PR NTT – Berdasarkan hasil pemantauan visual maupun instrumental, tingkat aktivitas gunung api yang sebelumnya berada pada Level IV (Awas). Namun, perkembangan terbaru hasil analisis data visual dan kegempaan menunjukkan adanya penurunan intensitas aktivitas.
Dari hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh dari pemantauan visual dan instrumental, maka tingkat aktivitas Gunung Api Lewotobi Laki-laki diturunkan dari Level IV (AWAS) menjadi Level III (SIAGA) Terhitung Sabtu 23 Agustus 2025, pukul 18.00 WITA.
Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tetap tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah. Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.
Hasil Analisis Gunung Lewotobi Laki-laki
1. Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan intensitas tipis. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-500 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga berawan, angin lemah ke arah utara, timur laut, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 16.3-28.9°C. Terjadi Letusan dengan tinggi 800-1000 meter dari puncak, kolom abu letusan berwarna kelabu.
2. Data kegempaan dari tanggal 22-23 Agustus 2025 pukul 12.00 WITA yaitu, 4 kali gempa letusan, 29 kali Gempa Hembusan, 32 kali Gempa Tremor Non-Harmonik, 26 kali Gempa Low Frequency, 8 kali Gempa Vulkanik Dalam, dan 12 kali Gempa Tektonik Jauh.
3. Data kegempaan mengindikasikan tren penurunan aktivitas vulkanik menuju kestabilan jangka pendek, dengan dominasi gempa dangkal dan gempa permukaan. Terjadi 4 kali erupsi dikarenakan material magma pada kedalaman dangkal yang bergerak ke permukaan.
Sinar api di sekitar puncak terlihat redup dan samar, menandakan material pijar di puncak mulai mengalami pendinginan. Aktivitas kegempaan saat ini lebih didominasi oleh gempa dangkal. Namun, dalam tiga hari terakhir tercatat peningkatan gempa low frequency, yang mengindikasikan sistem magmatik masih belum stabil sehingga suplai gas dan magma masih berlangsung.
4. Hasil pemantauan tiltmeter selama tiga hari terakhir menunjukkan pola yang fluktuatif namun relatif stabil, menandakan belum ada suplai magma pada kedalaman dangkal.
Sementara itu, data Global Navigation Satellite System (GNSS) dalam 5 hari terakhir menunjukkan pola inflasi, namun dua hari terakhir terlihat deflasi pada komponen vertikalnya.
Kondisi ini mengindikasikan adanya suplai baru yang bergerak dari kedalaman dari dalam menuju dangkal dengan kecepatan yang lambat dan belum terlihat adanya suplai yang besar, proses migrasi magma dari dalam ke lebih dangkal masih berlangsung sehingga masih ada potensi erupsi dengan skala kecil kedepannya.
Selain itu, masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana agar mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat, terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak G. Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen.
Warga yang terdampak hujan abu dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan. Abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki juga dapat mengganggu operasional bandara dan jalur penerbangan apabila sebarannya mengarah ke area bandara dan jalur perlintasan pesawat.
Pemerintah daerah juga diharapkan terus berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi. Informasi terkini mengenai aktivitas gunungapi dapat diakses melalui situs resmi Magma Indonesia maupun media sosial resmi Badan Geologi.***