Free Gift

Dramatis! Beli Sawah dari Emas: Kisah Gigih Suwarto, Petani di Bengkulu Untung 400% Lebih Secara Halal

AA1OQPi9

PIKIRAN RAKYAT BENGKULU – Investasi emas sebagai safe haven, terus terbukti fakta-faktanya. Cerita inspiratif ini datang dari seorang petani di Bengkulu, Suwarto, namanya.

Kepada Pikiran Rakyat Bengkulu, Suwarto yang sudah mempunyai cucu dan cicit belasan orang ini, mengungkapkan bagaimana dia menabung emas dengan kesabaran dalam fase waktu yang tak singkat.

Kala ia masih sebagai Suwarto muda, dalam perjalanan mencari jati diri dalam spiritual dengan menjadi seorang pebisnis di kawasan Kota Pagar Alam di Provinsi Sumatera Selatan, lalu bangkrut. Tak patah arang, banting stir ke Bengkulu menjadi kuli angkut hingga kerja serabutan.

“Waktu itu saya cuma niat nabung aja. Gak mikir banyak. Intinya nabung. Dan logika saya berpikir, nabung emas lebih awet, ketimbang duit. Mudah habisnya,” ujar Suwarto, antusias menceritakan perjalanan hidup sejak muda hingga kini patut menjadi sosok inspiratif.

Antusias dia mencerita, sorot matanya pun seakan membawanya pada dimensi waktu lampau dengan keping-keping perjalanan hidup yang sarat tantangan, namun tak putus asa, terus berjalan meski perlahan. Setidaknya, tak cuma berdiam.

Sesekali dia mengungkap, perjalanan hidupnya tak sekadar meniti waktu menunggu ajal menjemput. Bagi Suwarto, perjalanan hidupnya penuh dinamika, warna, corak hingga mengantarkannya pada sebuah keteguhan spiritual yang akan dipegang teguhnya hingga mati.

Kembali ke soal emas, Suwarto yang kini tinggal di Desa Sumber Rejo Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu dalam keluarga besar dari anak hingga cicit yang kini jumlahnya puluhan orang total, menegaskan emas adalah investasi yang tak pernah ingkar janji.

“Dulu, dulu sekali saya beli emas kan nyicil. segram (1 gram), simpen. Kalo ada rejeki lagi, beli lagi. Simpen lagi. Terus begitu. Konsisten. Tapi jangan ngoyo,” ceritanya.

Ikhtiar hidup yang sedikit berprogres, lebih baik, aktivitas Suwarto muda kala itu tak lagi mengangkut hasil hutan dengan tumpuan 2 kaki.

Dia sudah mulai mampu, membeli tunggangan besi, merek Yamaha: RX Special. Bekas. Bekal motivasi kuat, Suwarto tanpa ragu menggarap “kawan” barunya itu menjadi tunggangan kerja menjujug perkebunan pada topologi pegunungan yang pastinya sangat menantang.

Fase perjuangan, praktis hanya perjalanan membopong hasil kebun dengan roda-roda gila tunggangan motor Yamaha miliknya menjadi saksi perjalanan hidup. Konsisten menabung emas, pun tak disurutkan.

Puluhan tahun kelak, Suwarto tak menyangka, bakal sumringah pada usianya yang senjakala. Pada hari tua yang masih dapat meninggalkan jejak peradaban perjuangan hidup, baik kepada keturunannya.

“Saya aja kaget, pas jual. Karena kepepet, ada orang mau jual sawah di depan rumah anak saya. Saat itu, sudah deal harganya. Duit kurang. Jual emas. Masya Allah, dari beli dulunya 400 ribu. Kok laku 2 juta. Tapi inilah berkah Tuhan,” ungkapnya.

Dengan apa yang dialaminya, Suwarto tanpa ragu menyerukan kalangan muda untuk berinvestasi emas, di saat energi sedang tinggi-tingginya, tenaga sedang kuat-kuatnya dan pemikiran sedang luas-luasnya.

“Menabunglah emas nak,” wejangnya, sembari memegang pundak wartawan, saat berbincang dengan Pikiran Rakyat Bengkulu.

