Free Gift

Benarkah Pulau Jawa Akan Tenggelam pada 2050? Ini Penjelasan BRIN

SaboMedia sosial Instagram dengan unggahan yang menyebutkan bahwa pulau Jawa akan tenggelam.

Dalam unggahan akun @id****** pada Sabtu (18/10/2025), disebutkan bahwa pulau paling padat di Indonesia ini akan tenggelam dalam kurun waktu 2050 hingga 2070.

Penyebabnya adalah lempeng Australia yang menekan serta perilaku manusia.

“Pulau yang menampung setengah penduduk Indonesia ini perlahan tenggelam. Dari selatan, lempeng Australia menekan bumi Jawa. Dari utara, manusia menghisap air tanah tanpa henti. ITB dan Badan Geologi mencatat: sebagian pesisir Jawa bisa tenggelam antara tahun 2050–2070.Alam dan manusia, dua kekuatan yang perlahan mengubah wajah Jawa,” tulis akun itu.

Lantas, benarkah pulau Jawa akan tenggelam?

Pesisir Jawa terancam tenggelam

Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwi Sarah mengatakan, secara keseluruhan, pulau Jawa tidak akan tenggelam. 

Namun, pada pesisir Jawa, terutama bagian utara, memang terancam akan tenggelam akibat penurunan permukaan tanah.

“Pesisir Jawa utara itu terancam tenggelam akibat land subsidence dan kenaikan muka air laut,” kata Dwi ketika dihubungi Sabo, Rabu (22/10/2025).

Sementara, pada Jawa bagian selatan, ancamannya lebih kepada potensi gempa tektonik, bukan tenggelam.

Turunnya permukaan tanah

Menurutnya, secara geologis, pesisir utara Jawa tersusun atas endapan aluvial yang belum terkonsolidasi, berumur muda, dan mudah terkompaksi.

“Secara alamiah sedimen tersebut rentan ambles,” jelas dia.

Tekanan akibat aktivitas manusia juga membuat amblesnya tanah berlangsung dengan laju cepat, yakni 1-10 cm setiap tahunnya.

Misalnya, pengambilan air tanah berlebihan, alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun, serta adanya beban bangunan dapat menambah tekanan di bawah permukaan.

Dampaknya, permukaan tanah akan semakin cepat turun.

Sri menjelaskan, kenaikan muka laut di Jawa bagian utara rata-rata sekitar 5 milimeter per tahun. Sementara, laju amblesnya tanah bisa sampai  5-10 sentimeter per tahun, bahkan di beberapa tempat dapat melebihi angka itu.

“Jadi, laju amblesan ini satu ordo lebih besar daripada kenaikan muka laut. Oleh sebab itu, genangan air laut ke darat utamanya disebabkan amblesan, bukan semata-mata karena air laut yang naik,” ujarnya.

Langkah mitigasi

Untuk itu, diperlukan dua langkah mitigasi, yakni struktural dan nonstruktural.

Mitigasi struktural dilakukan untuk mengatasi dampak langsung, misalnya dengan tanggul pantai (coastal dyke) atau bangunan pantai lainnya.

Sementara, mitigasi nonstruktural jauh lebih penting karena mengatasi akar masalah dari penyebab Jawa tenggelam.

“Mitigasi nonstruktural dilakukan dengan mengurangi bahkan menghentikan laju land subsidence,” ungkap Sri.

Lebih lanjut, upaya mitigasi nonstruktural dilakukan dengan konservasi air tanah, mengurangi pemakaian air tanah, serta menyediakan pasokan air permukaan yang memadai, sehingga kebutuhan air bersih tidak bergantung pada air tanah.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar