukan soal siapa keluar rumah bekerja, tetapi siapa tetap hadir dalam hati dan menjaga janji-janji kecil yang membangun rumah menjadi tempat yang hangat dan aman. Salam damai, dan cinta! (Yy).

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar