KABAR BANTEN – Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Heryanto, S.Pd, M.Si mendorong aksi perubahan kinerja organisasi.
Perubahan itu dilakukan dengan mendorong Revitalisasi SMK melalui Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Klaster atau Kelompok SMK Lintas Program Keahlian, Teaching Factory yang didukung Kemitraan Pentahelix.
Program yang dijalankan sepanjang tahun 2025 ini menjadi langkah strategis dalam mewujudkan SMK Banten yang berdaya saing, produktif, dan kolaboratif.
Heryanto mengatakan, aksi perubahan ini mengusung model pembelajaran inovatif berbasis klaster SMK lintas program keahlian.
“Beberapa SMK berkolaborasi menghasilkan produk unggulan melalui pendekatan Teaching Factory yang menekankan pengalaman belajar langsung berbasis produksi dan kewirausahaan, ” kata Heryanto, Kamis, 23 Oktober 2025.
Untuk tahap awal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten menetapkan satu klaster percontohan (pilot project) yang melibatkan tiga SMK di Kabupaten Lebak, yaitu SMKN 1 Warunggunung, SMKN 1 Kalanganyar, danSMKN 1 Rangkasbitung.
Ketiga sekolah ini bekerja sama mengembangkan produk olahan kuliner khas daerah Lebak, seperti aneka makanan ringan berbasis bahan local dan produk pangan kreatif dengan kemasan modern.
Proses pengembangan dilakukan dengan dukungan dunia usaha, perguruan tinggi, komunitas/UMKM, media, dan pemerintah daerah melalui pendekatan Pentahelix Collaboration.
Dia menyampaikan, program ini menjadi model pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat lokal.
“Melalui kolaborasi lintas program keahlian dan dukungan mitra Pentahelix, SMK tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi dan produksi yang mampu melahirkan wirausaha muda kreatif,” ujarnya.
Aksi perubahan ini juga menjadi bagian dari agenda besar Revitalisasi SMK Banten, yang diarahkan untuk memperkuat Teaching Factory sebagai sarana pembelajaran berbasis produk dan layanan nyata.
Dalam jangka menengah, Dinas Pendidikan berencana mendorong klaster ini menjadi cikal bakal pengelolaan Teaching Factory berbasis BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
“Agar SMK memiliki kemandirian finansial dan fleksibilitas dalam mengelola kegiatan produksi.
Selain menghasilkan produk kuliner inovatif, program ini juga berdampak pada peningkatan kompetensi guru dan siswa dalam bidang produksi, manajemen usaha, serta pemasaran digital.
Menurut dia, para siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam proses produksi, pengemasan, promosi, hingga distribusi produk ke pasar lokal.
Lebih lanjut dia mengatan, kolaborasi lintas pihak dalam skema Pentahelix membuat model ini semakin kuat.
“Dunia usaha dan industri (DUDI) memberikan bimbingan teknis dan akses pasar;” ucapnya.
Lalu perguruan tinggi membantu dalam riset dan desain produk, komunitas lokal serta media berperan dalam promosi dan branding produk.
“Sementara, pemerintah daerah memfasilitasi dukungan kebijakan dan jejaring,” ujarnya.
Ke depan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten berkomitmen untuk mereplikasi model Klaster Teaching Factory ini di wilayah lain, dengan menyesuaikan bidang keahlian dan potensi ekonomi daerah masing-masing.
“Harapan kami, SMK di Banten tidak hanya menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi juga mampu menjadi pelaku ekonomi produktif yang mendorong pertumbuhan daerah. Inilah semangat revitalisasi SMK berbasis kolaborasi dan inovasi,” tutur Kabid SMK.***






