Free Gift

Daftar Kejadian Longsor di Balikpapan selama 2024-2025,BPBD Ingatkan Alarm Bahaya di Musim Hujan

Sabo, BALIKPAPAN– Kejadian longsor yang menewaskan ibu dan anak di Jalan Batu Butok, Kelurahan Muara Rapak, Kota Balikpapan  Minggu (19/10/2025) kembali mengingatkan potensi bencana yang mengintai di musim hujan.  

Kejadian longsor ini menjadi alarm bagi warga Balikpapan, kota terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Timur agar lebih waspada terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan, selama 2024-2025 sudah ada puluhan kejadian dari pergerakan tanah hingga longsor.

Kejadian longsor harus menjadi kewaspadaan warga mengingat kondisi topografi Balikpapan yang berada di daerah perbukitan.

Bahkan 80 persen wilayah Balikpapan adalah kawasan perbukitan dan tersisa hanya 20 persen yang termasuk dataran rendahh dan pesisir.

Pernyataan ini disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Balikpapan, Bambang Subagyo.

“Jadi, potensi genangan dan banjir di daerah datar memang tidak bisa dihindari. Misalnya di kawasan MT Haryono dan Balikpapan Baru, setiap hujan deras, air sering tergenang karena daerah itu sudah dekat dengan hilir.

Kalau bersamaan dengan air laut pasang, genangan pasti terjadi,” ujar Bambang, Kamis (23/10/2025).

Sementara di sisi lain, wilayah perbukitan justru menghadirkan risiko lain, yakni longsor dan pergerakan tanah.

“Setiap kali hujan deras, hampir selalu ada satu dua laporan pergerakan tanah, terutama di kawasan Perapatan dan Pelandasan Hilir.

Bedanya, longsor di Balikpapan tidak seperti di Pulau Jawa yang bisa melanda satu RT. Biasanya hanya 1–2 rumah,” jelasnya.

BPBD bersama tim pencegahan telah memasang berbagai rambu rawan banjir dan longsor, serta melakukan sosialisasi rutin melalui kelurahan dan relawan tangguh bencana.

Namun, Bambang mengakui jumlah titik rawan yang banyak membuat upaya mitigasi belum menjangkau seluruh wilayah.

“Yang paling rawan itu daerah tengah kota karena padat penduduk dan kontur tanahnya berpasir.

Tapi ada juga yang tanah liatnya labil seperti di Batu Butok. Di sana memang sudah terjadi penurunan tanah selama setahun terakhir,” ungkapnya.

Konstruksi Rumah harus Diperhatikan

Terkait tragedi longsor di Batu Butok yang menewaskan dua orang, Bambang menegaskan penyebab utama bukan murni pergerakan tanah, melainkan konstruksi rumah yang tidak layak.

“Setelah kami periksa langsung menggunakan drone, penyebab utamanya bukan longsor, tapi fondasi rumah dari kayu yang menopang bangunan beton.

Itu sudah kami ingatkan sebelumnya karena berbahaya, tapi pemilik rumah tidak punya pilihan lain,” katanya.

Kondisi diperparah oleh drainase yang buruk dan hujan deras saat kejadian.

“Jadi bukan tanahnya yang bergerak, tapi fondasi yang amblas karena tidak kuat menahan beban bangunan dan air hujan,” tambahnya.

BPBD terus mengimbau agar warga yang tinggal di perbukitan memperhatikan aspek keselamatan konstruksi rumah.

“Kalau memang harus tinggal di perbukitan, pastikan bangunan aman terhadap pergerakan tanah.

Jangan memaksakan diri membangun rumah beton di atas tanah yang labil. Itu bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga tetangga di sekitar,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat segera melapor jika menemukan tanda-tanda retakan tanah atau pergerakan lereng.

“Masyarakat bisa menghubungi call center 112. Kami siap melakukan evakuasi kalau ada potensi ancaman terhadap jiwa,” tegasnya.

Saat ini BPBD Balikpapan memiliki enam unit UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang tersebar di seluruh kecamatan untuk mempercepat respons jika terjadi bencana.

“Harapan kami, masyarakat tidak ragu melapor. Lebih baik siaga lebih awal daripada menyesal belakangan,” kata Bambang.

Potensi Longsor saat Hujan Deras

Data terbaru BPBD Balikpapan yang diperbarui pada 23 Oktober 2025 pukul 12.00 Wita mencatat total 56 kejadian, terdiri atas 6 longsor dan 50 pergerakan tanah.

Meski jumlahnya menurun dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 93 kejadian (18 longsor dan 75 pergerakan tanah), ancaman bencana masih tinggi, terutama di wilayah padat penduduk dengan kontur berbukit.

“Ada penurunan kejadian tahun ini, tapi kewaspadaan tidak boleh turun. Potensi longsor masih ada, terutama saat intensitas hujan meningkat,” ujarnya.

Bambang menyebut Balikpapan Tengah menjadi kawasan paling rawan karena padat bangunan di lereng dan banyak titik dengan drainase buruk.

“Tanah di sana mudah jenuh air, sehingga rawan bergerak ketika hujan deras,” jelasnya.

Sementara di wilayah Balikpapan Kota juga tergolong padat dan banyak berdiri bangunan tua.

“Khusus Telaga Sari dan Prapatan, kondisi tanah campuran pasir dan batu membuatnya rawan bergeser,” tambahnya.

Adapun wilayah Balikpapan Utara mengalami perkembangan permukiman pesat dengan banyak lahan hasil urukan.

BPBD menilai hal tersebut turut berkontribusi terhadap instabilitas tanah. 

Sebaran Kejadian Longsor di Balikpapan Selama 2024-2025

1. Kecamatan Balikpapan Tengah – 20 kejadian (2 longsor, 18 pergerakan tanah)

-Gunung Sari Ilir: 1 longsor, 1 pergerakan tanah

-Gunung Sari Ulu: 2 longsor, 8 pergerakan tanah

-Karang Jati: 3 pergerakan tanah

-Karang Rejo: 2 pergerakan tanah

-Mekar Sari: 1 longsor, 5 pergerakan tanah

-Sumber Rejo: 1 longsor, 4 pergerakan tanah

2. Kecamatan Balikpapan Kota – 22 kejadian (3 longsor, 19 pergerakan tanah)

-Damai: 1 longsor, 4 pergerakan tanah

-Klandasan Ilir: 2 longsor, 3 pergerakan tanah

-Klandasan Ulu: 1 pergerakan tanah

-Prapatan: 1 longsor, 5 pergerakan tanah

-Telaga Sari: 7 pergerakan tanah

3. Kecamatan Balikpapan Utara – 9 kejadian (1 longsor, 8 pergerakan tanah)

-Batu Ampar: 1 pergerakan tanah

-Graha Indah: 1 longsor, 2 pergerakan tanah

-Gunung Samarinda: 2 pergerakan tanah

-Muara Rapak: 1 longsor, 2 pergerakan tanah

4. Kecamatan Balikpapan Selatan – 2 pergerakan tanah

-Damai Baru: 1 pergerakan tanah

-Sepinggan Baru: 1 pergerakan tanah

5. Kecamatan Balikpapan Barat – 2 pergerakan tanah

-Baru Ilir: 1 pergerakan tanah

-Baru Tengah: 1 pergerakan tanah

6. Kecamatan Balikpapan Timur – 1 pergerakan tanah

-Manggar: 1 pergerakan tanah

(Sabo/Dwi Ardianto)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar