Warta Bulukumba — Langit musim gugur Amerika Serikat sore itu memantulkan warna jingga di antara gedung-gedung tua. Di jalan-jalan New York, Los Angeles, dan Washington D.C., jutaan manusia berpawai dan melakukan aksi protes besar-besaran dengan satu suara: “No Kings!”
Dari barat hingga timur, Amerika Serikat berguncang oleh gelombang protes yang menolak gaya kepemimpinan Donald Trump yang dinilai semakin otoriter.
Menurut laporan The Guardian, aksi besar bertajuk No Kings mengguncang 50 negara bagian akhir pekan lalu. Lebih dari 7 juta orang turun ke jalan untuk menyuarakan kekhawatiran bahwa demokrasi Amerika sedang berada di ujung tanduk.
Dari jalanan ke layar Hollywood
Aksi No Kings bukan sekadar protes politik. Ia menjelma menjadi panggung rakyat dan Hollywood ikut bicara.
Aktris pemenang Oscar Jamie Lee Curtis menjadi salah satu suara lantang. Lewat akun Instagram pribadinya, ia mengunggah foto-foto demonstran yang membawa poster tentang demokrasi.
“Gak peduli apakah ini jumlah massa terbanyak yang pernah ikut protes, yang penting kita muncul, berdiri, mengatakan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Sekarang kita kerja keras. Kita punya waktu satu tahun untuk mengirimkan pesan yang nyata di kotak suara yaitu suara Amerika,” tulis pemeran saga film Halloween itu.
Dari New York, aktor Mark Ruffalo ikut turun ke jalan, menyerukan semangat Avengers di tengah massa. Aktor yang belakangan aktif menyuarakan kebebasan Palestina dan menuduh Israel melakukan genosida di Gaza itu bahkan menyebut peserta aksi sebagai “Avengers yang sesungguhnya.”
Robert De Niro ikut bersuara lantang
Sementara itu, Robert De Niro dalam wawancara dengan The Guardian menyebut Donald Trump sebagai “king wannabe”. Ia mengingatkan publik akan sejarah panjang demokrasi Amerika yang dibangun dari perlawanan terhadap monarki.
“Protes No Kings yang asli terjadi 250 tahun yang lalu. Rakyat Amerika memutuskan bahwa mereka tidak ingin hidup di bawah kekuasaan Raja George III, mereka mendeklarasikan kemerdekaan dan berjuang dalam perang berdarah demi demokrasi. Kita telah menjalani demokrasi selama dua setengah abad sejak saat itu. Seringkali menantang, terkadang berantakan, namun selalu penting,” ujarnya.
“Sekarang kita memiliki calon raja yang ingin merebutnya: Raja Donald yang Pertama. Persetan. Kita bangkit lagi, kali ini, tanpa kekerasan menyuarakan deklarasi: No Kings,” kata Robert De Niro dalam video TikTok yang beredar.
Gelombang humor dan sindiran
Dari layar televisi, Jimmy Kimmel, pembawa acara talk show malam yang sering mengkritik Trump, menambahkan bumbu satire di akun Instagram-nya. Ia mengunggah gambar berisi deretan julukan yang digunakan massa untuk mengejek Trump: Commander-in-Thief, Greedy McGolfy, Mar-a-Lardo, Orange Julius Caesar, and Uncle Scam.
“Saat Anda membuat poster #NoKings, ingatlah… Donald Trump SANGAT SUKA julukan yang bagus,” tulis Kimmel dalam unggahannya itu.
Sementara itu, John Cusack, dikutip dari News 4 San Antonio, mengikuti aksi No Kings di Chicago.
“Semuanya menyedihkan. Melihat semacam kostum otoriter fasis… yang sudah lama direkayasa oleh sayap kanan, melihatnya berubah menjadi kostum sungguhan memang mudah ditebak, tetapi sangat menyedihkan,” ungkapnya.
Aktris legendaris Glenn Close, pemeran Cruella De Vil, juga mengunggah foto dirinya memegang spanduk bertuliskan: “No oligarchs. No dictators. No despots. No autocrats. No kings!!”
Aksi damai di seluruh negeri
Mengutip laporan yang dilansir dari AFP dan BBC pada Minggu 19 Oktober 2025, tema utama aksi No Kings meliputi ancaman terhadap demokrasi, penggerebekan imigrasi, pengerahan pasukan pemerintah di kota-kota besar AS, hingga pemotongan program federal seperti pelayanan kesehatan.
“Anti-kekerasan jadi prinsip inti dari acara No Kings,” demikian pernyataan kelompok penyelenggara di situs web resminya.
Di Portland, Oregon, ribuan warga berbaris sambil memegang spanduk warna-warni bertuliskan “Democracy Not Monarchy” dan “The Constitution Is Not Optional.”
Foto-foto dari Getty Images via AFP (Mathieu Lewis-Rolland) menunjukkan lautan manusia yang memenuhi jalanan, menyerukan pesan kuat: demokrasi bukan takhta, rakyat bukan pengikut.
Dari REUTERS/Daniel Cole, ribuan warga di Los Angeles, New York, dan Washington D.C. juga terlihat turun ke jalan. Mereka menolak kebijakan Trump yang dinilai anti-imigran dan menindas media serta lawan politik.
Demokrasi yang sedang diuji
Dalam satu tarikan napas, No Kings bukan hanya protes, tapi cermin dari rasa cemas kolektif Amerika: bahwa demokrasi yang lahir dari darah dan revolusi dua abad lalu kini sedang diuji oleh ambisi satu orang.
Dari jalanan kota hingga unggahan media sosial, suara rakyat bergema bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk mengingatkan:
bahwa kekuasaan tak boleh lebih tinggi dari konstitusi, dan presiden tak pernah menjadi raja.
“Kita punya calon raja yang ingin merebutnya,” kata Robert De Niro, “dan rakyat Amerika bangkit lagi kali ini tanpa senjata, hanya dengan suara.”
Di tengah kabut sore Portland, satu tulisan di karton putih menutup cerita hari itu: “No Kings, Only People.”***






