Sabo, JAKARTA – China menegaskan tekadnya untuk memperkuat kemandirian teknologi dan memperluas pasar domestik dalam lima tahun ke depan, di tengah meningkatnya tekanan eksternal dan ketegangan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Dalam komunike resmi hasil sidang empat hari Komite Sentral Partai Komunis China yang dirilis Kamis (23/10/2025), Beijing bertekad memperkuat kemandirian teknologi dan mempertahankan peran penting sektor manufaktur dalam pembangunan industri modern.
Rencana ini muncul menjelang putaran baru perundingan dagang dengan AS, yang kerap menuduh China menggunakan praktik tidak adil untuk menguasai industri manufaktur berteknologi tinggi, termasuk kendaraan listrik, sekaligus mengekspor produk secara berlebihan.
Menurut Duncan Wrigley, Kepala Ekonom China di Pantheon Macroeconomics, strategi tersebut menunjukkan bahwa Beijing tetap mengandalkan ekspor sebagai penopang utama ekonomi.
“Pernyataan itu menegaskan penggandaan model pertumbuhan dengan manufaktur canggih sebagai tulang punggungnya. China akan terus bergantung pada permintaan eksternal untuk menjaga laju pertumbuhan, sementara permintaan domestik kemungkinan tetap lemah,” ujarnya dikutip Bloomberg pada Jumat (24/10/2025).
Meski rincian rencana 5 tahun baru akan diumumkan pada Maret 2026, dokumen tersebut menyoroti pentingnya beberapa sektor seperti semikonduktor, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi transportasi canggih. Pemerintah juga berambisi menjadikan China sebagai kekuatan besar di bidang penerbangan, internet, dan infrastruktur digital.
Selain dorongan di sektor teknologi, pemerintah menegaskan komitmen untuk meningkatkan konsumsi domestik dan memperluas investasi. Langkah ini mencakup upaya menghilangkan hambatan yang menghambat terbentuknya pasar nasional yang terpadu.
Para ekonom menilai peningkatan konsumsi rumah tangga menjadi kunci untuk menyeimbangkan kembali struktur ekonomi China, yang dalam beberapa tahun terakhir makin bergantung pada ekspor.
Data Bloomberg menunjukkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan PDB China pada 2024 mencapai level tertinggi dalam 27 tahun terakhir, sementara kontribusi konsumsi justru menyusut.
Tekanan dari AS dan sekutu-sekutunya semakin mendorong Beijing mempercepat agenda kemandirian teknologi. Sejak pemerintahan Donald Trump meluncurkan gelombang tarif dan pembatasan teknologi pada 2020, upaya Washington untuk melakukan “strategic decoupling” atau pemisahan strategis dari China makin meluas ke sektor semikonduktor, farmasi, hingga energi bersih.
Meski demikian, Beijing tampak berusaha menyeimbangkan antara keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Dalam dokumen terbaru ini, istilah “keamanan” disebut sebanyak 15 kali — turun dibandingkan 22 kali dalam rencana lima tahun sebelumnya. Menariknya, frase “menjadikan pembangunan ekonomi sebagai pusat” kembali dimasukkan setelah sempat dihapus dalam dokumen 2020.
Wakil Direktur Riset China di Gavekal Dragonomics Christopher Beddor mengatakan pergeseran tersebut menunjukkan sinyal bahwa pemerintah mulai memberi bobot lebih besar pada pertumbuhan ekonomi dibandingkan keamanan.
“Pembuat kebijakan masih berusaha mencari keseimbangan antara pembangunan dan keamanan. Namun beberapa bahasa dalam dokumen ini mengindikasikan jarum kebijakan mulai sedikit bergerak ke arah pembangunan.”






