Free Gift

Frasa Umum yang Merusak Banyak Pernikahan di Masa Depan Menurut Pakar Hubungan: Mengapa ‘Menetap’ Bisa Membawa Energi Negatif

Sabo-Pernikahan sering disebut sebagai perjalanan panjang yang penuh tantangan. Meskipun cinta bisa menjadi fondasi yang kuat, realitas hidup sehari-hari sering kali menguji ketahanan pasangan. Permasalahan finansial, komunikasi, perbedaan visi, hingga ekspektasi yang tidak sejalan bisa membuat hubungan terguncang.

Namun, menurut sejumlah pakar hubungan, yang paling berbahaya bukanlah masalah sehari-hari itu sendiri, melainkan rasa dendam yang menumpuk akibat hal-hal kecil yang tidak terselesaikan.

Salah satu penyebab munculnya perasaan negatif ini ternyata berawal dari frasa sederhana yang kerap kita dengar dan gunakan: “menetap”.

Dilansir dari laman Your Tango, kata ini sekilas terdengar biasa saja, bahkan dalam konteks budaya sering diartikan sebagai pencapaian—menikah, punya rumah, dan membangun keluarga.

Tetapi, menurut pakar hubungan Case Kenny, penulis The Opposite of Settling, kata ini menyimpan energi negatif yang bisa mematikan gairah cinta dan menghancurkan pernikahan dalam jangka panjang.

Secara harfiah, menetap berarti berhenti mencari dan menerima sesuatu yang ada. Dalam konteks hubungan, menetap sering dimaknai sebagai memilih pasangan, menikah, lalu hidup bersama hingga tua.

Kedengarannya positif, bukan? Namun, jika ditelisik lebih dalam, istilah ini sering membawa makna bahwa seseorang “turun standar” atau “menerima lebih sedikit dari yang sebenarnya pantas ia dapatkan”.

Kenny menegaskan bahwa ketika seseorang merasa “menetap”, mereka cenderung:

  • Menerima hubungan bukan karena cinta yang autentik, melainkan karena tekanan sosial atau usia.

  • Merasa terkekang oleh ekspektasi masyarakat, keluarga, atau pasangan.

  • Menjalani pernikahan dengan energi rendah karena percaya inilah yang terbaik yang bisa mereka dapatkan.

Dengan kata lain, menetap bukan sekadar soal komitmen, tetapi bisa menjadi simbol menyerah pada potensi diri dan cinta sejati.

Mengapa Frasa ‘Menetap’ Bisa Berbahaya?

  1. Membawa Energi Negatif ke Dalam Hubungan

    Kata-kata menciptakan realitas. Jika seseorang memandang pernikahan sebagai “penetapan”, secara tidak sadar mereka menanamkan perasaan bahwa hubungan adalah sesuatu yang membatasi, bukan membebaskan.

  2. Menimbulkan Rasa Dendam

    Seperti yang dijelaskan oleh Institut Gottman, dendam adalah racun dalam hubungan. Ketika seseorang merasa terkekang, entah dalam hal kebebasan, finansial, atau gaya hidup, mereka mulai mengembangkan kebencian kecil yang perlahan menumpuk.

  3. Mengurangi Standar Hubungan

    Menetap sering dikaitkan dengan menurunkan standar. Ini berbahaya karena pasangan yang masuk ke pernikahan dengan ekspektasi rendah cenderung tidak berusaha lagi membangun hubungan yang lebih baik.

  4. Mengaburkan Keaslian Diri

    Dalam banyak kasus, orang yang merasa menetap cenderung berpura-pura atau menyesuaikan diri dengan apa yang pasangan inginkan. Akibatnya, hubungan dibangun bukan atas dasar keaslian, melainkan kompromi berlebihan yang tidak sehat.

Menetap vs. Bertumbuh Bersama: Perbedaan Besar dalam Hubungan

Ada perbedaan besar antara “menetap” dan “bertumbuh bersama”.

  • Menetap berarti berhenti berusaha, menerima keadaan apa adanya meskipun tidak bahagia, dan menurunkan standar pribadi.

  • Bertumbuh bersama berarti membangun cinta dengan pasangan yang mendukung keaslian diri, saling mendorong untuk berkembang, dan menciptakan energi positif dalam perjalanan hidup bersama.

