Ringkasan Berita:
- Hamas menyerahkan empat jenazah sandera pada Selasa malam
- Total, delapan jenazah telah diserahkan kepada Israel dan menyisakan 20 jenazah yang masih ditahan Hamas
- Qatar mengumumkan dimulainya pembicaraan tahap kedua antara Israel dan Hamas
SaboSayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam, menyerahkan jenazah empat tahanan Israel kepada petugas Palang Merah di Kota Gaza, yang kemudian menyerahkan mereka ke pihak Israel, menurut laporan pada Rabu (15/10/2025).
Militer Israel menyatakan telah menerima empat peti mati dari Palang Merah di sebuah titik pertemuan di Jalur Gaza utara, Selasa (14/10/2025).
Peti mati tersebut, dikawal oleh pasukan Israel, melintasi perbatasan ke Israel sesaat sebelum tengah malam dan dibawa untuk identifikasi forensik.
Tiga jenazah sandera berhasil diidentifikasi sebagai Ouriel Baruch, Tamir Nimrodi dan Eitan Levy, sementara satu jenazah belum teridentifikasi.
Ini adalah gelombang kedua jenazah tahanan Israel yang akan dikembalikan.
Israel menyebut masih ada 20 jenazah di Jalur Gaza dan menuntut Hamas untuk menyerahkan mereka berdasarkan kesepakatan, lapor Reuters.
Sebelumnya, Hamas menyerahkan empat jenazah sandera pada hari Senin (13/10/2025), hari yang sama dengan penyerahan 20 sandera Israel yang masih hidup kepada Palang Merah untuk dibawa ke Israel.
Empat jenazah yang diserahkan pada Senin diidentifikasi sebagai Daniel Peretz, Yossi Sharabi, Guy Illouz and Bipin Joshi.
Sementara itu, Hamas dikabarkan memberi tahu para mediator bahwa mereka akan menyerahkan empat jenazah sandera lagi ke Israel pada hari Rabu, menurut seorang diplomat Timur Tengah dan sumber kedua yang mengatakan kepada The Times of Israel.
Hamas mengembalikan empat jenazah lagi pada Selasa malam setelah Israel mengumumkan akan memangkas setengah jumlah truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza sebagai tindakan untuk menekan Hamas.
Israel menuduh Hamas melanggar perjanjiannya untuk memindahkan jenazah berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dicapai minggu lalu, sementara pihak Palestina menyebut Israel melanggar gencatan senjata karena menembak sembilan warga di Gaza.
Hamas menegaskan keterlambatan dalam menyerahkan jenazah disebabkan oleh kesulitan menemukan sisa-sisa jenazah di tengah reruntuhan kehancuran besar-besaran di Gaza, namun Israel menganggap ini sebagai taktik mengulur waktu politik.
Presiden AS Trump mendesak Hamas untuk menyerahkan senjatanya untuk mengamankan kesepakatan gencatan senjata berdasarkan proposal Trump.
“Jika mereka tidak melucuti senjata, kami akan melucuti senjata mereka. Dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan,” kata Trump di Gedung Putih pada Selasa, sehari setelah ia berpidato di hadapan Knesset di Yerusalem.
Sama seperti Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang tidak akan berakhir sampai Hamas menyerahkan persenjataannya dan menyerahkan kendali atas Gaza.
Qatar: Pembahasan Isu-isu “Sulit” Ditunda
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan mediator Qatar dan Mesir menunda pembahasan isu-isu sulit dalam perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas untuk tahap kedua.
Diskusi tahap kedua akan dilaksanakan setelah gencatan senjata tahap pertama selesai.
Juru bicara tersebut mengatakan isu sulit dalam diskusi mencakup masa depan persenjataan Hamas, cara mengamankan dan mengelola Jalur Gaza, serta memastikan perang tidak terulang kembali.
Ia menjelaskan bahwa perundingan tahap kedua telah dimulai di Sharm el-Sheikh di Mesir, dan mediator bekerja untuk memastikan tidak ada jeda waktu antara tahap pertama dan kedua.
Pernyataan itu muncul setelah Qatar bersama AS, negara-negara Arab dan muslim menandatangani pernyataan bersama untuk memastikan diakhirinya perang Gaza, lapor Al Jazeera.
Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas berlangsung pada 6-10 Oktober 2025, menghasilkan kesepakatan tahap pertama yang berlaku mulai Jumat (10/10/2025).
Negosiasi tersebut ditengahi oleh Qatar, Mesir, serta dihadiri tim AS dan Turki.
Jumlah Korban Jiwa di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga sipil Palestina mencapai 67.812 jiwa dan 170.066 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, menurut data per 14 Oktober 2025.
Lebih dari 10.000 orang diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan di Jalur Gaza, lapor WAFA.
Setelah dimulainya gencatan senjata, ratusan warga Palestina berbondong-bondong kembali ke wilayah asal mereka, memeriksa reruntuhan setelah mengungsi selama serangan Israel.
Israel menarik pasukannya dari beberapa wilayah hingga batas tertentu yang disepakati dalam tahap pertama, sementara warga Palestina yang kembali ke wilayah mereka yang masuk dalam “zona penarikan” menjadi sasaran penembakan Israel.
Israel menganggap Hamas bersalah atas kematian dan kehancuran di Jalur Gaza, menyebutnya sebagai balasan atas Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas dan faksi-faksi sekutunya pada 7 Oktober 2023.
Pada saat itu, Hamas dan faksi lainnya menangkap 250 orang setelah membobol pertahanan Israel di perbatasan selatan, menggambarkan operasi itu sebagai perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina sejak tahun 1948.
Kesepakatan gencatan senjata yang berlaku mulai 10 Oktober lalu dianggap rapuh, dengan kedua pihak saling menuduh melanggar perjanjian.
(Sabo/Yunita Rahmayanti)






