GAZA pertama kalinya dinyatakan mengalami kelaparan. Dalam siaran pers bersama, empat badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni FAO, UNICEF, WFP, dan WHO menyatakan, lebih dari setengah juta orang di Gaza terjebak dalam kondisi kelaparan, suatu kondisi yang ditandai kelaparan massal, penderitaan, dan kematian yang dapat dicegah.
Analisis terbaru Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menunjukkan, kondisi kelaparan tidak hanya terjadi di Gaza tetapi diproyeksikan akan meluas ke Deir Al-Balah dan Khan Younis dalam beberapa minggu mendatang. Dilansir dari laman resmi World Food Programme, berdasarkan data, lebih dari 640 ribu orang diperkirakan menghadapi tingkat kelaparan paling ekstrem (IPC Fase 5) pada akhir September 2025.
Kondisi ini diperburuk oleh runtuhnya sistem kesehatan, hancurnya lahan pertanian, hingga keterbatasan air bersih. Lebih dari 98 persen lahan pertanian rusak atau tak bisa diakses, sementara harga pangan melonjak tajam dan bahan bakar nyaris tidak tersedia. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan dalam krisis ini. Pada Juli 2025, lebih dari 12 ribu anak teridentifikasi menderita gizi buruk akut, angka tertinggi yang pernah tercatat di Gaza.
Dilansir dari laman resmi United Nations, istilah kelaparan dalam kerangka PBB sesuai standar IPC, suatu wilayah dinyatakan mengalami kelaparan bila tiga ambang batas kritis terpenuhi:
- 20 persen populasi menghadapi kelaparan ekstrem dan kekurangan pangan akut.
- 30 persen anak-anak mengalami kondisi wasting atau terlalu kurus untuk tinggi badan mereka.
- Tingkat kematian meningkat tajam, melebihi dua kematian per 10 ribu orang dewasa per hari, atau lebih dari empat kematian per 10 ribu anak per hari.
Sistem Integrated Food Security Phase Classification (IPC) dikembangkan sejak 2004 untuk memberikan standar global dalam menganalisis kerawanan pangan. IPC mengumpulkan data dengan cara mengolah informasi dari berbagai lembaga kemanusiaan di lapangan mulai dari tingkat konsumsi pangan, angka malnutrisi, hingga tingkat kematian.
Data tersebut kemudian dianalisis oleh para ahli untuk mengklasifikasikan wilayah ke dalam lima fase:
- Fase 1: Minim atau tidak ada tekanan pangan
- Fase 2: Stres pangan
- Fase 3: Krisis pangan
- Fase 4: Darurat pangan
- Fase 5: Bencana/kelaparan
Dalam kasus Gaza, IPC Famine Review Committee (komite ahli internasional yang meninjau data) menyatakan, bukti yang tersedia cukup untuk menyatakan kelaparan telah terjadi.
Konflik berkepanjangan menjadi penyebab utama. Serangan militer, blokade ketat, serta terbatasnya akses bantuan membuat masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Akses ke pangan, air, bahan bakar, hingga layanan kesehatan terhenti hampir total.
WHO mengingatkan, malnutrisi membuat penyakit yang seharusnya ringan seperti diare atau infeksi saluran pernapasan bisa berakibat fatal. Rumah sakit pun tak lagi mampu menampung pasien karena kekurangan tenaga, peralatan, dan obat-obatan.
FAO menyebutkan orang-orang di Gaza telah kehabisan cara untuk bertahan hidup dimana kelaparan dan malnutrisi merenggut nyawa mereka setiap hari. UNICEF juga menambahkan bahwa tanda-tanda kelaparan pada anak terlihat jelas, yakni tubuh kurus kering, bayi meninggal karena kekurangan gizi, dan orang tua yang tidak lagi punya apa pun untuk diberikan pada anak mereka.
Keempat badan PBB menegaskan, gencatan senjata segera adalah syarat mutlak untuk menghentikan bencana ini. Tanpa penghentian serangan dan dibukanya akses penuh bagi bantuan kemanusiaan, kelaparan akan meluas dan korban jiwa terus bertambah.