Ringkasan Berita:
- Muhammad Abd al-Karim al-Ghamari, tokoh militer penting Houthi, tewas akibat serangan udara presisi Israel di Hodeidah, Yaman.
- Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz mengonfirmasi tanggung jawab atas serangan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari operasi untuk menghancurkan ancaman lintas batas dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
- Buntut kematian al-Ghamari, Houthi berjanji melakukan pembalasan besar terhadap Israel dan terus mendukung perjuangan Palestina.
Sabo Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah kelompok Houthi di Yaman mengumumkan kematian salah satu tokoh militernya yang paling berpengaruh, Muhammad Abd al-Karim al-Ghamari.
Menurut pernyataan resmi yang dirilis Al Jazeera, Komandan Houthi gugur akibat serangan udara Israel saat menjalankan tugasnya di wilayah Hodeidah, Yaman barat, pada Kamis (16/10/2025).
Sumber militer Yaman menyebut ledakan yang menewaskan al-Ghamari cukup dahsyat, menimbulkan kobaran api besar dan menghancurkan bangunan di sekitar lokasi.
Adapun kematian Al-Ghamari terjadi enam hari setelah dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Meskipun gencatan senjata itu menghentikan dua tahun perang berdarah di Gaza yang telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina, namun serangan lintas batas masih terus terjadi di kawasan lain, termasuk dari Yaman.
Sebelum tewas, beberapa sumber di Yaman menyebutkan bahwa al-Ghamari terluka parah dalam serangan bulan Agustus dan menjalani perawatan di lokasi yang dirahasiakan.
Houthi Bersumpah Membalas
Kematiannya disebut menjadi pukulan besar bagi kelompok tersebut, menandai babak baru dalam konflik regional yang melibatkan banyak pihak.
Kendati demikian, Houthi menegaskan bahwa kematian sang komandan tidak akan menghentikan perlawanan terhadap Israel.
Houthi juga berambisi untuk melanjutkan misinya, membela rakyat Palestina dan menentang apa yang mereka sebut sebagai agresi dan genosida Israel di Gaza.
Tak sampai disitu Kelompok Houthi di Yaman bersumpah akan melakukan pembalasan besar terhadap Israel.
Pernyataan keras itu disampaikan langsung oleh pemimpin tertinggi Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, melalui siaran televisi resmi kelompok tersebut.
Ia menegaskan bahwa kematian al-Ghamari tidak akan melemahkan barisan mereka, justru menjadi alasan baru untuk melancarkan perlawanan yang lebih besar.
“Darah para syuhada kami tidak akan tumpah sia-sia. Israel dan sekutunya akan menanggung akibat dari kejahatan ini,” ujar Abdel-Malik dalam pidatonya yang disiarkan dari Sana’a.
Pengamat politik Timur Tengah menilai ancaman balasan Houthi tidak bisa dianggap enteng.
Kelompok yang didukung Iran itu memiliki kemampuan militer yang cukup signifikan, terutama dalam penggunaan rudal balistik dan drone bersenjata.
Terlebih dalam beberapa bulan terakhir, Houthi berulang kali melancarkan serangan ke kapal dagang internasional yang mereka tuduh membawa muatan untuk Israel.
Jika Houthi benar-benar melancarkan serangan besar-besaran, maka ketegangan di kawasan bukan hanya akan berdampak pada Israel.
Tetapi juga mengancam stabilitas jalur perdagangan global yang melewati Laut Merah salah satu rute penting pengiriman energi dunia.
Israel Angkat Suara
Merespon kecaman keras Houthi, Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz mengonfirmasi bahwa negaranya memang bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Al-Ghamari.
Dalam pernyataan di platform media sosial, Katz mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari operasi militer Israel untuk menghancurkan ancaman lintas batas, termasuk dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
“Kami telah menargetkan Muhammad al-Ghamari dalam serangan presisi di Sanaa. Kami akan melakukan hal yang sama terhadap ancaman apa pun di masa depan,” tegas Katz.
Serangan udara ini bukan yang pertama. Sebelumnya, pada Agustus lalu, Israel juga meluncurkan operasi di ibu kota Sanaa, yang menewaskan Perdana Menteri pemerintahan Houthi serta beberapa pejabat tinggi lainnya.
Dalam operasi yang disebut sebagai “Operation Lucky Drop” itu, Israel mengklaim berhasil melemahkan struktur kepemimpinan Houthi yang dianggap mendukung Hamas di Gaza.
(Sabo/ Namira)






