SETIAP potongan cokelat membawa karakter tersendiri, dari rasa manis lembut hingga pahit yang kompleks. Tak hanya menjadi simbol kenikmatan dan kebahagiaan bagi banyak orang di seluruh dunia. Tapi juga menjadi cerminan budaya asalnya.
Baru-baru ini, Krakakoa, merek cokelat asal Indonesia, masuk dalam daftar Top 100 Most Favourite Chocolates versi TasteAtlas, bersanding dengan berbagai nama besar dari Eropa dan Amerika. Prestasi ini tak hanya menandai pengakuan terhadap cita rasa cokelat lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu bersaing di panggung dunia.
Krakakoa urutan sembilan
Didirikan pada 2013 dengan nama Kakoa sebelum berganti menjadi Krakakoa pada Oktober 2016, merek ini terinspirasi dari Pulau Krakatau di Selat Sunda. Sejak awal, Krakakoa berkomitmen untuk menghadirkan cokelat yang tidak hanya lezat, tetapi juga berkelanjutan dan berdampak positif bagi petani lokal, dilansir dari laman SWA.
Platform ensiklopedia kuliner tentang makanan tradisional di seluruh dunia itu menemapatkan varian Cokelat Saludengen Sulawesi 75% Single Origin di urutan ke sembilan. Menurut TasteAtlas varian tersebut menghadirkan profil rasa yang mendalam dan berlapis, dengan aroma cuka balsamic tua, kayu rempah, dan nuansa kayu gelap.
Teksturnya lembut dan hampir seperti sirup, menciptakan sensasi lumer yang menyenangkan dan lembut di lidah. Sedangkan rasanya terdiri dari lapisan-lapisan kompleks molase, kurma, buah kering (anggur), dan roti gandum hitam yang kaya rasa. Diperkaya dengan sedikit cengkeh dan lada hitam. Hasil akhirnya menghadirkan aroma teh hitam dan serbuk kayu cedar yang lebih halus, yang menyeimbangkan warna gelap dan menambahkan sentuhan elegan.
Biji kokoa dari petani
Dikutip dari laman resmi Krakakoa, jenama ini percaya bahwa produk berkualitas tinggi dapat dihasilkan langsung dari tanah Indonesia tanpa harus bergantung pada impor. Selain itu prinsip bahwa kesejahteraan petani harus menjadi prioritas, dan pelestarian lingkungan perlu dijaga seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Seluruh biji kakao Krakakoa berasal dari petani kecil yang menerapkan metode pertanian organik dan berkelanjutan. Para petani ini dibayar lebih tinggi dari harga minimum Fairtrade, sebagai bentuk penghargaan terhadap kualitas dan kerja keras mereka. Dengan pendekatan farm-to-bar, Krakakoa mengelola seluruh proses—dari penanaman, fermentasi, hingga produksi akhir—secara transparan dan beretika.
Krakakoa juga menggandeng organisasi non-pemerintah seperti SwissContact untuk melatih lebih dari seribu petani kakao di Lampung, Sumatera, dan Sulawesi Barat. Program ini mengajarkan teknik pertanian organik, manajemen penyakit tanaman, fermentasi biji kakao, serta pentingnya konservasi lingkungan.
Pada 2017, Krakakoa menjadi produsen cokelat Indonesia pertama yang memenangkan penghargaan di Academy of Chocolate Awards di Inggris, meraih enam medali termasuk Silver Award untuk kemasan edisi terbatas dan beberapa penghargaan untuk kategori Tree to Bar serta Flavoured Milk Chocolate Bar.
Kini, Krakakoa tak hanya menguasai pasar domestik, tetapi juga menembus pasar internasional di Belgia, Singapura, hingga Eropa. Sekitar 20 persen penjualannya berasal dari ekspor, sementara pasar Eropa menjadi target utama karena tingginya kepedulian terhadap keberlanjutan.