Pasangan yang memilih bertumbuh bersama justru tidak merasa terkekang. Mereka merasa bebas menjadi diri sendiri sambil tetap memiliki komitmen yang kuat.

Bagaimana cara mengenali apakah Anda sedang benar-benar mencintai pasangan atau sekadar menetap karena keadaan? Berikut beberapa tanda:

  1. Anda sering berpikir, “Ya sudah, ini saja cukup.”

  2. Anda merasa lebih lega karena “sudah punya pasangan” ketimbang benar-benar bahagia bersamanya.

  3. Anda mengabaikan red flag atau perilaku yang tidak sehat karena takut tidak menemukan yang lebih baik.

  4. Anda merasa terjebak dalam rutinitas tanpa gairah.

  5. Anda berhenti memikirkan impian pribadi karena khawatir itu akan mengganggu pasangan.

Jika beberapa tanda di atas terasa familiar, mungkin saatnya untuk mengevaluasi kembali hubungan Anda.

Efek dari sikap menetap tidak selalu terlihat di awal pernikahan. Namun, seiring waktu, energi negatif ini bisa memunculkan masalah serius, seperti:

  • Pertengkaran yang berulang tanpa solusi.

  • Kehilangan keintiman dan gairah.

  • Perasaan terjebak dalam hubungan.

  • Perselingkuhan sebagai bentuk pelarian.

  • Perceraian karena rasa dendam yang sudah terlalu dalam.

Menurut para terapis pasangan, banyak perceraian bukan disebabkan oleh masalah besar yang tiba-tiba muncul, melainkan dari akumulasi kekecewaan kecil yang tidak pernah dibicarakan.

Untungnya, ada cara untuk menghindari jebakan menetap. Case Kenny dan para pakar hubungan merekomendasikan langkah-langkah berikut:

  1. Fokus pada Keaslian Diri

    Jangan mencoba menjadi versi diri yang Anda kira pasangan inginkan. Tampilkan diri yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan impian Anda.

  2. Bangun Hubungan Berdasarkan Nilai, Bukan Tekanan Sosial

    Jangan menikah hanya karena “sudah waktunya” atau “semua teman sudah menikah”. Pastikan Anda benar-benar ingin hidup bersama orang tersebut.

  3. Komunikasi Terbuka

    Bicarakan hal-hal yang membuat Anda merasa terkekang, entah soal waktu pribadi, finansial, atau perbedaan tujuan hidup.

  4. Kenali Batasan Diri

    Jika Anda merasa pasangan berusaha mengubah siapa diri Anda, evaluasi kembali hubungan itu. Hubungan yang sehat mendukung pertumbuhan, bukan membatasi.

  5. Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan

    Konseling pasangan bukan tanda kelemahan, melainkan bukti komitmen untuk memperbaiki hubungan.

Latihan Reflektif untuk Menghindari ‘Menetap’

  • Journaling: Tulis apa yang membuat Anda bahagia dalam hubungan dan apa yang membuat Anda merasa terbatas.

  • Meditasi: Luangkan waktu untuk mendengarkan suara hati Anda tanpa gangguan.

  • Percakapan Hati ke Hati: Jangan takut membuka diri kepada pasangan tentang ketakutan dan harapan Anda.

  • Evaluasi Berkala: Setiap beberapa bulan, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah hubungan ini membuatku berkembang atau justru membatasi?”

Frasa sederhana seperti “menetap” bisa tampak tidak berbahaya, tetapi kenyataannya dapat membawa energi negatif yang menghancurkan hubungan. Pernikahan seharusnya bukan tentang menurunkan standar atau merasa terjebak, melainkan tentang bertumbuh bersama seseorang yang membuat Anda semakin dekat pada versi terbaik diri Anda.

Jika Anda merasa hubungan berjalan di jalur “penetapan”, jangan panik. Gunakan kesempatan ini untuk mengevaluasi kembali, membuka komunikasi, dan menciptakan ruang bagi keaslian. Dengan begitu, Anda tidak hanya akan terhindar dari rasa dendam, tetapi juga bisa membangun cinta yang sehat, penuh gairah, dan bertahan lama.

Want a free donation?

Click Here

Tinggalkan komentar