Sabo – Harga Bitcoin memasuki pekan ini dalam kondisi tenang, bahkan cenderung stagnan, meski sejumlah agenda ekonomi Amerika Serikat yang krusial telah menanti. Fenomena ini mengundang pertanyaan di kalangan pelaku pasar: apakah ini sekadar ketenangan sebelum badai besar mengguncang pasar kripto?
Per Senin (18/8), Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 117.600 atau setara Rp 1,9 miliar, bertahan di fase konsolidasi setelah sempat menyentuh level tertinggi USD 124.517 (sekitar Rp 2,03 miliar) dalam pekan sebelumnya. Data dari situs BiTBO mencatat indeks volatilitas Bitcoin kini berada di level 1,02 persen, yang merupakan level terendah sejak Oktober 2023.
Investor kripto senior, Mike Alfred, menilai pasar saat ini sangat rasional. “Senang melihat tidak ada euforia di Bitcoin akhir pekan ini. Tidak ada celah futures yang perlu ditutup,” ujarnya di platform X, Minggu (17/8). Komentarnya memperkuat pandangan bahwa siklus pasar Bitcoin kian matang, dengan dominasi institusi menggantikan gelombang spekulatif ritel.
Senada dengan itu, akun Bitcoin Archive juga menyoroti turunnya volatilitas Bitcoin sebagai sinyal masuknya investor besar. “Volatilitas Bitcoin mendekati rekor terendah. Pembeli institusional menekan volatilitas hingga hanya dua kali lipat dari emas,” tulis mereka.
Namun, ketenangan ini kemungkinan tak berlangsung lama. Dalam beberapa hari ke depan, pasar bersiap menghadapi dua pemicu utama: risalah rapat The Fed (FOMC) pada Rabu dan pidato Ketua The Fed Jerome Powell dalam simposium Jackson Hole pada Jumat pukul 21.00 WIB.
Risalah FOMC akan memberikan gambaran detail soal perdebatan di antara anggota dewan terkait suku bunga. Pada rapat terakhir, suku bunga tetap dipertahankan di kisaran 4,25–4,50 persen, namun dua anggota mendorong pemangkasan.
Ini menjadi perbedaan sikap pertama sejak 1993. Jika risalah bernada dovish, pasar saham dan kripto kemungkinan akan menguat. Sebaliknya, nada hawkish bisa membalikkan sentimen.
Puncaknya ada pada pidato Powell. Dalam sejarah, Jackson Hole kerap menjadi momen penting yang mengubah arah ekspektasi pasar global, termasuk kripto.
Sementara itu, data dari news.bitcoin.com menunjukkan harga Bitcoin pada Sabtu (17/8) stabil di USD 118.351 atau sekitar Rp 1,93 miliar dengan kapitalisasi pasar USD 2,356 triliun. Volume perdagangan harian berada di USD 20,09 miliar. Pergerakan intraday cukup sempit, antara USD 117.279 hingga USD 118.445, menandakan konsolidasi usai volatilitas tinggi sebelumnya.
Secara teknikal, ada pola double top yang mengintai, dengan area support penting di sekitar USD 117.000 (Rp 1,9 miliar). Jika Bitcoin mampu menembus USD 119.000 dengan volume kuat, maka target kenaikan selanjutnya berada di kisaran USD 121.000 hingga USD 122.500 atau setara Rp 1,97 miliar hingga Rp 2,0 miliar. Namun bila gagal bertahan di atas USD 116.500 (Rp 1,89 miliar), maka ada risiko koreksi ke USD 114.615 bahkan ke USD 111.919 (Rp 1,82 miliar).
Di sisi indikator, pasar terpantau netral. RSI berada di 53, sedangkan indikator lain seperti Stochastic, CCI, dan ADX belum memberikan sinyal kuat. Meski begitu, rata-rata pergerakan jangka panjang (moving average) masih menunjukkan tren naik.
Dengan arah pasar yang belum jelas, semua mata kini tertuju ke pidato Powell. Nada dovish bisa memperpanjang napas Bitcoin, sementara sinyal hawkish dapat memicu koreksi lebih dalam. Investor dan trader disarankan waspada, karena ketenangan saat ini bisa jadi hanya permulaan dari volatilitas besar yang segera datang.