Free Gift

Harga Minyak Global Tersungkur Dibayangi Ancaman Kelebihan Pasokan

Sabo, JAKARTA – Harga minyak dunia anjlok ke level terendah sejak Mei 2025, tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan global dan ketegangan dagang AS–China yang memicu kekhawatiran perlambatan permintaan energi.

Melansir Reuters pada Selasa (21/10/2025), harga minyak jenis Brent melemah US$0,28 atau 0,46% ke level US$61,01 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun tipis US$0,02 atau 0,03% ke US$57,52 per barel. 

Kedua harga minyak acuan itu sempat anjlok lebih dari US$1 di awal sesi dan berakhir di level terlemah sejak awal Mei.

Struktur kontrak berjangka menunjukkan kekhawatiran pasar kini bergeser dari isu kekurangan pasokan menjadi kelebihan pasokan (oversupply).

Untuk pertama kalinya sejak Desember 2023, kontrak enam bulan Brent dan WTI mencatat pola contango, yakni harga kontrak jangka pendek lebih rendah dibandingkan kontrak jangka panjang. Struktur ini biasanya mendorong pelaku pasar menyimpan minyak untuk dijual di masa depan ketika harga lebih tinggi.

Mitra Again Capital John Kilduff menuturkan, ketakutan akan kelebihan pasokan kini menghantui pasar, terutama menjelang 2026. Kilduff memperkirakan permintaan penyimpanan minyak terapung dan pengisian tangki darat akan meningkat.

“Ini adalah sentimen bearish nyata yang sudah lama tidak kita lihat,” tambahnya.

Pekan lalu, kedua acuan minyak turun lebih dari 2%, menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut, sejalan dengan proyeksi International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan kelebihan pasokan akan terus tumbuh hingga 2026.

Sebelumnya, kontrak minyak sebagian besar tahun ini berada dalam kondisi backwardation, di mana harga jangka pendek lebih tinggi dari harga jangka panjang, mencerminkan pasokan ketat dan permintaan yang solid.

Ketegangan dagang antara dua konsumen minyak terbesar dunia — Amerika Serikat dan China — kembali meningkat setelah keduanya saling memberlakukan biaya tambahan di pelabuhan (port fees) terhadap kapal pengangkut barang antarnegara. Langkah saling balas tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu arus perdagangan global.

Kepala World Trade Organization (WTO) pekan lalu menyerukan agar kedua negara meredakan ketegangan, memperingatkan bahwa “decoupling” ekonomi AS dan China dapat memangkas output ekonomi global hingga 7% dalam jangka panjang.

Sebagian tekanan harga minyak mereda setelah kelompok lobi yang beranggotakan perusahaan besar AS, seperti Oracle, Amazon.com, dan Exxon Mobil, mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mencabut aturan ekspor baru yang disebut telah menghentikan miliaran dolar ekspor AS dan mendorong negara lain memutus kerja sama dengan perusahaan Amerika.

Ketidakpastian juga masih membayangi pasokan minyak Rusia. Trump kembali menegaskan pada Minggu bahwa AS akan mempertahankan “tarif besar-besaran” terhadap India kecuali negara tersebut berhenti membeli minyak dari Rusia.

Dari sisi pasokan, perusahaan energi AS menambah jumlah rig pengeboran minyak untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir, menurut laporan Baker Hughes.

Analis di Gelber and Associates menyebut pasar saat ini berada dalam fase “shoulder season” — periode ketika aktivitas kilang berkurang karena pemeliharaan, margin produk melemah, dan investor menunggu data persediaan mingguan AS.

Hasil jajak awal Reuters menunjukkan stok minyak mentah AS kemungkinan naik sekitar 1,5 juta barel pada pekan yang berakhir 17 Oktober, memperkuat pandangan adanya kelebihan pasokan di pasar global.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar