Sabo.CO.ID – JAKARTA. Kinerja pendapatan marketing sales atau prapenjualan emiten properti diproyeksi bakal menemui sejumlah tantangan di semester II 2025. Namun, bukan berarti emiten properti tak memiliki harapan untuk memperbaiki kinerja.
Sejumlah emiten properti telah melaporkan raihan marketing sales per semester I, meskipun belum seluruhnya merilis laporan kinerja di periode ini.
Beberapa emiten mengalami peningkatan. Misalnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mengantongi marketing sales Rp 5,08 triliun per semester I 2025, naik 5% secara tahunan alias year on year (YoY). Ini memenuhi 51% dari target marketing sales BSDE di tahun 2025 yang sebesar Rp 10 triliun.
“Hal ini mencerminkan daya serap pasar yang tetap terjaga di tengah dinamika sektor properti nasional,” ujar Hermawan Wijaya, Direktur BSDE, dalam keterangan resmi tanggal 24 Juli 2025.
Di posisi kedua, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) meraih marketing sales sebesar Rp 4,2 triliun, setara dengan 38% dari target tahun 2025 yang sebesar Rp 11 triliun.
Lalu, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan marketing sales Rp 881,5 miliar per semester I 2025, naik sekitar 10,5% dibandingkan periode sama tahun 2024 sebesar Rp796,3 miliar.
Penjualan sejumlah proyek properti seperti Podomoro Park Bandung, Bukit Podomoro Jakarta, Podomoro Golf View dan Podomoro City Deli Medan menjadi penopang utama marketing sales Perusahaan pada periode ini.
Corporate Secretary APLN Justini Omas menjelaskan, keberhasilan perusahaan dalam mendorong pertumbuhan penjualan properti didorong oleh usaha manajemen dalam mengoptimalkan kebutuhan pasar di berbagai wilayah.
“Kami terus mendorong penjualan properti di berbagai wilayah seperti Bandung dan Medan yang ekonominya tumbuh positif. Masih tingginya kebutuhan properti di beberapa daerah itu akan terus dioptimalkan oleh APLN dengan merilis produk-produk baru,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (31/7).
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan marketing sales Rp 2,2 triliun per akhir Juni 2025, naik dari Rp 1,7 triliun di periode sama tahun lalu. Realisasinya ini sekitar 44% dari target Rp 5 triliun sepanjang tahun 2025. Kontributor terbesar Serpong, diikuti Bandung dan Crown Gading.
Di sisi lain, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencatatkan marketing sales Rp 1,2 triliun pada paruh pertama 2025. Raihan itu turun dari marketing sales per semester I-2024 yang sebesar Rp 3,3 triliun per semester I 2024.
Presiden Direktur PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk, Sugianto Kusuma alias Aguan, mengatakan, tren pembelian properti sepanjang semester I 2025 memperlihatkan pola yang lebih selektif dibandingkan tahun sebelumnya.
Dibandingkan semester pertama 2024, capaian pra-penjualan tahun ini mencerminkan penyesuaian yang wajar seiring dinamika pasar.
“Hal ini lebih disebabkan sikap hati-hati sebagian konsumen yang tengah menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembelian properti,” katanya dalam keterbukaan informasi tanggal 8 Agustus 2025.
Emiten Grup Aguan lainnya, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) juga baru mencatatkan marketing sales sebesar Rp 294 miliar di semester I-2025. Angka tersebut mewakili 15% dari target tahunan CBDK yang sebesar Rp 2 triliun.
Target marketing sales CBDK itu turun tipis dari raihan marketing sales perseroan di tahun 2024, yaitu Rp 2,1 triliun.
Presiden Direktur CBDK Steven Kusumo mengatakan, pihaknya menyadari bahwa kondisi pasar saat ini cenderung lebih selektif.
“Sehingga, perseroan terus berkomitmen untuk menghadirkan produk berkualitas yang selaras dengan kebutuhan pelanggan dan perkembangan kawasan PIK2,” ujarnya dalam keterbukaan informasi tanggal 8 Agustus 2025.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) merealisasikan marketing sales sebesar Rp 603 miliar hingga Juni 2025, turun 22% YoY dari Rp 771 miliar. Marketing sales PWON ini setara 34% dari target marketing sales 2025 yang sebesar Rp 1,8 triliun.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mencermati, raihan marketing sales emiten properti tak cukup menggembirakan di paruh pertama 2025. Ini lantaran masih rendahnya permintaan akan properti, khususnya untuk aset hunian.
“Suku bunga yang masih tinggi di semester I membuat permintaannya lesu. Apalagi, terjadi tren penurunan konsumsi kelas menengah,” ujarnya kepada Sabo, Senin (18/8/2025).
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata mengatakan, BSDE menjadi jawara dalam hal raihan marketing sales segmen hunian di paruh pertama 2025.
Sementara, CTRA ada di posisi kedua. Meskipun masih ada momentum positif untuk meningkatkan kinerja di semester II nanti, tapi beban kejar target CTRA cukup besar.
“PANI juga perlu akselerasi besar di semester II 2025,” ujarnya kepada Sabo, Jumat (15/8).
Prospek dan Rekomendasi Saham
Liza melihat, ada sejumlah sentimen positif yang akan mendorong raihan marketing sales emiten properti di semester II 2025.
Pertama, pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 5,25% pada bulan Juli dan sinyal masih adanya ruang pelonggaran hingga akhir tahun 2025.
“Ini bisa meringankan KPR dan meningkatkan pembelian,” ungkapnya.
Kedua, diperpanjangnya insentif PPN DTP 100% untuk rumah di bawah Rp 2 miliar hingga Desember 2025. Insentif ini bisa mendorong penjualan rumah, terutama untuk hunian tapak yang bisa serah terima cepat.
Meskipun begitu, kinerja emiten properti bukannya tanpa tantangan. Ini lantaran daya beli rumah tangga masih rapuh.
“BI sendiri mencatat kenaikan harga residensial dan penjualannya yang baru pulih tipis,” katanya.
Sehingga, beberapa emiten pun butuh mengakselerasi penjualan di semester II agar bisa memenuhi target marketing sales tahunan mereka.
Misalnya, CTRA perlu mengejar penjualan sekitar Rp 6,8 triliun, PANI Rp4,1 triliun, dan PWON Rp1,2 triliun untuk capai target marketing sales 2025.
“Ini meningkatkan risiko eksekusi jika peluncuran produk tertunda,” ungkapnya. Liza pun belum memberikan rekomendasi untuk emiten properti.
Sementara, Nafan bilang, emiten properti masih punya sejumlah katalis positif di paruh kedua tahun 2025. Misalnya, stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diharapkan bisa ditopang oleh penguatan konsumsi domestik.
Lalu, potensi penurunan suku bunga BI yang bisa sampai dua kali lagi hingga akhir tahun 2025, serta perpanjangan PPN DTP hingga Desember.
“Seharusnya, tren bisa meningkat untuk realisasi target marketing sales,” paparnya.
Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk CBDK dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 8.750 per saham dan Rp 1.420 per saham.
Sedangkan, rekomendasi add diberikan Nafan untuk PANI dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 17.300 per saham dan Rp 474 per saham.