Melompat dari Rp 400 Ribu ke Rp 2 Juta: Analisis Aset “Safe Haven”

Lonjakan harga fantastis yang dialami Suwarto, dari kisaran Rp 400 ribu menjadi Rp 2 juta per gram saat ia menjualnya, bukanlah semata keberuntungan pribadi.

Ini adalah cerminan paling nyata dari sifat intrinsik emas sebagai aset ‘safe haven’ yang andal dalam jangka panjang, mampu melampaui gejolak inflasi dan krisis ekonomi.

Data Historis dan Konteks Kenaikan: Merujuk pada data historis, harga emas batangan di Indonesia memang sempat berada di kisaran Rp 400.000-an per gram di awal tahun 2010-an.

Nilai ini melesat tajam, terdorong oleh serangkaian peristiwa global: krisis utang Eropa, taper tantrum Bank Sentral AS, pandemi Covid-19, hingga konflik geopolitik.

Kisah Suwarto membuktikan bahwa menyimpan emas fisik selama lebih dari satu dekade merupakan strategi yang berhasil menjaga dan melipatgandakan daya beli, yang puncaknya memungkinkan ia membeli aset produktif berupa sawah.

Pergerakan Harga Emas Terkini

Per 21 Oktober 2025, pukul 08:12:32 WIB, Antam menetapkan harga buyback terbaru.

Harga buyback (atau harga jual kembali) merupakan indikator krusial dalam investasi emas karena mencerminkan nilai yang akan diterima investor ketika menjual emasnya ke Antam. Kenaikan dramatis sebesar Rp 72.000 per gram ini menggarisbawahi beberapa faktor:

  1. Penguatan Harga Emas Global (XAU/USD): Kenaikan harga beli kembali sering kali berkorelasi langsung dengan lonjakan harga emas dunia (dalam Dolar AS), didorong oleh peningkatan permintaan aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik atau kekhawatiran resesi global.

  2. Efek Pelemahan Rupiah: Meskipun harga emas global mungkin hanya naik moderat, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dapat memperbesar nilai emas saat dikonversi ke mata uang domestik, yang pada akhirnya mendorong harga buyback naik tajam.

  3. Sinyal Bullish: Kenaikan buyback yang signifikan memberikan sinyal bullish (tren naik) yang kuat bagi investor. Investor yang membeli emas beberapa waktu lalu dengan harga lebih rendah dapat langsung menikmati margin keuntungan yang substansial jika memutuskan untuk menjualnya hari ini.

Strategi Investor: Jual atau Tahan?

Dengan harga buyback yang melonjak hingga Rp 2.336.000 per gram, investor berada di persimpangan jalan:

  • Peluang Taking Profit: Bagi investor yang berorientasi jangka pendek dan telah mencapai target keuntungan (misalnya, yang membeli emas Antam 1 gram dengan harga di bawah Rp 2.264.000), ini adalah momen ideal untuk merealisasikan keuntungan (taking profit) sebagian dari portofolio.

  • Strategi Tahan (Jangka Panjang): Bagi investor yang memegang teguh prinsip jangka panjang, kenaikan ini dapat dipandang sebagai konfirmasi bahwa emas masih merupakan aset yang kredibel untuk melindungi kekayaan dari inflasi. Mereka mungkin memilih untuk menahan emas, mengantisipasi kenaikan harga lebih lanjut, terutama jika faktor pendorong global masih bertahan.

Para analis pasar memprediksi dorongan inflasi yang persisten dan potensi pelonggaran kebijakan moneter global, akan menjadi katalis utama yang mendorong harga emas untuk kembali menguji batas atasnya di masa mendatang.

Kisah Suwarto memberikan pelajaran berharga, bahwa nilai intrinsik emas tidak hanya diukur dari kenaikan harian yang sesaat, melainkan dari kemampuannya menjaga dan melipatgandakan daya beli dalam kurun waktu puluhan tahun. Investasi emas adalah investasi kesabaran. (BERSAMBUNG)

DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informatif dan naratif berdasarkan testimoni narasumber. Pergerakan harga emas dapat berubah sewaktu-waktu dan dipengaruhi oleh faktor pasar global dan domestik. Keputusan investasi emas sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Selalu lakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.***

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar