Free Gift

Harga Gabah Naik Saat Panen Raya, Petani Indramayu Nikmati Keuntungan Besar

Sabo – Musim panen raya di Kabupaten Indramayu pada Oktober 2025 membawa kabar menggembirakan bagi para petani. Di tengah melimpahnya hasil panen musim tanam gadu, harga gabah di tingkat petani justru naik signifikan.

Kondisi ini membuat para petani di Kabupaten Indramayu wilayah pesisir utara Jawa Barat itu menikmati hasil jerih payah mereka dengan senyum puas.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyampaikan bahwa harga gabah kering panen (GKP) kini berada di kisaran Rp7.500–Rp7.700 per kilogram, jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.

Adapun harga gabah kering giling (GKG) mencapai sekitar Rp8.500 per kilogram, menjadikannya salah satu yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Menurut Sutatang, fenomena ini terjadi karena pola tanam di Indramayu tidak serentak, sehingga panen berlangsung bergelombang sejak Juni hingga Oktober.

Hal ini membuat pasokan gabah tetap stabil tanpa penumpukan di pasar, sekaligus menjaga harga tetap tinggi dan menguntungkan bagi petani.

“Panen di Indramayu tidak berhenti-berhenti. Dari bulan Juni sampai sekarang masih ada terus. Karena itu stok gabah menyebar, tidak numpuk di satu waktu,” ujarnya.

Selain harga yang baik, kualitas hasil panen juga meningkat. Curah hujan yang sesuai, ketersediaan air irigasi, dan minimnya serangan hama membuat hasil panen kali ini melimpah dengan rata-rata produktivitas mencapai 7,8 ton per hektare.

Salah satu petani, Opih Riharjo, warga Desa Rajasinga Kecamatan Terisi, mengaku bersyukur atas hasil panen tahun ini. “Harga gabah bagus, langsung dibeli tengkulak di sawah. Jadi kami tidak kesulitan menjual hasil panen,” katanya.

Menurutnya, keuntungan kali ini bisa digunakan untuk menutupi biaya pupuk, sewa lahan, dan kebutuhan rumah tangga, bahkan sebagian disisihkan untuk musim tanam berikutnya. “Kalau harga bisa tetap seperti ini, petani makin semangat turun ke sawah,” ujarnya.

Kondisi tersebut juga menghidupkan kembali perputaran ekonomi desa, mulai dari pedagang penggilingan padi, buruh panen, hingga jasa transportasi hasil pertanian.

Di pasar-pasar tradisional, beras hasil panen lokal Indramayu kini banyak diburu pembeli dari luar daerah seperti Cirebon, Brebes, dan Tegal.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Indramayu mencatat, luas lahan yang panen pada musim gadu tahun ini mencapai 120.000 hektare lebih. Dengan produktivitas tinggi, total produksi gabah kering diperkirakan menembus 900 ribu ton.

Kepala DPKP Indramayu, Dr. Taufik Rahman, menjelaskan bahwa pemerintah daerah terus berupaya menjaga kestabilan harga dengan memperkuat sistem resi gudang dan mempercepat penyerapan gabah oleh Bulog. Langkah ini penting untuk mengantisipasi fluktuasi harga saat puncak panen.

“Selama harga masih di atas HPP, petani kita minta tetap menyalurkan sebagian hasil ke Bulog agar stok nasional aman dan harga konsumen tetap terjaga,” katanya.

Selain menjaga kestabilan harga, pemerintah juga mendorong petani untuk menggunakan alat pasca panen modern, seperti mesin pengering (dryer) dan pengemasan gabah premium agar nilai jualnya meningkat.

Sementara itu, ekonom pertanian dari Universitas Wiralodra, Dr. Yayan Sukmana, menilai bahwa kondisi harga gabah di Indramayu menunjukkan tata kelola pertanian yang semakin baik.

“Pasokan stabil, kualitas meningkat, dan petani mendapat keuntungan. Ini tanda positif bagi sektor pertanian kita,” ujarnya.

Ia menambahkan, tantangan selanjutnya adalah menjaga momentum ini dengan memperkuat ketahanan pangan lokal agar kesejahteraan petani terus meningkat dan ekonomi pedesaan tetap tumbuh.

Hingga pekan ketiga Oktober, aktivitas panen di Indramayu masih berlangsung ramai. Mesin combine harvester beroperasi tanpa henti, truk pengangkut padi silih berganti melintas di jalan desa, menandakan musim panen yang penuh berkah.

Dengan hasil panen melimpah dan harga yang tinggi, petani Indramayu kini benar-benar memetik hasil jerih payah mereka.

Panen raya tahun ini bukan hanya simbol keberhasilan, tapi juga harapan bahwa pertanian tetap menjadi tulang punggung ekonomi rakyat Indonesia.***

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar