Pedoman Tangerang – Proses seleksi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan 2025 tidak hanya menilai kemampuan akademik calon guru, tetapi juga menguji kepribadian dan kemampuan reflektif melalui penulisan esai.
Tahapan ini menjadi salah satu bagian penting dalam pendaftaran PPG, karena dari esai tersebut pihak penilai dapat melihat bagaimana cara berpikir, kemampuan bekerja sama, serta nilai-nilai profesionalisme yang dimiliki peserta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu persoalan dari sudut pandang pribadi penulis. Artinya, calon guru harus mampu mengungkapkan pandangan dan pengalaman diri secara jujur, lugas, dan tetap relevan dengan konteks pertanyaan yang diajukan.
Cara Menulis Esai PPG Prajabatan 2025 di SIMPKB
Pembuatan esai dilakukan melalui akun Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIMPKB). Di dalam sistem tersebut, peserta akan diminta menjawab beberapa pertanyaan reflektif yang telah disiapkan oleh panitia seleksi.
Setiap pertanyaan memiliki tujuan tertentu, misalnya untuk menggali kemampuan berpikir kritis, kepemimpinan, hingga kerja sama dalam keberagaman.
Salah satu pertanyaan yang cukup menarik dan sering membuat peserta berpikir keras adalah:
“Ceritakan pengalaman saat Anda bekerja sama dengan orang lain yang memiliki beragam perbedaan, seperti budaya, cara pandang, latar belakang, pendidikan, cara berpikir, dan sebagainya. Ceritakan secara spesifik situasinya! Apa tujuan dari kerja sama yang terjadi? Keberagaman seperti apa yang Anda hadapi?”
Pertanyaan ini termasuk dalam Poin D, dengan tema “Bekerja sama dengan orang lain dari berbagai latar belakang merupakan tantangan tersendiri.”
Contoh Jawaban Esai PPG Prajabatan 2025 Poin D
Bagi peserta yang masih bingung merangkai jawaban, berikut contoh referensi esai PPG Prajabatan 2025 Poin D yang dapat digunakan sebagai inspirasi dalam menulis versi pribadi Anda sendiri.
D.1. Ceritakan pengalaman kerja sama dalam keberagaman
Saya pernah terlibat dalam sebuah kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal, yaitu mengajar anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi dan budaya. Tujuan kegiatan ini adalah membantu mereka meningkatkan kemampuan dasar membaca dan menulis.
Dalam tim pengajar, kami berasal dari latar belakang yang beragam—ada mahasiswa pendidikan, karyawan swasta, serta ibu rumah tangga yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan. Perbedaan latar belakang ini menciptakan beragam cara pandang, terutama dalam metode mengajar dan pendekatan terhadap anak-anak.
Beberapa rekan lebih menekankan kedisiplinan, sementara yang lain mengedepankan pendekatan emosional. Saya menyadari bahwa perbedaan ini bisa menjadi sumber gesekan, tetapi juga peluang untuk saling belajar dan menemukan keseimbangan terbaik dalam mencapai tujuan bersama.
Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa kerja sama yang efektif bukan tentang siapa yang paling benar, melainkan bagaimana setiap individu dapat saling melengkapi demi hasil yang lebih baik.
D.2. Langkah-langkah untuk mencapai tujuan kerja sama
Langkah awal yang saya ambil adalah membuka komunikasi yang jujur dan terbuka dengan seluruh anggota tim. Kami mengadakan pertemuan singkat untuk menyamakan tujuan kegiatan, mendengarkan pendapat masing-masing, dan mencari solusi atas perbedaan yang muncul.
Ketika terjadi perbedaan pandangan, saya berusaha menjadi penengah dengan mengingatkan kembali fokus utama kegiatan, yaitu membantu anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan. Setelah itu, kami menyusun jadwal mengajar yang fleksibel sehingga semua anggota dapat berkontribusi sesuai waktu dan kemampuan masing-masing.
Dengan komunikasi yang baik dan rasa saling menghargai, kerja sama berjalan lebih lancar dan tujuan kegiatan dapat tercapai dengan optimal.***






