DIRECTOR of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica Raymond Tjandrawinata mengatakan ada tantangan yang dihadapi timnya dalam pengembangan obat bahan alam. “Salah satunya adalah belum masuknya obat bahan alam dalam Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan karena terbentur Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2018 tentang Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 20 Oktober 2025.
Padahal, kata Raymond, pengobatan Ayuveda dan Unani sudah digunakan dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional di India. Ayurveda dan Unani adalah dua sistem pengobatan tradisional yang berbeda asal dan metodenya. Ayurveda adalah sistem pengobatan holistik dari India yang berfokus pada keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa melalui pola makan, herbal, yoga, meditasi, dan terapi alami lainnya. Sementara itu, Unani berasal dari Yunani kuno dan berkembang di India. Pengobatan Unani yang berfokus pada penggunaan senyawa herbal dan mineral untuk mengobati penyakit. “Bahkan ada rumah sakit berbasis Unani dan Ayurveda di India, di China, Korea, di Jepang ada semua. Indonesia dengan biodiversitas alam nomer dua dunia, (justru) belum ada,” kata Raymond menambahkan.
Sebelumnya, delegasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Kunjungan ini bertujuan meninjau langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia untuk pengembangan Obat Modern Alami Integratif (OMAI). Raymond Tjandrawinata, memaparkan perjalanan DLBS dalam pengembangan obat berbahan alam sejak tahun 2005. Bahan baku yang digunakan tidak hanya dari tumbuhan, tetapi juga dari hewan seperti produk Disolf yang dikembangkan dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang dapat membantu melancarkan sirkulasi darah.
Raymond mengklaim sudah banyak pula dokter spesialis saraf dan jantung yang meresepkan produk herbal darinya. “Karena sebagian besar fitofarmaka di sini diresepkan oleh dokter. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga diekspor ke beberapa negara ASEAN dan beberapa negara lainnya,” kata Raymond.
Perjalanan DLBS dalam pengembangan obat berbahan alam sejak tahun 2005. DLBS mengintegrasikan teknologi 4.0 dalam setiap tahapan riset dan pengembangan produk, mulai dari penemuan bahan aktif berbasis Tandem Chemistry Bioassay System (T-CEBS) hingga pemantauan kualitas dari produk setelah diproduksi. Pengembangan produk obat modern asli Indonesia (OMAI) sangat saintifik sehingga dapat dibuktikan secara klinis. “Ketika kami masuk ke tahap uji klinis, kita perlu memiliki bukti ilmiah. Dengan pendekatan tersebut, akan lebih mudah memperoleh data yang baik pada fase klinis, dan berdasarkan pengalaman tersebut, jika desainnya baik mulai dari bahan baku aktif hingga produk jadi, maka produk herbal berbasis keanekaragaman hayati tidak kalah kualitasnya dibandingkan produk kimia,” ujarnya.
Seperti dikutip dalam website Badan POM, WHO-IRCH Secretariat Pradeep Dua mengungkapkan salah satu dari 4 tujuan utama dalam strategi ini berfokus pada regulasi. Hal itu ia katakan dalam ini WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025–2034. “Regulasi ini tidak hanya membahas mengenai produk, melainkan juga mengatur masalah praktik dan praktisi pengobatan tradisional, komplementer, dan integratif,” katanya lebih lanjut. Pertemuan itu menjadi ajang yang tepat untuk memperkuat sistem regulasi obat bahan alam tersebut.
International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) Chair Sungchol Kim, dalam sambutannya pada the 16th Annual Meeting of the WHO–IRCH juga menyinggung tujuan utama dari WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025–2034, yaitu mengenai pembangunan basis bukti yang kuat untuk pengobatan tradisional, komplementer, dan integratif (traditional, complementary, and integrative medicine/TCIM). Penting pula untuk siapkan pengembangan peraturan yang tepat untuk keamanan dan efektivitas. Karena itu, Sungchol Kim mengajak semua peserta untuk berdiskusi aktif, saling bertukar pengetahuan dan pengalaman di bidang obat bahan alam, agar pertemuan membawa manfaat untuk kepentingan masyarakat.






