Free Gift

Derita PNS Amerika Saat Shutdown, Tak Punya Uang buat Beli Makan

WASHINGTON DC, Sabo – Ratusan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Amerika Serikat terpaksa mengantre bantuan makanan di pinggiran Washington DC, Rabu (22/10/2025), akibat government shutdown atau penghentian kerja pemerintah federal yang memasuki minggu ketiga.

Salah satunya adalah Diane Miller (74), pegawai federal yang telah mengabdi lebih dari 50 tahun di pemerintahan federal dan lokal.

Ia berdiri di tengah area parkir yang dipenuhi antrean panjang, menunggu giliran mendapatkan bahan makanan.

“Bagaimana saya bisa makan?” ujarnya getir, ketika akhirnya menerima dua kotak bantuan, yaitu satu berisi buah dan sayur segar, dan satu lagi berisi kebutuhan pokok yang tahan lama.

“Semuanya sangat saya butuhkan karena saya tidak digaji sepeser pun,” lanjutnya, dikutip dari kantor berita AFP.

Sejak 1 Oktober 2025, lebih dari 600.000 pegawai federal terdampak government shutdown akibat kebuntuan anggaran antara Partai Republik dan Demokrat. Sebagian besar dari mereka dirumahkan tanpa bayaran.

Meski mencoba melontarkan canda, Miller tak bisa menyembunyikan kemarahannya.

“Harus ada makanan di meja, walau itu membuat saya gemuk,” ucapnya sembari tertawa, tetapi matanya berkaca-kaca.

“Saya berhak mengantre dan mendapatkan tunjangan sebanyak yang saya bisa.”

Gaji nol, tagihan jalan terus

Situasi serupa juga dialami Adrian, pakar hukum pajak yang telah bekerja 33 tahun di sektor pelayanan publik. Ia enggan menyebut nama lengkapnya karena khawatir akan mendapat sanksi.

“Kami hampir tidak bisa membayar cicilan rumah, tetapi kami tetap harus bayar tagihan listrik, telepon seluler, semuanya. Ini seperti efek domino,” ungkap Adrian.

Ia menyebut para senator dan anggota kongres tetap menerima gaji di tengah penutupan ini, sedangkan pegawai federal harus bertahan tanpa penghasilan.

“Kalau kami tidak digaji, seharusnya mereka juga tidak,” ujarnya kesal.

Adrian juga mengungkap rasa frustrasinya terhadap kebijakan Presiden Donald Trump, termasuk Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang dilakukan melalui Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) pimpinan Elon Musk dulu.

“Kami hanya menjalankan tugas sebagai bagian dari pemerintahan, tetapi kami justru diposisikan seperti musuh negara,” tambahnya.

Distribusi bantuan makanan yang digelar oleh lembaga amal So What Else di Washington, Rabu (22/10/2025), mencerminkan dampak luas dari penutupan ini.

Dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari 310 kotak bantuan senilai masing-masing 75 dollar AS (Rp 1,2 juta) habis dibagikan.

“Dua minggu lalu mereka masih bergaji tetap dan hidup nyaman. Sekarang, mereka berdiri di antrean bantuan makanan,” kata Dave Silbert, kepala organisasi tersebut.

Amber, seorang ibu dua anak dan pegawai HRD di Angkatan Darat AS, juga merasakan hal yang sama. Ia bahkan terpaksa meminjam 20.000 dollar AS (Rp 332 juta) untuk membeli rumah usai bercerai.

“Sekarang tanpa gaji, saya benar-benar kesulitan. Itu sebabnya saya di sini,” katanya.

Government shutdown yang telah memasuki hari ke-22 ini tercatat sebagai yang terlama kedua dalam sejarah AS.

Di tengah ketidakpastian tersebut, banyak pegawai harus menatap musim dingin dan liburan akhir tahun dengan rasa waswas.

“Bagaimana perasaan orang-orang? Mereka sedang berjuang,” kata Diane Miller. “Dan ini bukan hanya satu kelompok, tapi semua orang.”

Miller, perempuan kulit hitam yang juga dikenal sebagai aktivis hak-hak sipil, menyampaikan kritik keras terhadap pemerintahan saat ini.

“Tidak ada satu pun dari kami yang pantas diperlakukan seperti ini. Tapi lihatlah, mereka sedang merenovasi Gedung Putih dengan anggaran 250 juta dollar AS (Rp 4,15 triliun), sedangkan kami tidak bisa makan,” ujarnya.

“Kita seharusnya menjadi negara yang membanggakan, tetapi api hari ini, saya sedih menjadi orang Amerika,” kata Miller.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar