Free Gift

Di Hari Santri, Ponpes di Bekasi Malah Digusur Satpol PP

PR BEKASI – Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bekasi menertibkan bangunan liar di sempadan sungai di Cikarang Utara tidak hanya berdampak pada rumah tinggal. Sebuah pondok pesantren turut dibongkar, bangunannya kini tersisa setengah.

Ironisnya pembongkaran ini terjadi pada Senin 20 Oktober 2025 atau dua hari sebelum peringatan Hari Santri 2025.

Ponpes itu bernama Al-Hudri Walibarah, berada di Kampung Kaliulu, Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara. Lokasinya hanya berjarak sekitar dua kilometer dari kediaman mantan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja (almarhum) sekaligus kakak dari wakil bupati saat ini, Asep Surya Atmaja.

Al-Hudri didirikan pada tahun 2000 silam. Memanfaatkan tanah pengairan untuk membantu anak-anak dari warga sekitar untuk belajar agama. Meski begitu Al-Hudri bukanlah ponpes berskala besar. Hanya ada puluhan santriwan dan santriwati yang tinggal di pondok.

Namun, puluhan santri itu terpaksa tinggal dalam situasi “darurat” lantaran kediamannya kini hanya tersisa setengah. Dua bangunan asrama serta tiga ruang kelas telah dirobohkan, sedangkan gedung pengganti belum dibangun.

Baik pengasuh maupun para santri hanya bisa pasrah kala melihat pondoknya dibongkar oleh tim gabungan yang dikomandoi personel Satpol PP.

“Kami hanya bersikap ikhlas, menanggapinya sebagai takdir,” kata Insan Kamil, pengasuh pondok.

Pondok Al-Hudri Walibarah dibongkar bersamaan dengan 515 bangunan liar yang didirikan di sempadan sungai di tiga desa di Cikarang Utara, Senin (20/10/2025).

Berbeda dengan warga yang sempat bersitegang hingga terlibat kontak fisik saat penertiban, pengasuh dan para santri justru lebih tenang. Alih-alih menolak pembongkaran, mereka justru ikut membantu merobohkan. Alasannya agar tidak semua material hancur, sehingga bisa digunakan kembali.

Pada saat pembongkaran, para pengasuh terpaksa meniadakan kegiatan belajar mengajar. Para santri diminta ikut membantu memindahkan barang-barang. Peralatan belajar disimpan di ruang kelas yang masih tersisa, sedangkan peralatan tidur ditata di masjid. Kelak masjid ini jadi tempat tinggal sementara bagi para santriwan.

Insan mengaku, sempat ada santri yang bertanya ke mana mereka akan pindah setelah pesantren dibongkar.

“Ya saya bilang tetap di sini. Kita kasih pemahaman kepada para santri untuk menghadapi ini semua dengan ikhlas. Jadi sementara yang ikhwan tidur di masjid. Kalau yang akhwat masih di kamar masing-masing karena cuma ruang belajarnya aja yang kena,” ucapnya.

Meski berdiri di tanah pengairan, bangunan lain ponpes berada di lokasi aman. Lebih jauh, pihak ponpes pun telah membeli tanah kavling yang rencananya dibangun sebagai pondok pengganti. Namun belum dibangun sama sekali.

“Nanti kami rapihin dikit-dikit, insya Allah kami naikin dua lantai, mudah-mudahan ada rezekinya. (Kompensasi pembongkaran) ada dari Allah,” ucapnya.

Sementara itu, ratusan warga sempat mendatangi kediaman Wakil Bupati Asep Surya Atmaja untuk memertanyakan nasib mereka pasca pembongkaran. Mereka mendesak pemerintah memberikan solusi.

Dari hasil diskusi, Asep menyetujui warga untuk menggunakan showroom mobil miliknya sebagai tempat tinggal sementara. Namun demikian, dirinya mendorong masyarakat untuk memanfaatkan berbagai program untuk mendapatkan tempat tinggal baru.

“Pada prinsipnya silakan gunakan showroom saya, saya kira cukup untuk 100-200 orang. Namun masyarakat juga memahami kondisi kediamannya yang memang tidak sesuai aturan. Maka saya pikir tinggal bagaimana memanfaatkan program yang ada, kan banyak rumah tanpa DP yang bisa dimanfaatkan. Karena ada juga yang mampu, memiliki mobil dan sudah kerja. Bagaimana pun tinggal di rumah sendiri di tanah milik sendiri jauh lebih nyaman, hati pun tenang,” ucap dia.***

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar