SaboDirektur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai bahwa keberadaan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka justru menjadi tantangan politik bagi Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya, tingkat kepercayaan publik terhadap Gibran berpengaruh langsung pada citra dan legitimasi pemerintahan yang kini dipimpin Prabowo.
Bahkan, Dedi menyoroti bahwa di mata sebagian masyarakat, Gibran tampak seperti wakil presiden yang kehadirannya belum sepenuhnya diakui.
“Secara politis, saya kira iya [Prabowo terbebani dengan Gibran],” kata Dedi, dikutip dari tayangan video yang diunggah di kanal YouTube Forum Keadilan, Kamis (23/10/2025).
“Apalagi kan sistem pengelolaan pemerintahan kita berdasarkan sistem demokrasi.”
“Artinya, pemerintah itu perlu kepercayaan publik supaya kebijakan-kebijakan yang dihasilkan itu mendapat dukungan.”
“Kalau publik sudah mendukung kebijakan pemerintah, implementasi untuk suatu program bagus atau tidak, itu akan lebih dominan dibandingkan ketika penolakannya besar, program kerja apa pun akan mendapatkan penolakan dan itu pasti akan bermasalah.”
“Jadi, ini semacam ada peperangan pengaruh, bahwa di satu sisi Gibran adalah wakil presiden, tapi kesannya memang tidak dianggap oleh rakyatnya.”
Di Survei IPO, Tingkat Kepuasan Publik terhadap Prabowo dan Gibran Njomplang
Adapun pemerintahan Prabowo – Gibran sudah genap setahun pada Senin (20/10/2025), semenjak mereka dilantik sebagai RI1 dan RI2 pada Minggu, 20 Oktober 2024 lalu di Kompleks Parlemen, Jakarta.
IPO turut merilis hasil survei Evaluasi Satu Tahun Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (21/10/2025) lalu.
Dalam survei tersebut disebutkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Presiden RI Prabowo Subianto mencapai 67 persen (51 persen Sangat Puas, 16 persen Puas).
Sementara, kinerja Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka hanya meraup tren kepuasan publik di angka 29 persen (2 persen Sangat Puas, 27 persen Puas).
Terkait selisih yang cukup besar antara tren kepuasan publik terhadap Prabowo dan Gibran, Dedi Kurnia Syah pun memberikan pemaparannya.
Menurutnya, Prabowo mendapat persentase tinggi karena memiliki program yang dinilai berdampak terhadap masyarakat.
Di sisi lain, Dedi menilai, Gibran terkesan tidak memiliki kontribusi yang berarti, lantaran masyarakat belum mendapat akses mengenai program apa saja yang dilakukan anak sulung Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) itu.
Ia pun memaparkan, angka kepuasan publik sebesar 29 persen itu paling-paling hanya dari loyalis Gibran.
“Dengan angka yang selisihnya cukup jauh, artinya masyarakat memberikan penilaian terhadap Prabowo Subianto dengan antusias karena memang mereka melihat ada beberapa hal yang berdampak,” tutur Dedi.
“Misalnya, ada program-program populis, program-program kerja yang dari sisi gagasannya saja sudah disukai oleh masyarakat.”
“Nah, ini yang mau tidak mau berkontribusi terhadap kepuasan sekaligus kepercayaan terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo.”
“Sementara Gibran, mungkin publik juga kesulitan memberikan nilai, bukan karena faktor tidak tahu apa yang mau dilakukan oleh Gibran, tapi sejauh ini saya kira, [karena] minimnya akses Gibran terhadap pemenuhan masyarakat begitu.”
“Masyarakat itu sebenarnya mudah saja menyatakan bahwa pemerintah telah bekerja, jika mereka tahu ada program (meski hanya satu) yang berdampak terhadap kehidupan mereka.”
“Tetapi, kalau aktivitas atau manuver politik Gibran tidak berdampak kepada publik, maka angka 29 persen itu sudah cukup bagus, meski itu hanya angka dari loyalis Gibran.”
Dedi lalu menyebut, daya tarik pemerintahan saat ini di mata masyarakat memang hanyalah Prabowo.
Apalagi, Gibran juga dinilai kerap menuai sentimen negatif belakangan ini, sehingga memengaruhi kepercayaan publik kepadanya.
Seperti polemik ijazah, hingga sejumlah video viral yang menunjukkan kemampuan Gibran dalam menjawab pertanyaan dari masyarakat.
“Maksud saya, tidak berlebihan kalau mengatakan magnet pemerintah sekarang itu harus diakui memang Presiden Prabowo Subianto, bukan Gibran Rakabuming Raka,” ucap Dedi.
“Terlebih kalau kita cek misalnya, dari sisi sentimen akhir-akhir ini, bagaimana isu yang berkaitan dengan Gibran hampir semuanya buruk, dimaklumi itu mempengaruhi persepsi dan kepercayaan publik.”
“Artinya, ketika reputasi seseorang itu buruk, mau tidak mau publik juga akan menilainya dalam situasi yang buruk.”
“Sehingga, justru sekarang pertanyaannya adalah Presiden Prabowo terbebani atau tidak dengan aktivitas-aktivitas Gibran, reputasi Gibran yang dalam tanda kutip buruk itu tadi.”






