Free Gift

Horornya KRL Green Line di Pagi Hari: Gerbong Penuh Sesak, Penumpang Berpacu dengan Waktu

TANGERANG SELATAN, Sabo– Udara mencekik dan kerumunan tubuh memenuhi setiap jengkal gerbong kereta rel listrik (KRL) jalur hijau atau green line saat kereta berangkat dari Tangerang Selatan menuju Tanah Abang.

Green line merupakan rute Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang. Pada peta perjalanan Commuter Line, relasi ini diberi warna hijau pupus, sehingga sering disebut sebagai green line.

Pemandangan ini hampir terjadi setiap hari tepatnya di jam sibuk pagi. Hal ini memaksa penumpang berdiri rapat karena berdesakan.

Kepadatan penumpang sudah terasa sejak pukul 06.30 WIB, terutama di stasiun-stasiun wilayah Tangerang Selatan yang menjadi titik keberangkatan utama para pekerja menuju Jakarta.

Sabo mencoba langsung situasi tersebut di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Kamis (23/10/2025). Hingga pukul 08.00 WIB, nyaris tidak ada celah untuk masuk ke dalam gerbong karena antrean penumpang yang mengular di sepanjang peron.

Meski kondisi di area stasiun tampak tak terlalu ramai, dari luar terlihat gerbong sudah terisi penuh hingga ke pintu. Petugas keamanan stasiun pun tampak membantu mengatur dan mendorong penumpang agar bisa masuk ke dalam kereta.

Begitu berhasil masuk, udara terasa sesak dan panas. Ruang gerak hampir tidak ada, terutama di bagian tengah gerbong tempat jurnalis Sabo berdiri.

Para penumpang terpaksa berdiri rapat sambil berpegangan pada tiang atau sandaran atas. Sebagian lainnya bahkan tak bisa berpegangan sama sekali karena saking padatnya.

Di tengah desakan tubuh, ada yang tetap menunduk menatap ponsel, sementara sebagian lain hanya berdiri diam menunggu kereta kembali melaju. Pendingin udara di dalam gerbong pun tak mampu menahan panas dan keringat penumpang.

Kepadatan makin menjadi saat kereta berhenti di Stasiun Kebayoran. Penumpang baru tetap mencoba masuk meski ruang sudah sangat sesak.

Kondisi itu membuat petugas mengumumkan imbauan agar tidak memaksakan diri naik ke dalam kereta jika sudah penuh.

“Hati-hati bagi penumpang dan tidak memaksakan diri saat menaiki kereta,” bunyi pengumuman dari pengeras suara stasiun.

Namun, bagi banyak penumpang, imbauan tersebut sulit diikuti.

“Kalau enggak maksa sekarang, bisa telat banget sampai kantor,” ujar Dita (27), pegawai swasta yang mengaku sudah terbiasa berdesak-desakan setiap hari.

Fenomena ini sudah menjadi rutinitas di jam sibuk pagi, terutama bagi pengguna KRL dari wilayah Tangerang Selatan menuju Jakarta.

Salah satu penumpang, Yeni (29), mengatakan ia sudah berada di Stasiun Pondok Ranji sejak pukul 07.10 WIB, namun baru bisa naik hampir satu jam kemudian.

“Dari jam 07.10 WIB baru naik tadi. Hampir sejam nunggu, enggak tau ini kenapa, biasanya juga enggak kayak gini,” kata Yeni.

Yeni yang bekerja di wilayah Matraman, Jakarta Timur, mengaku sudah terbiasa menggunakan KRL untuk berangkat kerja. Meski tak terburu-buru, ia merasa kesal karena harus menunggu lama akibat keterlambatan kereta.

“Enggak buru-buru cumanya kalau enggak maksa masuk, bisa telat sampai kantor,” ujarnya.

Penumpang lain, Iqbal (34), menyampaikan hal serupa.

“Setiap pagi begini. Apalagi kalau mau ke arah Tanah Abang, pasti padat banget,” katanya sambil terburu-buru.

Iqbal berharap agar pemerintah atau operator KAI Commuter menambah jumlah rangkaian kereta agar penumpukan penumpang bisa berkurang.

“Kalau bisa ada penambahan gerbong biar enggak numpuk-numpuk gini,” ucapnya.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar